Jumat, 17 Oktober 2014

DIary Fly » Nada Nada Cinta.

Berkali – kali aku mecoba menutup wajahku dengan bantal, berharap segera ke alam mimpi. Tapi susah, bahkan kantuk pun terasa enggan menghampiriku.

Friantika Trihapsari.

fitur tambahan ~ untuk membaca sambil mendengarkan lagu Rossa ~ Nada Nada Cinta.mp3 silahkan klik.

Untuk mendownload mp3 nya silahkan klik [disini]

Pikiranku melayang, otakku seakan seenaknya saja. Satu persatu aku mengingat kejadian selama tiga bulan ini.

Seharusnya aku tak cemburu melihat utary dan shesil, bukannya mereka hanya ngobrol.

Seharusnya saat ini aku bahagia, bukannya keadaan sudah sangat membaik. Memang benar ya kata orang penyesalan itu belakangan. Bodoh bodoh bodoh.

Sinar matahari pagi sudah mulai menerobos celah – celah kamarku, aku baru sadar kalo malam masih membiarkanku menikmati mimpi.

Tapi pagi ini pun sama, rasanya aku lebih suka menghabiskan waktu di kamar, bersama buku – buku mungkin.

Dan ya itu juga ga mungkin, ada acara ngumpul2 hari ini, itu artinya aku harus ketemu dia lagi. Tuhaaaaaaan.

Bagaimana nanti aku bersikap, akan jadi lucu kalo aku menghindarinya lagi. Alasannya apa.

Sudah cukup memainkan pikiran, mari berangkat ketempat Utary.

Harus semangat, yang terjadi disana nanti memang sudah seharusnya di hadapi.

Baru juga beberapa langkah di tempat itu, aku harus merasakan nyeri didadaku. Iya aku lihat utary dan shesil asyik ngobrol berdua.

Aku benci rasa ini, benci dengan pemandangan yang sedang aku lihat.

Aku pejamkan mataku berharap saat membukanya aku tersadar dari mimpi. Tapi belum sempat membuka mataku….

“ Ngapain merem – merem gitu, grogi ya ketemu aku. Biasa aja kaleee!!”

Aku ingin memeluk pemilik suara itu, tapi mana mungkin.

Mana mungkin aku melakukan hal segila itu, mana mungkin sekarang aku yang berbalik menyukainya. Aaaaaargh.

“ Emang ga boleh!” jawabku sembil membuka mata

“ Ih sewot, suka kesel kalo liat lu sewot gitu hahaha”

“ Lu lu lu lu, ga banget deh” iya, entah kenapa sekarang aku tak menyukai panggilan “Lu” darinya.

“ Mbak badai lagi kesambet apaan, Suster Ngesot ya hahaha” ledeknya sambil pergi kearah anak2 lainnya.

“ Ry, hei kamu ninggalin aku gitu aja” Aku menggerutu, emang aku apaan di tinggalin gitu aja.

Akhirnya aku ikut gabung sama anak2 yg lg pd ngumpul.

Seperti biasa aku irit bicara. Sesekali aku ngobrol dengan yg lain nya dan memperhatikan dia yang tak bisa diam.

Aku pernah baca kicauan Justine kalo otak Utary itu di diskon Tuhan, kadang – kadang aku setuju dengan opini itu.

Dia memang terlampau aktif, kadang – kadang aku senyum – senyum sendiri karna kelakuannya.

Karna bosan, akhirnya aku memilih bermain – main dengan Hpku. Saat sedang asyik dengan ponsel, aku mendengar suara disebelahku, lirih namun begitu jelas….

“ Ohh yang tempat makan kita kemaren, iya emang di sana enak” suara utary

“ Mau kesana lagi? boleh. Cobain lah yang lainnya gitu, kan ada rendang, kikil masih banyak lah” kali ini terdengar jelas suara Shesil.

“ Boleh boleh, kamu lah nanti yang pilihin makananya. Kan biasa kamu lebih pinter soal makanan”

“ Siap Ry, atur – atur lah nanti. Kalo ada waktu kita langsung kesana”

Aku menutup mata, “kita” “kemaren” “kamu” kata – kata itu seakan menusuk – nusuk bagian dadaku.

Aku bisa merasakan tubuhku yang luar biasa panas karna cemburu.

Aku merutuki semua, merutuki keadaan di sekelilingku, merutuki semua kebodohanku.

Harusnya aku tau yang aku rasakan, harusnya aku ga membiarkannya melupakanku begitu saja.

Harusnya harusnya dan harusnya. Cukup!

Aku benci pemandangan ini. Akhirnya aku memutuskan untuk ke kamar mandi. Paling tidak disana aku masih bisa bernafas dengan udara yang tak membuatku sesak.

…….

“ Well done!” teriak Utary.

“ Akhirnya setelah begitu banyak kegiatan hari. Saatnya kita makaaaaan hahaha” lanjutnya yang diikuti tawa anak2. *Dasar bedulz, pikiran nya ga pernah jauh2 dari makan :(

“ Udah Ry ceramahnya, waktunya makan. Sapa yang mimpin doa?” kata Mba Emil.

“ Aku aja mba” Tary ngeyel.

“ Jangan ah, Fly aja daripada dia diem trus” lanjut mba Emil. Kali ini lumayan membuatku kaget.

“ Aku mba?”

“ Iya Fly, kamu” jawab mba Emil dengan senyum.

“ Baik. Terimakasih untuk makanan hari ini. Berdoa menurut keyakinan masih – masih. Berdoa di mulai….”

“ Selesai” kataku yang serentak diikuti yang lainnya.

.......

Hari sudah menjelang sore, malam pun seakan ingin menunjukkan kuasanya. Akhirnya satu persatu memutuskan untuk pulang.

