Jumat, 07 November 2014

Kisah » Patasku Selalu Miring » Memory Putih Abu SMKN35 JAKARTA Ekz BOM204/CKR/03 C7J.

Hari ini aku Free ngga ada jadwal penerbangan, jadi aku mau ketak ketik sedikit cerita atw tepatnya pengalaman selama 3 tahun berseragam SMKN35 JAKARTA (BOM204 CKR/C7J).

Aku sempat ketawa ketika ada seorang teman bertanya, memang anak BOEDOET145 ngga ada yg pernah naek dari depan Gajah Mada Plaza yh?

Langsung saja ku jawab, cuma anak BOEDOET yg udh stres yg mau naik dari depan gajah mada :D

Jelas aja ngga ada yg lewat / naek dari situ, itu bukan rute BOEDOET145 dan di situ tempat ngumpulnya anak anak C7&6J Basis 204BOM CKR & P12 Gajah Mada Asik Setiap Saat baik pulang maupun berangkat sekolah. Dan aku juga selalu naik PPD204 atw P12 dari situ.

Kesan pertamaku ketika naik PATAS tentu aja panas, sumpek, engap, dan bau kringet :D Gimana ngga bau kringet? 1 patas sampai penuh berjubelan anak anak sekolah semua.

Semua kesan itu hilang berganti dengan suasana keakraban dan rasa persaudaraan y kuat sesama kami. Biarpun mayoritas penumpangnya pelajar cowo, tapi ngga ada yg kurang ajar ke pelajar cewenya.

Aku merasa aman dan dilindungi berangkat bareng mereka. Aku merasa seperti kami semua bersaudara yg saling menjaga satu sama lain.

A. Berikut adalah nama Basis/Jalur C7&6J All Base.

* 204/BOM(Batalyon Of Marder).
( "9204,VHS,MERUYA,JOGLO" ,80 all TMC ,GNT ,SABATH,ZBR ,CKR ,C10/CSB ,CAMP DOER ,XDRS,TNG)

* 73/SETCA.ROCK SEA
BE ARE DKIT TPI PENYAKIT

* 73/TG Free York.

* 83/VELBACK BOS
"BARISAN ORANG SANTAI".

* 62/STRONG
TANAH ABANG PUNYE KITE.

* 91/ROTOR

* 37/VAZERO.
(SLEEPY,PALMERAH ,RAWA BELONG)

* 70/TOWN.
KAWASAN KOTA TOEA.

* 700/KREATOR "TRAIN CITY".
(SABES , C40 MATRAMAN ,MANGGARAI ,KEMAYORAN ,D-POK,BK-SHE ,CITAYAM ,BOGOR MENTOK)

* 40/puloe gadoeng.

* 25/HOYA/CROEE PHASS Orang Asli camp java 7.

* 70@/WARBUS "Waktu Abiies Ribut "BLOCK_M" Untuk Santai."
(71BUK "BINTARO UNTUK KEMPING",70S KEBAYORAN ,21/CUS"CHIPOETAT UNTUK SANTAI",916 ,906,69,609,68,611,)

* P.12 GAJAH MADA Asyik Setiap Saat!!

B. Berikut adalah semboyan kami selama di jalur.

Langit bumi gedebak gedebuk..
Musuh menghadang STMN. CAMP 7 JAVA 204 mengamuk..

Anda klewang kami sabuk..
Anda pedang kami handuk..
Walau kami sekarang terpu...ruk..

Tapi ingat, suatu saat anda semua akan tunduk... << ..Kami terlahir dr jiwa katro .. :D

C. Berikut adalah daftar musuh musuh kami selama di jalur.

1. Skolaan mau tenar nggak pernah bisa » STM 1 DKI.
2. Skolaan katro, jebol ngga pernah mau ngaku » BONJER 5
3. Stm katro utara, menang rame doang STM 12 PELO.
4. Skolah katro klo di jalur KAPAL RUSAK BLOK M.
5. Skolaan krupuk BHEATRIXX.
6. Stm laler sampah ciputat DAYAX bAtU.
7. ISRAEL (Ikatan Sekolah Remaja Ekonomi Lemah) beserta semua anthek antheknya.

Lah ko ngga ada BOEDOET145? Jelas aja ngga ada BOEDOET, karna jalur kami ngga papasan sama jalur anak anak BOEDOET.

Saking penasaran nya karna ngga pernah ketemu BOEDOET145, pernah pas bulan April 2003 iring iringan C6J BOM204 alih jalur ke Tomang, waktu itu jalur BOEDOET WAH504, mereka sempat kaget lihat kita main ke jalurnya.

Dan seperti biasanya klw musuh ketemu musuh di jalur, tanpa di komando pun kami langsung bentrok sebentar lalu BOEDOET WAH504 nya buyar deh liat BOM204 yg lg ramai ramainya waktu itu. :D

Klw ngga percaya silahkan tanya anak anak BOEDOET WAH504 angkatan 02/03 nya.

Aku juga pernah coba coba ikutan rombongan nya 73/SETCA.ROCK SEA, waktu itu iseng aja pengen tau semua jalur nya anak anak C7&6J.

Heran kan ko Cewe kaya aku bisa brani masuk ke semua jalur tempurnya C7&6J?

Ku pikir ngapain takut, toh kami semua satu keluarga besar. Jadi saling menjaga satu sama lain, selama itu juga pelajar cowonya sopan & segan klw ke pelajar Cewenya.

Kadang aku ngrasa seperti ratu, karna mereka semua bener bener ngejagain aku banget :D

Dan benar saja, rombongan kami ketemu BOEDOET WOW913 di Roxy :D waktu itu tahun 2003. Sempet juga salaman & di kasih tanda tangan sama Tambos nack rawa lele kali deres P913/Boedoet Siang.

Kenapa di gelar di Roxy? Daerah itu jarang di razia sama polisi. Jadi cocok buat tempat cari kringet.

Rombongan kami selalu di bagi jadi 3 patas. Karna memang ngga muat klw di jadiin 1 patas.

* Patas 1 itu kepalanya.
» Kloter pertama, alias berangkat duluan.

* Patas 2 itu badan nya.
» Kloter kedua, berangkat nomer dua.

* Patas 3 itu ekornya.
» Kloter terakhir, alias berangkat belakangan.

Dan semua patas selalu di bikin miring abis. :D

Waktu Itu pertempuran yg paling alot yg pernah aku saksikan sendiri selama berpakaian putih abu. Dua sekolahan paling tua di jakarta, dan dua duanya ngga ada yg mau mundur.

Aku sempat ketawa ngakak ketika melihat pedagang asongan dan kaki lima disitu pada tepuk tangan memberikan aplous & semangat kepada dua skolaan yg lagi tempur kala itu.

Karna waktu itu bener bener pertempuran paling lama yg pernah ada di sejarah ku 3 tahun putih abu :D dua duanya sama sama ngga ada yg mau ngalah atw mundur.

Dan baru berakhir ketika adzan mahrib berkumandang, itu juga kedua belah pihak sama sama mundur pelan.

Semuanya masih tergambar jelas di ingatanku. Dan jadi pengalaman skaligus cerita indah semasa putih abu dulu yg bisa setiap saat membuat aku tersenyum ketika aku sedih atw stress dengan kerjaan.

Benar kata orang, klw masa indah selama sekolah itu terukir di masa putih abu :D

Salam silathurahmi dan persaudaraan buat semuanya. Meskipun seumpamanya dulu kita lawan / musuh di jalur, tapi se'engganya semua itu lepas dan luntur seiring dengan lepasnya seragam Kejuruan kita.

