Rabu, 22 Oktober 2014

Jadikan Aku Pengantin mu.

“Friantika ingin berubah. Berilah ia ruang untuk menemukan jati dirinya lagi. Biarkan ia hidup normal. Jangan kau jebak lagi ia dengan cinta yang aneh seperti cintamu itu”, lelaki setengah baya itu berucap sembari menatap mataku lekat.

Aku hanya diam. Lelaki itulah yang telah melarikan kekasihku, Fly. Dia bentangkan harapan pada Fly untuk bisa hidup bersama nya.

Itu berarti aku harus melipat dan menekuk seluruh cinta, mimpi, dan harapan yang sempat kurajut bersama perempuan muda dan sintal yang pernah kujamah pori-porinya itu.

Aku dan Fly adalah sepasang manusia yang bergender sejenis. Ya, kami sesama perempuan. Bentuk tubuh kami nyaris tak beda.

Kami sama-sama punya payudara. Bahkan sampai hati pun mungkin kami juga sama persis.

Sembilan tahun adalah sebuah putaran waktu yang tak singkat. Sepanjang putaran waktu itulah aku dan Fly mengisinya dengan selalu bersama sejak dari kelas 1 SMA hingga kini sama2 menjadi wanita dewasa.

Fly tentu  tak lupa dengan malam-malam dingin yang kusulap menjadi hangat dengan sentuhan-sentuhanku di setiap lekuk tubuhnya.

Kalau pun ia lupa, setidaknya ranjang berukuran dua meter itu yang akan mendenggungkan kenangan itu di telinganya setiap malam.

Karena ranjang itu adalah saksi mati yang telah ku kunci agar waktu pun tak kan dapat meluluhkan kenangan dan sensasi unik yg kami ciptakan berdua.

Fly pulang ke Singkawang. Aku menjadi sendiri. Parahnya lagi, kesendirian itulah yang kini tengah mencoba membunuhku sedikit demi sedikit dan sangat pelan.

Aku sungguh rindu pada nya, rindu pada desah nafasnya ketika kami tengah bersama berlomba menuju puncak tertinggi dari nirwana.

Aku mencoba menyusuri setiap jalan dan semak-semak untuk mencari kekasihku itu. Hasilnya nihil.

Tak ada yang tahu kemana ia pergi, lebih tepatnya aku tak tahu dimana rumah Fly yg di singkawang.

Teman-teman kantornya bilang kalau dia telah sebulan mengundurkan diri dari tempatnya bekerja. Itu berarti tepat disaat surat nya kutemukan tergeletak di meja ruang tamu malam itu.

Utary...

Benar katamu, hubungan kita ini tak ada yang salah. Aku tak menganggap rasaku ini sebagai penyimpangan atas jiwa yang kesepian.

Karena jika tanpamu, mungkin aku akan jauh lebih hancur dari apa yang pernah aku bayangkan.

Mungkin satu-satunya kesalahan adalah bahwa kita sama-sama PEREMPUAN.

Akan tetapi, bersamamu adalah hal yg terindah yg pernah ada dalam hidupku. Dan aku ingin selamanya begitu.

Tetapi tidak dengan Mamaku yang kini menuntut agar aku bisa melahirkan seorang cucu untuk ia timang.

Tentu aku tak bisa mendapatkan sperma darimu bukan?

Jadi kuputuskan untuk menerima seorang lelaki yang dipilihkan mama untuk kunikahi. Sekali lagi maafkan aku, Ryy.

Kekasihmu
(Friantika)

Kuremas selembar kertas itu. Tanganku mengepal erat. Badanku yang sedari tadi terasa kuat akhirnya limbung seketika.

Seluruh energi yang kusimpan telah terhisap oleh kenyataan bahwa Fly telah pergi.

Selepasnya, kulangkahi detik-detik sepi dengan tetap mengenang nya. Mengenang ribuan romansa yang telah terabadikan dalam otak dan hatiku.

Kadang ku undang kenangan bersama kami itu agar tersembul kembali ke permukaan. Bila sudah seperti itu, aku akan menangis tak henti-hentinya.

Setelah kelelahan barulah kurapatkan mataku sedemikian rupa sampai aku tertidur lelap, dengan sejuta mimpi semu tentang dia.

Rumah itu tak ubahnya hanya kuanggap sebagai terminal, tempat aku singgah untuk mandi dan sekedar berganti pakaian.

Kuisi malam-malamku dengan duduk di suatu tempat yang kusuka. Tak ada yang melarangku.

Bila aku benar" sudah jengah aku lari ke pantai sejenak untuk sekedar teriak & mengadu pada ombak. Tak jarang karena terlalu lelah, aku sering tertidur diatas kabin mobilku. Dan terbangun ketika subuh.

Pagi yang indah pun tak ubahnya hanya sebuah proses pergantian dari malam menuju siang menurutku. Tak ada yang istimewa.

Kuhabiskan pagi dengan pura2 tersenyum semanis mungkin, agar aku tak terlihat bodoh di depan murid2 ku.

Siang hari aku aku sibukkan diri dengan gila kerja, hingga sampai sore menjelang.

Apakah aku dapat melupakan Fly?

Tentu tidak. Serangkaian aktifitas yang pertama kuniatkan untuk meleburkan semua kenangan bersamanya itu ternyata gagal total.!!

Tetap saja wajah ayu yang terekat merapat dalam setiap pejaman mataku.

Tetap saja bau harum parfum dan keringat mu yang kucumbui bersama oksigen yang membuatku hidup. Ah Fly, aku sungguh rindu.