“ Aku mau pulang juga ah, ngapain disini. Jadi kambing congek weeeek” ledek Meldha ke arahku dan Utary.

Entah kenapa aku malu bercampur senang, aku pura – pura tak memperhatikkan dengan sok sibuk dengan ponselku.

“ Tante ah, jangan gitu. Kita aja yuk yang berduaan” Utary mencoba mengimbangi candaan Meldha.

“ Heh jadi ikut ga, malah becanda aja” oke mba Emil sudah bersabda kalo ga di ikuti niscahya akan celaka. *mukanya serem klw lg marah :(

“ Hehe iya kak. Kak Tary ga mau nganter kita sampe pintu gitu?”

“ Manja banget. Ayo Fly”

Akhirnya kami semua mengantar mereka sampai ke depan pintu. Sedetik kemudian aku melihat mereka sudah menghilang di balik pintu dan orang di depanku masih sibuk mengunci pintu.

Entah apa yang membuatnya begitu lama berurusan dengan pintu. *emang berbakat jadi satpam kali? Entah lh.

Dari belakang aku bisa melihat punggungnya yang bidang, rambut panjangnya sedikit berantakan.

Aku mencoba menata alunan jantungku yang mulai tak karuan. Berdua, dalam satu ruangan.

Sejenak aku berfikir, dan aku putuskan untuk mengatakannya. Penyesalan hanya untuk sekali, kalaupun nantinya penolakan yang aku dapatkan.

Setidaknya aku sudah berjuang. Kakiku melangkah dengan sendirinya. Kulingkarkan tanganku diperutnya.

Aku benamkan wajahku dipunggung yang bidang itu dan tangiskupun pecah. Aku bisa merasakan tubuhnya terkejut.

“ Fly” panggilnya lirih.

“ Udah terlambat ya Ry, udah ga ada harapan lagi”

Diam.

“ Ryy” air mataku semakin tak terbendung.

Dia membalikkan badan, aku biarkan kami saling berhadapan. Aku melemparkan tubuhku dalam pelukannya.

Tangisku membasahi baju yang sedang ia kenakan. Dia hanya diam, diam tak bersuara.

Rasanya seluruh tubuhku lemas, aku tak sanggup. Seketika ketakutan merajamiku.

“ Fly, selama tiga bulan ini kamu sukses menghukumku. Membiarkan merasakan sakit yang luar biasa. Aku berusaha lupa, lupa tentang rasa ini.

Aku berusaha memperbaiki semua hubungan kita. Jangan mainin aku, jangan sakiti aku kalo emang kamu ga bisa, tapi jangan beri aku harapan semu” suaranya lirih namun tepat mengenai jantungku.

“ Tapi…” belum selesai aku melanjutkan omonganku dia berontak, berusaha melepaskan pelukanku.

Cengkramanku lebih kuat yang akhirnya membuatnya menyerah.

“ Kamu ngerti kan Fly apa yang aku rasain ke kamu. Aku sayang kamu, lebih dari sahabat. Aku cinta kamu Fly, kamu ngerti.

Jadi kalo kamu merasa kehilangan aku karna kita sahabat. Kamu ga perlu lakuin ini. Ini cuma nyakitin aku” kali ini nada suaranya meninggi.

“ Iya, aku jahat sama kamu. Jahat. Tapi kali ini aku serius Ryy, serius” suaraku yang tercampur dengan tangis terdengar mulai pasrah.

Dia letakkan kedua tangannya dipipiku, berlahan kulepaskan pelukanku. Untuk beberapa saat kami saling memandang. Aku bisa melihat jelas matanya bekaca – kaca.

Dunia lukai aku, hakimi aku atas perlakuanku padanya. Biarkan aku merasakan apa yang aku perbuat sehingga sakit itu luar biasa untuknya.

“ Fly kamu tau kan artinya kalo kita bukan Cuma temen. Kita ga Cuma saling cerita, berbagi tapi lebih dari itu.

Kita berciuman bahkan mungkin lebih. Apa kamu bisa lakuin itu sama aku? Ini bukan main – main Fly” suaranya melemah.

Aku sama sekali tak menjawabnya. Aku dekatkan bibirku ke bibirnya. Jatungku terasa riuh. Menikmati setiap inci dari bibirnya.

“ Itu jawabanku Ryy…”

Seakan tak mau berpisah lebih lama, bibir kami kembali bertaut. Suara detak jantung dan bibir kami sama – sama berirama.

Lagu Nada Nada Cinta milik Rossa dari ponselnya yang sedari tadi penuh dengan musik mengiringi setiap sentuhan kami.

Masih terasa getar hati
Saat engkau ungkapkan
Segala yang terpendam
Dan kau bisikkan

Nada cinta
Semakin indah dunia
Membuka mata hati

Getar-getar cinta
Semakin dalam kurasa
Bagai sebuah simponi
Dalam jiwa...

Dulu ku ragu mengakui rasa cinta
Terpendam semua jadi nyata
Saat kau bisikkan

Nada cinta
Semakin indah dunia
Membuka mata hati

Getar-getar cinta
Semakin dalam kurasa
Bagai sebuah simponi
Yang kudamba..

Aku bersyukur...
Karena dirimu
kekasih yang baik hati
Selalu menjaga kejujuranmu
Semoga abadi tali cinta kita..

Bersama Nada Di Ujung Senja, ku mampu tuk meyakinkan hati, bahwa dia memang segala2nya untuk hidupku..!!

1 komentar:

  1. File musik nya kegedhean well.. Klw di jaringan lambat putus" suaranya.. Klw di jaringan cepet iyh baru normal.. :| Ngga ada y lebih kecil lg apa size nya.. ??

    BalasHapus

Jangan bawa2 link yg berbahaya, serem tau!!