Karna pada hakikatnya kita semua adalah bersaudara, 1 bangsa, 1 tanah air & 1 bahasa yaitu Indonesia.

Mungkin cukup sekian dulu dari saya, lain kali kita sambung lagi cerita nostalgianya :D

By. Resty Komala Sari Exs BOM204CKR/C7J/03.

Kamis, 06 November 2014

Kisah » Panggil Aku Kakak!!

" Terima kasih Tuhan, akhirnya sekarang aku punya saudara untuk tempatku berbagi. Dan hidupku ngga akan pernah kesepian lagi!" Batinku, sambil ku kecup kening adik ku.

Bete banget hari ini bawaan dari tadi pagi. Kuputar putar pulpen lalu ku gigit gigit ujung tutupnya sampai penyok, dan ini pulpen ke sembilan yg aku gigitin hari ini.

Aku memang punya kebiasaan buruk sejak masih duduk di bangku SMA dulu. Klw lagi badmood pasti suka gigitin tutup pulpen. Bahkan tak jarang pulpen milik teman sebangku ku pun ikut jadi sasaran.

" Lah ko pena gw penyok tutupnya?" Gumam emil, ketika mengeluarkan pulpen dari dalam tas.

Waktu itu jam pelajaran kedua setelah istirahat. Bu siska, guru mata pelajaran sejarah menyuruh kami untuk membuat ringkasan materi.

Dia melirik kearahku, aku pun buru buru pasang muka polos dan tersenyum.

" Ini pasti kerjaan lo dian?" Katanya sambil menatap ku penuh selidik.

" Iyh." Jawabku sambil tersenyum.

" Kenapa pulpen gw yg kena sasaran?" Tanya nya heran.

" Gw kesel sama loe mil! Istirahat maen nylonyor pergi gitu aja ngga ngajak2 gw. Masih mending cuma pulpen loe yg gw gigitin, daripada..." Jawabku.

" Daripada apa??" Tanya dia.

" Daripada jari loe yg gw gigit!" Jawabku, langsung kuraih tangan nya, lalu ku gigit keras jari telunjuknya.

" Aaarrrrrhhhhmmmmm.." Teriak emil, langsung semua mata melihat kearah bangku kami berdua yg kebetulan berada di pojok paling belakang.

Emilya Andharesta Saputri, itu nama lengkapnya, aku biasa panggil dia emil. Satu satunya orang yg mau temenan sama aku semasa SMK dulu, karena jujur aku orang nya kaku dan ngga pandai bergaul. Jadi ngga punya teman. Dan Diandra Prameswari, itu namaku.

Hampir 15 tahunan kami ngga pernah ketemu lagi secara langsung selepas lulus dari SMKN 35 Jakarta, tahun 1999. Dia sekarang tinggal di pekanbaru ikut suaminya.

Terakhir kami kontak, dia jadi kepala sebuah yayasan di sana. Sementara aku masih tetap tinggal di cengkareng, meneruskan usaha properti milik almarhum suamiku.

Ku pandangi fotho Reza yg terbingkai rapi di sudut meja kerjaku.

" Aku kangen kamu mas, semoga Tuhan memperlakukanmu dengan baik disana. Seperti kamu memperlakukan aku!" Gumamku.

Jam dinding sudah menunjukan pukul empat sore, dan ku lihat dari layar monitor satu persatu pegawai ku sudah mulai meninggalkan tempatnya. Mengisi ulang daftar absensi lalu bergegas pulang.

Dengan malas aku pun beranjak dari meja kerjaku, kurapikan lagi semuanya seperti sedia kala. Seperti biasanya, pulang ngantor paling langsung pulang kerumah, nonton tv bentar lalu tidur. Udah gitu gitu aja terus, ngga ada yg spesial.

************

" Si bocah miskin belagu itu kira kira sekarang lagi ngapain yh?" Gumamku, sambil melihat ikan koi yg nampak asik berenang di kolam belakang rumah malam ini.

Ngga tau kenapa dari kemarin aku selalu kepikiran dia, gadis kecil yg selalu membuatku kesal. Dia berani membentak ku ketika pertama kali ketemu, dia berani menolak uang kembalian yg aku kasih.

Biarpun aku tau, klw semua itu berawal dari kesalahan ku sendiri. Tapi aku tetap ngga bisa terima!!

" Awas kamu Resti, ku jitakin nanti kamu." Bathinku.

Ku beranjak dari taman, kupakai switterku lalu ku keluarkan mobilku dari garasi. Entah kenapa malam ini aku ingin ke warung tenda nya lagi.

Kupacu laju mobilku menyusuri jalanan jakarta malam ni, udh aga sepi jalanan nya maklum udh jam sepuluh malam jadi bisa skalian drag. Lumayan bisa stag di 100km / jam, biarpun ngga lama turun lagi ke 60-70km :D

" Loh ko' sepi? Kemana dia?" Bathinku ketika masuk ke dalam warung.

" Permisi! Spada! Mba, lele goreng nya dong!" Ucapku setengah berteriak.

" Iyh, sebentar!" Sahut dari belakang warung.

" Loh, ko' suaranya bedha? Bukan suara si Resti?" Bathinku.

Memang benar y kluar bukan Resti, tapi wanita yg umurnya kira kira sebaya denganku.

" Mau pesan apa mba?" Tanya dia ramah sambil memasang senyum.

" Lele goreng satu, goreng setengah matang. Nasi uduk nya setengah aja, minum nya es jeruk." Kataku.

" Sebentar yh mba!" Jawab dia lalu bergegas menyiapkan pesananku.

Akhirnya pesananku pun datang, aku makan sambil ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon sama wanita itu. Dan aku banyak tau tentang Resti darinya, nama wanita itu klw ngga salah ingat Nurkhasanah.

Selesai makan, akupun langsung beranjak pulang. Malam itu aku ngga ketemu dia :( kata Nur dia lagi kurang enak badan, makanya ngga ikut ke warung.

************

" Hemmzz, ternyata Resti gadis stres yg minggat dari kampung karna ngga mau dinikahin muda. Tapi aku benar benar salut dengan kenekatan dan keberanian anak itu buat datang ke jakarta sendirian. Padahal dia sama sekali ngga punya sodara disini!" gumamku, sambil rebahan di ranjang menjelang tidur.

Malam itu Resti jadi primadona di pikiranku. Aku mulai simpati sama dia, jujur dia anak yg manis dan baik. Klw ngga baik, mana mungkin Nur mau menampung nya? Ku pikir, mungkin memang cara perkenalan kami aja yg salah. Makanya kami musuhan.

" Aku harus berbuat sesuatu untuk anak itu." Tekadku dalam hati.

***********

Hari ini ngga terlalu banyak kerjaan di kantor, yh seperti biasa datang duduk manis, tanda tangan ini itu, pelajari proposal kontrak, cek absensi karyawan. Lalu sorenya pulang.

Seperti malam kemarin, malam inipun aku datang ke warung tenda itu lagi. Ku lihat dari jauh warung nya sepi ngga ada pembeli.

Mungkin tanggal tua kali yh? Jadi orang lebih suka makan indomie rebus drpd makan pecel lele. Maklum, di daerah situ kan kebanyakan kayanya buruh pabrik yg tinggal.

Ku lihat Resti sedang duduk sendirian termenung di Halte yg ngga jauh dari warung nya. Kuputuskan untuk menghampirinya saja. Aku memutar jalan, hingga aku tepat berdiri di berada di belakangnya tanpa dia sadari.

Kulihat dia sedang termenung sambil memandangi sebuah buku raport, kayanya sich punya dia.