Aku membayangkan mungkin saat ini dia pasti sedang hamil, atau justru malah telah menimang seorang bayi.

Pasti mamanya begitu bahagianya dengan cucu buatan yang lahir dari pengorbanan cintaku padanya.

Ah mungkin aku salah. Mungkin dia justru bahagia dengan suaminya yang lelaki.

Apakah suaminya cukup jantan untuk membuahi indung telur nya?

Atau mungkin suaminya telah memperlakukan nya dengan sedemikian rupa sehingga ia lupa denganku, karena telah setahun ini ia tak pernah menghubungiku.

***

Dua tahun setelah Aku dan dia berpisah.

Kupandangi perempuan yang perutnya tengah membuncit itu dengan perasaan rindu yang teramat sangat.

Aku berjumpa dengan Fly sore tadi di taman. Ia tengah duduk di sebuah kursi ketika tak sengaja pula hasratku yang menuntunku untuk mengenang kenangan di taman bersama nya dulu. Dia sedang hamil. Aku tahu itu.

“Akhirnya kau dapat sperma juga”, aku membuka dialok setelah lima belas menit duduk di sampingnya hanya dengan menikmati diam.

“Ya”, jawabnya singkat.

“Erik datang padaku saat itu”, aku menyambung.

“Ya, aku tahu itu. Mama yang menyuruhnya, tentu saja tanpa sepengatahuanku”, dia menyahut.

“Dan kau bahagia. O ya, aku sampai lupa menanyakan kehamilanmu”, aku baru menyadari bahwa kini Ve telah kesusahan menyangga perut buncitnya itu.

“Kata dokter ia perempuan. Mungkin awal bulan depan aku akan melahirkan”, dia mulai bercerita.

“Erik memang pejantan tangguh bukan?”, kuucapkan itu sambil menahan getir.

“Aku tak tahu. Aku tak pernah tdur dengan dia. Aku juga tak menikah dengannya”, kali ini ucapan Fly sontak membuatku kaget.

“What?”, aku tak dapat membendung kekagetanku lagi.

“Aku membuat kompromi kecil dengan mama. Sampai akhirnya kami membuat sebuah kesepakatan besar. Kukira mama hanya menginginkan cucu, bukan menantu. Lalu aku berjanji akan memberikan ia cucu dengan satu syarat”, Fly bercerita dengan datar saja, tanpa ekspresi.

“Apa itu?”, aku kian dilanda penasaran yang semakin membumbung tinggi.

“Asalkan aku tak menikah. Aku tak mau menikah dengan nya”, ucapnya pendek.

“Kau pasti bertanya-tanya tentang ayah dari anak ini bukan?”, Ve nampaknya mampu membaca pikiranku.

“Aku bercinta dengan seorang lelaki yang baru saja kukenal di sebuah terminal. Dia tukang ojek disana. Aku membayarnya dengan dua liter bensin agar ia mau meniduriku dan memberikan setetes spermanya agar rahimku terisi bayi. Setelah itu aku tak pernah bertemu dengannya lagi.

Kau pasti bisa menebak bagaimana selanjutnya. Erik bukan lelaki bodoh yang mau menikahi wanita yang tengah hamil dengan orang yang tak dikenal.

Aku tak perlu mendepaknya untuk pergi. Ia mundur teratur. Dan aku menjadi pemenang.

Mama harus mau menerima keadaanku sekarang ini, hamil tanpa nikah”, Fly bercerita lengkap.

Ku tuntaskan rindu setelah dua tahun tak bertemu dengannya sore ini juga. Kembali ku urai kenyataan bahwa aku tidak pernah bisa tanpa dia.

Aku pun terkadang heran, mengapa bila aku melihat wanita berparas ayu dan bertubuh sintal itu libido ku seolah meningkat 10 X lipat. Birahiku seolah meletup2 jika memandang wajah ayu nya, namun ke pria atw ke wanita yg lain aku justru malah mati rasa.

Lalu hasrat itu bertumbuh menjadi hasrat ingin memiliki, menjaganya selama yg aku bisa. Itulah yang kualami bersama nya.

“ Aku pernah berkata padamu bahwa aku tak akan menikah dengan siapapun selain kamu, kau masih ingat itu bukan? Karena aku benar2 sayank sama kamu Ry! Apa kamu mau menjadikan aku pengantinmu?”, Ucapan nya kali ini benar-benar membuatku tersesak.

Kini aku sungguh menuntut pengakuan atas kepemilikanku pada nya. Akan tetapi tak ada hukum yang melegalkan perkawinan sejenis.

Aku tak berbicara soal agama & norma disini, aku hanya bercerita bahwa aku manusia yang punya rasa dan butuh pengakuan.

Aku benar2 menyayanginya, dan aku pun sangat takut jika harus kehilangan nya untuk yg kedua kali.

2 tahun sudah lebih dari cukup untuk membuatku seolah seperti mayat tapi hidup.

" Iyh, aku akan menikahimu Fly, aku akan berusaha untuk jadi suami yg baik buat kamu. Meskipun semesta tau klw kita sama2 PEREMPUAN." Ucapku.

Dia mendongakan kepalanya, menatapku lekat lalu tersenyum. Iyh senyum yg selama 2 tahun ini hilang, kini hadir lagi.

Cakrawala ku pun kembali berwarna biru, bukan lagi jingga apalagi kelabu.

(Happy ending)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan bawa2 link yg berbahaya, serem tau!!