" Kapan yh aku bisa nglanjutin sekolah ku? Aku pengen banget jadi akuntan. Aku pengen banget bisa lunasin semua hutang bapak, aku kangen banget sama bapak sama ibu. Tapi aku juga ngga mungkin pulang :( Aku bersumpah, aku ngga akan pulang ke kampung sebelum aku bisa jadi orang sukses disini!" Gumamnya lirih, tapi masih bisa aku dengar.

Aku cuma bisa terdiam mendengarnya. Aku rasa nafasnya sesegukan, dia pasti sedang menangis. Aku putuskan untuk duduk disampingnya.

" Emang susah yh jadi orang miskin." Kata ku memulai percakapan.

" Iyh!" Jawabnya sambil menunduk tanpa menoleh kearahku.

Tapi setelah itu dia langsung reflek menoleh, karna menyadari ada orang yg duduk di sampingnya. Matanya langsung melotot, ketika tau bahwa orang yg duduk di sampingnya adalah aku. Dia buru buru mengalihkan wajah untuk menyeka airmatanya, mungkin malu kali.

" Kenapa diseka? Malu yh ketahuan nangis sama aku? Cuek aja kali, orang miskin emang ngga pernah jauh jauh dari nangis kan?" Sindirku.

" Aku lg males berantem bu, klw dateng cuma mau cari masalah mending buruan ibu pergi sebelum aku gampar!" Katanya lirih sambil menunduk.

Aku cuma tertawa mendengar kata katanya.

" Buset dah, anak kecil mau gampar gw? Ga gw jitakin jg udh sukur loe!" Bathinku.

" Rokok Res?" Kataku sambil menyodorkan rokok ke arahnya.

" Aku ngga ngroko!" Jawabnya ketus.

" Cobain ajh, lumayan bisa buat ngurangin beban pikiran. Gratis ini ngga suruh bayar!" Candaku.

Di raihnya bungkus rokok malborro putih dari tangan ku. Diambilnya satu batang, dan reflek ku sodorkan korek gas ke arahnya. Ya Tuhan dia batuk :D

" Blo'on! Ngisep gitu aja ngga bisa!" Kataku.

" Kan aku bilang, klw aku ngga pernah ngroko! Ibu aja yg barusan bilang katanya bisa buat ngurangin beban pikiran, makanya ku isep!" Bela dia.

Aku cuma tertawa mendengarnya, diapun ikutan tertawa. Heemmzz, manis jg dia klw tertawa. Akhirnya ku ajari dia bagaimana caranya menghisap roko yg baik dan benar. Dia sepertinya jg anak pintar, makanya cepet bisa.

*********

Hari ini hari minggu, biasanya aku selalu bangun siang soalnya memang ngga ada aktifitas jadi ngapain bangun pagi?

Tapi minggu ini beda, sejak jam enam pagi aku udh bangun dan mandi. Setelah selesai berhias, aku pun meluncur ke prumpung. Semalam aku udh janji mau ngajak Resti jalan jalan. Aku juga udh minta ijin sama Nur, dan dia ngijinin.

Ku parkirkan mobil di samping warung rokok di deket halte. Karna gang Swadaya tempat kontrakan Resti dan Nur jalan nya sempit, jadi ngga bisa masuk mobil.

Ku lihat Resti sudah siap di depan pintu kontrakan. Setelah berpamitan dengan Nur, kamipun bergegas pergi. Awalnya kami berdua cuma keliling keliling aja di monas, tapi bosen jg sich klw cuma liatin tugu doang mah. Akhirnya ku putuskan untuk banting stir ke arah ancol.

Ini jalan jalan pertama ku, setelah kepergian suamiku. Dua tahun setelah kepergian suamiku, aku cuma tau kantor dan rumah aja. Ngga pernah kemana mana. Males mau jalan jalan juga.

" Aaaarrrrrrrrrhhhhhmmmmmmmmm...." Teriak Resti sambil membentangkan kedua tangan nya lebar lebar ke arah laut senja itu.

Ketika kami berdua sedang berdiri di ujung dermaga, pantai marina ancol. Aku cuma tertawa melihat kelakuan nya, benar benar anak kecil.

" Kamu senang Rest?" Tanyaku.

" Seneng banget bu, baru kali ini Resti bisa jalan jalan sejak pertama kali datang ke jakarta." Jawabnya, sambil tetap memangdang laut.

" Panggil Kaka aja, ngga usah panggil ibu! Kesan nya tua amat aku?" Kataku ketus.

" Maksudnya?" Katanya sambil menoleh kearahku dengan tatapan heran.

" Iyh, panggil aku ka dian aja, jngn panggil ibu!" Jawabku.

" Maksud ibu, eehh kaka itu gimana? Aku masih blm paham?" Tanya nya.

" Kamu jadi adik ku yh Res? Mau kan?" Tanyaku balik.

Dia termenung, sepertinya dia masih bingung.

" Maksud kaka gimana?" Tanyanya.

" Sejak kepergian suamiku untuk selama lamanya aku sebatang kara Res, aku ngga punya siapa siapa lagi buat temen berbagi, kamu mau yh jadi adik ku? Aku janji bakal jagain dan ngrawat kamu seperti adik kandungku sendiri!" Kataku penuh harap.

" Iyh mau!" Kata dia sambil tersenyum.

Ku bentangkan lebar lebar tanganku ke arahnya. Dan diapun langsung memeluk ku dengan erat.

" Terima kasih Tuhan, akhirnya sekarang aku punya saudara untuk tempatku berbagi. Dan hidupku ngga akan pernah kesepian lagi!" Batinku, sambil ku kecup kening adik ku.

Tamat..

Senin, 03 November 2014

Kisah » Aku Benci November.

Untuk kesekian kalinya aku terjaga dari sebuah mimpi. Mimpi yg teramat buruk yg selalu datang di setiap tidurku, terutama ketika memasuki bulan November seperti ini.

Ku nyalakan rokok dan menghisapnya dalam dalam. Tuhan, sampai kapan aku harus terus seperti ini? Kenapa hanya aku yg tersisa?

Diandhra Prameswari, itu nama asliku. Dan aku pemegang akun ソソ ソソ, salah satu member Clown1987 yg paling jarang aktif, karena jujur aku ngga terlalu suka dengan sosial media.

Harusnya aku bisa jadi wanita yg paling beruntung di dunia. Aku punya segalanya, uang, kuasa, semua aku punya. Tapi cuma satu yg aku ngga punya, yaitu orang orang yg bisa dan pantas untuk aku sayang.

Awalnya aku hanya seorang gadis miskin, bahkan aku menamatkan sekolahku pun harus lewat jalur beasiswa di SMKN 35 Jakarta (Camp7Java) angkatan tahun 1999.

Semua berawal saat aku yg baru lulus sekolah dan belum mendapatkan pekerjaan, dan ketika itu tiba tiba saja ayahku sakit. Ayah adalah satu satunya keluarga yg aku punya, karena ibuku meninggal ketika melahirkanku.

Ayah gagal ginjal dan harus segera di operasi. Aku benar benar bingung, bagaimana caranya aku bisa mendapatkan uang untuk biaya operasi ayah. Akhirnya ku tempuh jalan pintas, aka melelang keperawanan ku di semua sosial media.

Banyak pria yg berduyun duyun mencoba untuk menawar keperawananku. Aku sebenarnya takut, tapi itu semua demi ayah. Dan aku rela nglakuin apa aja asal ayahku bisa sembuh.

Dan Reza pun datang sebagai malaikat penolong untuk aku dan ayah. Reza yg membiayai semua pengobatan ayah, reza juga yg membantu aku untuk mencarikan pekerjaan.

Hingga akhirnya kami saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah. Tepat tanggal 3 November 2001, aku dan Reza mengucapkan janji setia sehidup semati selalu bersama di depan penghulu.

Sejak saat itu hidupku berubah seperti seorang ciderella. Aku punya Reza, yg menyayangiku apa adanya. Tapi semua seolah hanya mimpi indah yg tak berlangsung lama.

Tepat tanggal 5 November 2002 mobil yg kami tumpangi mengalami kecelakaan di tol ciawi. Ketika itu kami sekeluarga baru saja selesai merayakan ulang tahun pernikahan yg pertama.

Reza, Ayah, dan Jabang Bayi yg sedang ku kandung semuanya pergi. Tinggal lah aku seorang diri. Awal nya aku merasa semua itu hanyalah sebuah mimpi buruk dan aku harus segera terbangun.

3 November 2003 »" Selamat hari ulang tahun pernikahan kita y ke-2 mas! Aku kangen kamu, aku kangen ayah, dan aku kangen anak kita." Bisik ku sambil menatap foth almarhum suamiku di meja samping ranjang.

**********

Pagi yg cerah, aku sudah bersiap untuk ke pemakaman keluarga hari ini. Daster warna hitam, pakaian yg pertama kali aku kenakan ketika malam pertama dengan suamiku pun sudah menempel indah di tubuhku.

" Kamu sudah cantik dian, mas Reza pasti senang ketika melihatmu nanti." Hibur bathinku.

Airmataku pun kembali menetes di depan pusara Mas Reza, ketika ku ingat satu persatu kenangan manisku bersama nya.

" Ya Tuhan, mau sampai kapan aku harus terus seperti ini? Aku lelah selalu hidup dalam kenangan. Tapi aku juga ngga akan pernah sudi siapapun menggantikan nama Reza di hatiku, karna namanya terlalu tinggi dan terlalu indah untuk bisa di gantikan oleh siapapun" ratapku lirih. Sambil ku cium mesra batu pusaranya.

**********

" Tok tok tok!" Ketukan pintu kamar yg sukses membangunkan tidur siangku.

" Syapa?" Tanyaku.

" Bibi non!" Sahut dari luar.

" Masuk aja bi, pintunya ngga di kunci." Jawabku sambil menarik selimut menutupi wajahku. Jujur aku masih ngantuk!

Ku dengar suara pintu kamar di buka, itu bi'sum. Orang yg selalu setia menemaniku selama ini. Dia juga yg merawat Almarhum suamiku sedari kecil.

Dan ketika kami menikah, kami memutuskan untuk mengajaknya tinggal bersama kami. Aku sudah menganggapnya seperti keluargaku sendiri. Karena dia juga bernasib sama sepertiku, sama sama sebantang kara.

" Non, di luar ada yg nyari'in" kata bi'sum ketika sudah ada di dekatku.

" Bi' aku kan sudah bilang klw hari ini aku ngga mau di ganggu oleh siapapun! Suruh pulang aja! Besok lagi kesininya!" Jawabku ketus dari balik selimut.

" Tapi non, dia bilang penting katanya!" Bela bi'sum.

" Bibi! Aku bilang besok yh berarti besok aja! Ngerti ngga sich!" Sentak ku sambil terbangun dari ranjangku.

" I-Iya non!" Jawab bi'sum, sambil berlalu.

Tapi ketika tangan nya baru hendak meraih handle pintu, aku mencegahnya.

" Bilang ke dia suruh tunggu sebentar! Sebentar lagi aku turun" kataku.

" Baik non." Jawab bi'sum lalu ke luar kamar.

Aku benar benar penasaran siapa yg datang siang itu. Klw karyawanku kayanya ngga mungkin, mereka semua tau setiap tanggal 3 - 5 November aku ngga mau di ganggu. Kantor pun selalu aku liburkan selama 3 hari.

**********

Kupandangi gadis muda yg sedang berdiri sambil menunduk di hadapanku. Penampilan nya sederhana dan sepertinya dia gadis kampung yg baru nyasar ke jakarta.

" Siapa kamu? Dan apa perlu apa kamu mencariku? Klw mau mencari sumbangan atw pekerjaan sepertinya kamu salah alamat datang kesini!" Kataku ketus sambil menyulut rokok ku menghisap nya dalam lalu mengepulkan asapnya ke angkasa.

Dia seperti tersentak, dan seketika itu wajahnya terangkat. Matanya menatap tajam ke arahku, dan seperti nya dia tersinggung dengan ucapanku! Baru kali ini ada yg berani menatapku seperti itu!!

" Kenapa kamu menatapku seperti itu! Kamu marah? Atw kamu tidak suka dengan kata kataku?" Ucapku dengan nada tinggi.

Ku lihat dia seperti mendengus menahan kesal.

" Maaf Ibu Diandra Prameswari yg Terhormat! Saya cuma ingin mengembalikan ini, ini sepertinya milik ibu!" Katanya sambil mengeluarkan sebuah dompet berwarna merah merek Gucci dari dalam kantong kresek yg di genggam nya lalu meletakan nya di meja.

Ya Tuhan, itu dompetku! Dompet yg aku beli di prancis, dan dompet itu memang sudah hilang seminggu yg lalu.

Entah dimana aku menjatuhkan nya aku sendiri juga lupa, seingatku saat itu aku mabuk dan ban mobilku pecah di daerah prumpung. Dan kini tiba tiba dompet itu ada di tangan nya.

" Ini sepertinya milik ibu, terima kasih banyak atas semua penghinaan nya!" Katanya menahan geram sambil hendak berlalu.

" Tunggu dulu!" Bentak ku menahan nya.

" Apalagi?" Jawab dia dengan nada yg tak kalah tinggi.

" Aku heran sama kamu, orang miskin sepertimu biasanya senang klw nemu uang banyak di jalan! Tapi kamu sepertinya orang miskin paling goblok yg pernah aku temui karna kamu memilih untuk mengembalikan dompetku daripada mengambil semua uangnya" sindirku, sambil ku hisap rokok ku dan mengepulkan asap nya ke arah nya.

Mukanya makin merah padam, dia benar benar sudah marah.

" Terima kasih untuk penghinaan nya Ibu Diandra Prameswari yg terhormat! Saya mungkin memang orang miskin, tapi ibu saya tidak pernah sekalipun mengajarkan saya untuk mengambil dan mengklam sesuatu yg bukan milik saya!" Jawabnya menahan geram.

Ku lihat matanya berkaca kaca, dia sepertinya menahan sesuatu yg seolah ingin meledak di dalam dirinya.

" Lalu bagaimana saya bisa tau, klw kamu ngga ngambil uang saya sepeserpun dari dalam dompet! Biasanya orang miskin seperti kamu kan berbakat untuk jadi maling!" Tanyaku sinis.

" Ibu silahkan cek sendiri isinya, jika memang ada yg hilang atw berkurang sepeserpun ibu bisa cari saya! Saya bekerja di warung tenda pecel lele dekat halte prumpung." Katanya.

" Sepertinya urusan saya sudah selesai dan saya mohon pamit! Terima kasih juga untuk semua penghinaan ibu! Permisi!" Katanya ketus sambil hendak berlalu.

" Tunggu dulu! Bagaimana saya tau klw kamu jujur?" Kataku.

" Jika memang uang ibu ada yg hilang, ibu silahkan datang ke tempat saya biasa bekerja. Cari saya, nama saya Resti Komala Sari! Terima kasih" katanya dengan tatapan berkaca kaca.

" Tunggu dulu!" Cegahku ketika dia hendak berlalu.

" Apalagi sich bu? Sudah cukup ibu menghina saya! Saya mungkin memang orang miskin dan ngga sebanding dengan ibu! Tapi sepertinya saya jauh lebih baik dari ibu, karna saya bisa menghargai kebaikan orang lain!" Jawabnya.

" Ohw iya, jika memang ada uang ibu yg hilang. Silahkan ibu cari saya!" Jawabnya sambil berlalu dan membanting pintu depan.

Aku hanya bisa terpaku melihatnya pergi. Baru kali ini aku bertemu gadis seberani dia. Mungkin aku memang sudah keterlaluan padanya, tapi masa bodo lah, orang miskin seperti dia memang pantas di perlakukan seperti itu.

***********

Jam dinding sudah menunjukan pukul sepuluh malam, tapi mataku seolah susah untuk diajak terpejam. Padahal biasanya aku akan langsung tertidur setelah menenggak 2 sampai 3 sloki sampane.

Pikiranku selalu teringat dengan gadis tadi siang. Gadis muda yg berani memaki makiku. Ketika ku pikir secara jernih, memang aku yg salah jadi wajar jika dia marah. Dan uang di dompet yg dia kembalikan memang masih utuh tidak berkurang 1 sen pun.

Rasa penasaranku mendorongku untuk meraih switter dan kunci mobil. Aku ingin memastikan apa benar dia bekerja di warung tenda seperti kata katanya tadi siang.

Ku keluarkan mobil dari garasi dan ku pacu menyusuri jalanan jakarta yg mulai lengang dari cengkareng ke arah prumpung.

" Mana ngga ada warung nya? Boong brarti tuh anak! Sial, aku bisa di kibulin anak kecil!" Bathinku kesal.

Saat itu aku lupa bahwa dia bilang dia dagang di daerah prumpung. Sedangkan aku daritadi cuma muter muter di uki cawang. *Dasar Pe'a :'(

Akhirnya ketemu juga warung nya. Iyah seperti yg dia bilang, di samping halte prumpung. Warung Pecel Lele Lamongan Mbak Nur, klw ngga salah baca sich begitu tulisan nya.

Lama aku melihatnya dari jauh, ku lihat sesekali dia mondar mandir melayani pembeli atw sekedar duduk di depan warung.

Aku ragu, apakah aku akan menghampirinya atw tetap diam disini. Akhirnya ku putuskan untuk mendatangi warung nya.

************

" De, lele goreng satu, goreng setengah matang!" Kataku sambil duduk di bangku plastik.

" Iyh sebentar mba!" Sahut seseorang dari belakang warung.

Aku kenal suaranya, dan itu memang suara dia. Dan benar saja, dia langsung diam terpaku, matanya melotot seperti hampir keluar ketika melihat orang yg memesan barusan, iyh orang itu adalah aku.

" Mau apa lagi ibu datang kesini? Apa belum puas atas semua penghinaan ibu tadi siang ke aku?" Katanya ketus menahan geram.

" Aku kesini bukan mau berdebat! Aku mau pesan lele goreng, jadi sebaiknya buruan kamu bikinin!" Kataku sambil pura pura sibuk memainkan ponselku tanpa menoleh ke arahnya.

" Lalu klw aku ngga mau bikinin, trus ibu mau apa?" Jawabnya dengan nada tinggi.

" Pembeli itu raja, jadi cepat kamu bikinin pesanan ku tadi, lele goreng setengah matang dan ingat jangan di kasih racun!" Jawabku sambil tetap memainkan ponselku tanpa menoleh ke arahnya.

Dia terdiam, ku dengar nafasnya seperti mendengus. Tapi akhirnya dia ngalah juga.

" Sebentar!" Kata dia sambil berlalu ke dalam.

Selang beberapa waktu dia keluar sambil membawa pesananku.

" Pakai nasi uduk setengah saja!" Kataku ketika melihatnya keluar.

Dia cuma diam sambil memenuhi permintaan ku. Malam itu aku makan lele goreng buatan dia. Dan jujur saja rasa masakan nya aneh! Karna mungkin dia membuatnya setengah hati atw apalah. Tapi aku bersyukur karna dia ngga memasukan racun ke dalam makanan ku.

" Berapa semuanya?" Tanyaku ketika selesai makan.

Dia diam sejenak seperti menghitung lalu menjawab.

" Semuanya duabelas ribu!" Katanya ketus.

Bergegas ku ambil selembar uang 50ribuan dari dalam dompet

" Nich, ambil saja kembalian nya buat kamu!" Kataku sambil meletakan uang itu di meja lalu beranjak pergi.

" Ibu Diandra Prameswari!" Panggilnya mengejarku, ketika itu aku melangkah hendak masuk mobil.

" Ini kembalian nya! Maaf saya mungkin memang orang miskin, tapi saya hanya mengambil apa yg menjadi hak saya" katanya sambil meraih tanganku lalu memberikan uang kembalian.

" Kamu ini orang miskin aja belagu!" Bentaku, aku benar benar kesal.

" Terserah apa kata ibu saja!" Katanya sambil berlalu.

Aku hanya bisa terpaku dan diam melihatnya pergi begitu saja. Ya Tuhan, baru kali ini aku di cuekin sama anak kecil seperti dia :'(

Mungkin ini salah satu kesialan ku di bulan November. Yah aku memang selalu sial di bulan November, maka dari itu aku membenci bulan ini!!

Continue..

Minggu, 02 November 2014

Janji Setia Di Parangtritis » Mozhank Juga Chayank Delphy (1).

" Buruan rapiin bajumu, kita pulang! Teteh utary udh nyariin" kata ku sambil beranjak dari atas tubuhnya.

Blink182 ~ I Miss You!!

Play :
Download : [disini]

Malam ini langit cerah, bintang bertaburan laksana butiran ceres di atas donat gosong. Tetap bersinar indah meski tanpa rembulan disisinya.

Kumasukan kembali ponsel ku setelah aku selesai mengucapkan selamat idul fitri untuk umi dan abi. Besok hari raya, dan ini adalah hari raya pertama ku yg tak kurayakan bersama kedua orang tuaku. Karena aku lebih memilih untuk ikut teteh angkatku berlebaran di kampung halaman nya.

Jalanan depan rumah nampak ramai orang lalu lalang. Sesekali mataku memperhatikan seorang gadis yg tengah asik bermain kembang api di halaman. Gadis yg selalu membuatku bingung dan heran dengan semua kelakuan nya. Justine linawaty namanya.

Aku baru pertama kali ini mengenalnya, karena dia sama sama ikut teteh mudik. Dan dia juga sama baru pertama kali ini mengenalku.

Tapi kenapa dia udh berani berbuat sejauh itu ke aku? Sebenarnya apa yg ada di dalam pikiran nya?

Masih ku ingat jelas kejadian sore tadi, dia tiba tiba saja masuk ke kamar mandi lalu mencium bibirku. Harusnya aku marah dan langsung memukulnya pakai gayung. Tapi kenapa aku ngga bisa? Tubuhku seolah kaku.

Kenapa aku justru memilih untuk diam dan menikmati setiap sentuhan dan lumatan bibir nya di bibirku. Bahkan aku mengijinkan lidahnya untuk merajai setiap relung mulutku.

Dan aku pun tetap memilih untuk tetap diam terpaku ketika dia pergi gitu aja setelah apa yg dia lakuin ke aku. Ya Tuhan, sebenarnya aku ini kenapa?

*********

" Justine, Amel udh pada siap belum? Ayo buruan katanya mau temenin teteh nyekar!" Teriak Teteh utary dari teras rumah sore itu yg sukses membuyarkan semua lamunanku.

Utary Sri Rahayu Setyaningrum itu nama teteh angkatku. Orang yg pertama kali aku kenal lewat jejaring sosial media facebook dua tahun yg lalu. Dan Emy Amelia adalah namaku, aku pemegang akun Mozhank Chayank Delphy.

" Iyh sebentar teh!" Sahutku.

Masih ku lihat Justine malah enak enakan tiduran sambil mendengarkan ipod lewat hanset. Mungkin ia ngga denger kali. Dan ku putuskan untuk ninggalin dia saja lh. Aku masih kesel sama dia.

" Loh Justine mana mel? Ko ngga skalian di ajak?" Tanya teteh utary.

" Ngga tau teteh, tadi sich lagi dengerin musik ngga denger kayanya" jawabku sekenanya.

Teteh Utary hanya menghela nafas lalu masuk ke dalam.

Kami berjalan beriringan bertiga menyusuri jalan desa sore itu. Sesekali kami berpapasan dengan warga sekitar. Teteh Utary terkadang menyapa mereka jika kebetulan berpapasan langsung atw hanya tersenyum.

Dan yg aku tau, hampir setiap orang yg kami temui pasti selalu melirik ke arah Justine. Yah dia lebih tampil mencolok diantara kami.

Wajahnya yg oriental mirip artis korea, rambut panjang nya yg tergerai lurus dan kulitnya yg jauh lebih putih dibandingkan kami berdua udh lebih dari cukup untuk membuatnya tampil mencolok.

Seperti kemarin, Justine memilih untuk bersikap cuek dan irit senyum. Sambil asik berjalan dan mendengarkan musik lewat ipodnya.

Akhirnya kami pun sampai di pemakaman desa tempat ibu teteh utary di makam kn. Aku dan Justine hanya diam melihat Teteh bersimpuh lalu berdoa di makam ibunya.

Lagi lagi aku hanya bisa terpaku, ketika justine tiba tiba melirik ku sambil tersenyum. Kemudian tangan nya menggenggam erat tangan ku.

**********

Ku arahkan pandanganku kembali ke langit ketika suara kembang api sukses membuyarkan lamunanku. Benar benar malam yg indah.

" Mel, aku liatin ko dari tadi sore kamu diem trus sich? Kamu sakit?" Kata Justine.

Entah kpn dia dateng. Tapi yg jelas dia udh duduk di sampingku. Dan yg lebih heran lagi, tumben banget dia pake bahasa aku kamu? Biasanya juga Loe Gue?

" Ngga papa, cuma lagi pengen diem aja." Jawabku, sambil tetap melihat kembang api di langit.

Bisa ku rasakan tangan nya menyentuh tanganku, jemarinya masuk di sela sela jemariku lalu menggenggam nya erat.

" Sukur deh klw kamu ngga papa, kirain sakit." Katanya.

Aku melirik ke arahnya, dan dia membalasnya dengan senyum. Tak lama bapaknya teteh Utary datang. Dia sepertinya baru pulang dari masjid.

" Baru pulang pak? Ko ngga bareng sama cece utary?" Tegur justine.

" Eh mba Justine, mba Amel. Iyh nich mba, klw mba Uut tadi bilang nya sich mau ke tempat teman nya dulu, makanya ngga bareng." Jawab bapaknya teteh utary.

" Wah motornya boleh tuh pak? Pinjem bentar dong!" Kata Justine.

" Emang mba Justine bisa naik motor?" Tanya bapaknya teh utary.

" Bisa lh pak! Pinjem bentar sich! Pengen muter muter nich. Bosen di rumah trus." Jawab Justine.

" Ya udh nich kuncinya. Pake aja, tapi jangan jauh jauh yh." Kata bapaknya teteh utary sambil menyerahkan kunci motor ke Justine.

" Siap bos!" Jawab Justine.

Ku lihat bapaknya teteh utary cuma tertawa lalu berlalu masuk ke dalam rumah.

" Ayo mel ikut!" Kata justine sambil menarik tanganku.

" Ikut kemana?" Tanyaku heran.

" Jalan jalan lh! Ngapain di rumah trus." Jawab Justine.

" Jalan kemana?" Tanyaku lagi.

" Ya kemana aja lh, muter muter kampung ke atw kemana gitu." Jawab justine.

" Pake motor?" Tanyaku lagi.

Ku lihat motor bapaknya teteh utary, motor astrea prima jadul yg sudah di cat ulang. Ngga tau kenapa masih suka pake motor jadul kaya gitu, padahal beli baru juga bisa.

Katanya sich itu motor banyak kenangan nya. Motor yg sering di pake teteh utary dulu waktu masih SMA.

" Iya lh pake motor, mau pake mobil pasti rame. Mau ngluarin nya juga males. Enakan jg pake motor." Kata Justine.

" Ta" jawabku.

Justine tidak berkata apa apa lagi, dia menarik tanganku. Mau ngga mau akupun harus nurut.

Kami berkeliling berdua dengan naik motor jadul malam itu. Sesekali Justine iseng dengan tiba tiba mengerem atw menyentak tali gas.

Aku pun cuma bisa diam memeluk erat pinggangnya, sesekali jg ku jewer kuping nya. Dan anehnya, dia hanya tertawa. Yah Tertawa lepas dan itu pertama kalinya aku melihatnya tertawa.

" Kenapa berhenti disini? Mana gelap lagi!" Protesku ketika Justine tiba tiba menghentikan motornya di jalanan desa pinggir sawah.

" Ga papa, aku cuma pengen lihat bintang aja." Jawabnya.

Aku pun memilih diam, dengan tetap duduk di jok belakang. Lama kami ngga saling bersuara. Hanya suara jangkrik dan hembusan angin malam yg terdengar di telinga.

" Mel, aku minta maaf yh untuk kejadian tadi sore." Kata Justine memulai percakapan.

" Iyh ngga papa, lupain ajh." Jawabku singkat.

Dia menstandarkan motor lalu menarik tanganku untuk turun. Kami berjalan berdua menuju pos kamling pinggir desa yg tak jauh dari situ.

" Kamu beneran ngga papa mel?" Justine mengulang pertanyaan nya setelah kami berdua duduk di pos kamling.

" Udh sich Tine, ngapain di inget inget lagi! Aku males ngingetnya." Jawabku ketus sambil menunduk.

Ku dengar Justine menghela nafas berat.

" Itu ciuman pertamaku mel! Dan ngga tau kenapa, malah aku lakuin sama kamu." Katanya.

Aku tersentak.

" Itu juga ciuman pertamaku Tine! Dan ngga pernah terlintas di pikiranku bahwa aku bakalan nglakuin my first kiss ku sama Cewe!" Jawabku spontan.

Justine cuma tertawa, *ihh dasar bedul :'(

" Tapi kamu jg menikmatinya kan?" Tanya dia.

" Ga!!" Jawabku ketus.

" Bo'ong!! Orang aku ngrasain juga klw bibir kamu tuh ngisep lidahku!" Jawab Justine.

" Iihhh apaan sich! Ngarang ajah!!" Kata ku sambil mencubit pinggangnya.

Justine cuma tertawa, entah kenapa dia tiba tiba mendekatkan wajah nya ke wajahku. Aku pun gugup setengah mati, dan Sialnya aku ngga bisa mundur karna posisiku duduk di samping tiang gardu.

" Ka ka mu mau apa Tine?" Jawabku gemetar, aku benar benar gugup dan ngga tau harus ngapain.

" Aku pengen nglakuin itu lagi sama kamu." Jawabnya sambil memegang kedua pipiku lalu langsung melumat bibirku.

Ya tuhan! Apa yg sedang aku lakukan? Aku cewe dan sekarang aku sedang di cium sama cewe juga. Apa aku ini sudah gila? Atw memang kami berdua udh ngga waras?

Lagi lagi aku cuma bisa diam merasakan bibirnya melumat bibirku. Ku biarkan lidahnya merajai setiap relung mulutku.

Kurasakan tubuhku semakin panas dingin ngga karuan ketika bibirnya mulai turun ke leherku. Untung sepi, klw sampai ada orang lewat dan lihat kami bisa berabe urusan nya.

Hingga tiba tiba suara sms mengejutkan kami. Buru buru ku ambil hp di saku dan melihat mesage dari teteh Utary.

Mel kamu sama justine dimana? Udh malam ko blm pulang?

" Sms dari siapa mel? Pasti dari cowo kamu yh?" Tanya Justine, ku lihat wajahnya tiba tiba berubah 180 derajat.

" Nich baca sendiri ajh." Kata ku sambil menyerahkan ponselku ke dia.

" Owh, kirain dari cowo kamu! Hee" wajah nya kembali sumringah setelah tau sms itu dari siapa.

" Aku ngga punya cowo tine! Udh ahh, pulang yuu, teteh utary udh nyariin." Jawabku sambil beranjak.

Justine bergegas meraih tangan dan menahan ku.

" Kamu bilang apa tadi mel?" Tanya dia.

" Aku bilang aku mau pulang!" Jawabku ketus.

" Bukan itu, yg tadi barusan kamu bilang!" Protes dia.

" Yg mana lagi sich? Orang aku cuma bilang klw aku mau pulang!" Jawabku.

" Kamu beneran ngga punya cowo mel?" Tanya dia lagi sambil pasang wajah penasaran.

" Aku masih kecil jadi blm boleh pacaran sama orang tuaku!" Jawabku ketus dan sekenanya.

Dia tersenyum lalu bangkit, entah kenapa tiba tiba ia memutar bohlam 15 watt satu satunya penerangan yg ada di gardu.

" Kamu mau ngapain Tine? Gelap tau! Aku takut!" Protesku.

" Ngapain kamu takut? Kan ada aku mel!" Katanya sambil mendekap lalu melumat lagi bibirku.

Dia merebahkan tubuhku, dia sekarang ada diatasku dan lagi lagi aku cuma bisa terdiam dan pasrah.

" Kamu mau apa Tine?" Tanyaku gemetar.

Aku benar benar sudah takut banget, bukan takut sama dia tapi aku memang takut gelap.

" Aku mau kamu mel" jawabnya.

Aku ngga tau harus jawab apa. Tapi reflek aku justru malah berbalik mendekapnya. Ku putar tubuhku, dan gantian dia yg berada di bawah sekarang.

Ku lumat bibirnya lembut dan pelan. Dia benar benar mati kutu sekarang karna posisinya di bawah dan aku di atas. Dia sepertinya peka dan langsung memasukan lidah nya ketika ku buka mulutku.

Lama kami berciuman hingga aku kehabisan nafas. Kuputuskan untuk turun dan menyusuri lehernya dengan bibirku. Bisa kurasakan dia mendesah dan tubuhnya bergetar.

Perlahan tapi pasti ku turunkan resleting sweeternya, dan aku mendadak diam terpaku. Owh my god, dia ngga pake kaos di balik sweeternya.

Dia sepertinya tau kenapa aku tiba tiba diam, di tariknya kepalaku lalu di susupkan ke dadanya.

" Give me more honey, I'm yo'rs now!" Bisiknya.

Kususuri dadanya dengan bibir dan lidah, dan tak lupa ku tinggalkan banyak cupang disana. Entah kenapa aku suka mendengar dia mendesah.

I.. love you, and I.. need you Nelly I.. love you, I do.. (c'mon girl) And it's more than you'll.. ever know But.. it's fo'sho You can always count on my love Foreveeeeer more, yeahh-yeahh..

Tiba tiba ringtone dilema by nelly dari ponselku sukses membuyarkan semuanya. Buru buru ku lihat dan tertera panggilan dari teteh utary.

" Kalian dimana? Udh malam kenapa belum pulang!" Cerocos dari sebrang ketika ku angkat ponselku.

" Ngga dimana mana teteh, cuma muter muter aja!" Jawabku sekenanya.

" Buruan pulang ini udh malam!" Suara teteh utary.

" Iyh teh !!" Jawabku sambil meriject ponselku.

Ku ngga mau teteh terlalu banyak tanya nantinya. Karena ku tau klw teteh utary memang sedikit bawel orangnya.

" Buruan rapiin bajumu, kita pulang! Teteh utary udh nyariin" kata ku sambil beranjak dari atas tubuhnya.

Ku lihat dia panik lalu buru buru merapikan bajunya. Mungkin takut aku tinggalin kali :p

Continue..

Jumat, 31 Oktober 2014

Fiksi » Aku Sayank Kamu » Diary Fly » Selamanya.

Aku letahkan jari tulunjukku untuk menghentikan omongannya, hatiku ngilu mendengar setiap kata yang keluar dari mulutnya. Bagimana bisa selama dua tahun ini aku ga menyadari perasaannya padaku.

Pagi ini terus saja bibirku dihiasi senyum. Aku masih bisa mengingat jelas kejadian semalam, riuhnya masih aku rasakan sampai saat ini. Debaran hatiku masih belum mau berhenti.

Semalam dia mengantarku pulang, tadinya aku ingin menginap di rumahnya tapi mamah telp katanya di rumah ngga ada orang dan mamah takut sendirian.

Ah aku mau mengucapkan selamat pagi untuknya, aku raih ponselku yang ada di meja. Hmmmn ada pesan… *udh keduluan :'(

Pagiiiii

Hari kamu ada rencana bareng keluarga? Kalo ngga jalan yuuk, bareng yang lain juga. Kalo mau 1 jam lagi aku jemput.

Iya pagi Ngga kok, ya udah aku siap – siap dulu ya.

Kebetulan hari ini libur, jadi lumayan ada waktu buat jalan – jalan. Aku sudah menunggunya di depan gerbang rumah, katanya 10 menit lagi nyampe. Aku bisa melihat dari kejauhan mobil warna silver miliknya.

Hatiku kembali riuh, seakan ada ribuan kupu – kupu didalamnya. Aku lempar senyum saat dia membuka jendela mobil. Aku berjalan ke arahnya, aku buka mobil dan menghempaskan tubuhku di jok mobilnya.

Tiba – tiba…

“ Pagi sayang” aku bisa merasakan bisikan lembut di telingaku, ada bibir lembut yang menempel dipipiku. Aku masih saja tersihir keadaan seperti ini. Tubuhku bergidik, seluruhnya panas.

“ Kenapa Fly? Kamu ga suka?”

“ Apa sih” aku peluk tubuhnya yang sedang di balik kemudi.

“ Hehe”

“ Cepet jalan ih, malah godain aja”

“ Iya iya tuan putri”

Dia terlihat konsentrasi dengan jalanan.

Beberapa kali aku memlihatnya. Wajah sampingnya, rambut panjang nya, tubuhnya yang terlihat gagah. Tiba – tiba senyum lebar menghiasi bibir mungilku.

“ Jadi kita mau kemana? Sapa aja sih yang ikut?” aku memecah keheningan.

“ Ke Pantai aja, sama meldha sama Justine.”

“ Ohh berempat, kirain banyakan”

“ Ya ga papa, itung – itung kencan pertama kita” katanya sambil sekilas tersenyum ke arahku lalu fokus ke jalan lagi.

“ Ihhh apaan kencan berempat”

“ Oh jadi maunya berdua aja nih”

“ Iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiihh” aku cubit perutnya, rasanya wajahku sekarang sudah memerah seperti udang rebus.

Sejujurnya aku tak keberatan berlama – lama di dalam mobil ini, berdua dengan dia. Tapi akhirnya kami sudah sampai di Tempat tujuan dan meldha, justine sudah menunggu disana.

Kami menghabiskan waktu disana dari pagi dan sekarang sudah menjelang sore. Akhirnya memutuskan untuk pulang. Setelah capek bermain kami memutuskan untuk mampir makan dulu.

…….

“ Di minum dong coklatnya, aku udah penuh perjuangan tuh bikinnya” katanya sambil duduk di sebelahku.

Kami sedang menonton TV, tapi posisi duduk kami di bawah sofa, slonjoran. Sudah terhitung seminggu hubungan kami menjadi lebih dari sahabat.

“ Iya” jawabku sembari menyruput coklat.

Aku pandang wajah sampingnya, aku letakkan kepalaku di bahunya untuk bersandar. Aku genggam tangannya.

“ Aku ga nyangka Fly, kadang – kadang aku ngrasa ini Cuma mimpi. Tapi pas aku tau kamu di sampingku kaya gini, aku bahagia, ini bener – bener nyata. Kamu punyaku”

“ Kenapa kamu bilang gitu”

“ Kamu tau waktu kejadian di resto itu, saat itu aku bener – bener takut. Takuk kehilangan kamu. Harusnya aku bisa nahan diri. Tapi bodohnya aku malah kurang ajar. Udah hampir dua tahun aku berusaha sembunyiin ini dari kamu, biar aku tetep bisa bareng kamu, sekalipun Cuma sahabat aku rela”

Aku letahkan jari tulunjukku untuk menghentikan omongannya, hatiku ngilu mendengar setiap kata yang keluar dari mulutnya. Bagimana bisa selama dua tahun ini aku ga menyadari perasaannya padaku.

Aku berdiri dengan dua kaki ditekuk kebelakang, aku benamkan wajahnya kedalam dadaku, aku cium rambut.

“ Makasih Ryy, makasih untuk terus sayang sama aku padahal aku udah jahat sama kamu. Aku sayang kamu, I’ll never leave you again, no matter what. Let me stay with you ”

Mungkin aku memang bodoh, pengecut dan lemah. Aku begitu takut untuk hubungan ini. Aku takut dunia akan memandangku, takut setiap kebencian atas hubunganku.

Tapi kali ini aku berani, berani menghadapi semua. Kita yang gila, apa cinta kah yang gila. Yang jelas sekarang aku mau menjalani ini semua bersamanya.

“ Udah Fly, kita ga perlu inget – inget yang udah – udah, kalo ga gitu kita juga belum tentu kan bisa kaya gini” kali ini kami sudah saling memandang. Senyum kami sama – sama mengembang.

“ Abisin coklatnya, ga kasian apa sama yang bikinin” lanjutnya.

“ Iya iya”

“ Kalo udah, yuuk aku anter pulang. Udah jam segini”

Jam menunjukan pukul 21.00, iya emang waktunya aku pulang lagian kasian kan dia kalo pulang nganter trus malem banget lagi.

Eh tunggu, kenapa ini masih sepi aja, yang lain pada kemana, mba Emil Cs ko ngga kliatan?

“ Kenapa sepi ya?”

“Ohh malem ini aku tidur sendiri, yang lain pada ke tempat saudara, ada hajatan. hehe” jawabnya yang mengerti apa maksudku

“ Emang berani?”

“ Berani, eh takut sih dikit, tapi ga papa. Udah ah ayok aku anter ”

“ Ga mau, aku mau nginep aja” kata – kataku meluncur begitu saja.

“ Eh ngapain, nanti mama kamu nyariin. Lagian aku berani kok” jawabnya terlihat kaget

“ Kan tinggal bilang, telpon. Pokoknya aku mau nginep weeeeeeek” jawabku sembari berjalan menuju kamarnya.

Aku baringkan tubuhku di atas kasur kamarnya, satu persatu aku bisa merasakan sisa harum tubuhnya menempel disana.

Aku mendengar suara pintu terbuka, senyumku mengembang di bawah selimutnya. Aku bisa merasakan sesesorang mulai berbaring di sebelahku.

Ku balikan badanku untuk memandang wajahnya, senyumnya terlihat begitu indah. Sinar lampu tidur yang redup sekilas menggambarkan pesonannya. Gagah dan cantik becampur jadi satu.

“ Ini kamarku Fly, kamu masuk tanpa permisi” katanya tersenyum sambil menggodaku.

“ Ohh jadi gitu” aku gembungkan pipiku, tanda aku ngambek dengan ucapannya.

“ Ahahahaha”

“ Ih malah ketawa”aku balik membelakanginya, biar tau rasa.

Malam ini hanya menyisakan kami berdua, lebih tepatnya milik kami berdua. Aku bisa merasakan ada tangan yang menyentuh perutku. Nafas hangat menyapu leherku.

Aku balikkan badan, jarak kami hanya beberapa centimeter. Tubuhku bergidik, sensasi yang belum pernah aku rasakan menjalar keseluruh tubuhku. Otakku tumpul, aku pasrah.

“ Aku sayang kamu Fly, sangat” bisikan lembut ditelingaku sukses membuat saraf di sekujur tubuhku berubah sensitif.

Aku pejamkan mataku, jantungku seakan sudah entah kemana. Jari tangannya mulai membelai setiap sudut bagian wajahku. Dia letakkan bibirnya di pipiku, Lembut dan mulai berpindah menyentuh bibirku.

Ciuman yang tadinya lembut berubah penuh gairah. Inikah rasanya ketika dua insan dipenuhi gairah.

Aku pasrahkan seluruh diriku untuknya. Aku tatap wajahnya, aku belai lembut wajahnya. Dengan suara gemetar aku katakan….

“ Ka-amu mau ngapain?” mendengar pertanyaanku,seketika aku bisa melihat wajahnya berubah.

Reaksinya membuatku sadar. Aaaaaargh dasar stupid stupid stupid.

Friantikaaaaa, kenapa kamu bodoh banget. Bisa – bisanya kamu merusak suasana. Rasanya pertanyaan “kamu ngapain” sudah jadi hal yang menakutkan untuknya.

“ Belum waktunya ya Fly. Maaf. Untung kamu ngingetin aku sebelum kebablasan” katanya sambil mencium keningku.

Aaaaaaaaah Utary kenapa kamu ikut – ikutan bodoh. Suasana ini sukses membuyarkan hasrat kami yang sudah mendidih.

“ Ryyyyyy” aku cubit perutnya karna aku benar – benar menyesali pertanyaan bodohku.

“ Sakiiiiiiit, aduh”

Aku benamkan wajahku di lehernya. Sesaat kemudian kami saling berbagi cerita, saling memandang. Melepas canda tawa.

Ketika malam sudah semakin larut, kami saling diam dalam pelukkan. Menikmati setiap detik kebersamaan kami. Yah walaupun hanya sekedar pelukan untuk menghabiskan malam tapi aku sangat bahagia. Sangat. Semoga kebahagiaan ini berlanjut.

Selamanya……….

End.

Kamis, 30 Oktober 2014

Cerpen » Sang Bidadari.

" Tapi Is, kamu tau sendiri kan! Aku hanya pria miskin! Dan ngga akan pernah bisa memberi kebahagia'an ke kamu. Jadi sebelum semuanya terlambat, lebih baik kamu cari pria lain yg lebih segalanya dari aku!" Kataku.

Ini sudah kertas yg kesekian puluh kalinya yg ku robek dan ku remas, entah lh beberapa hari ini aku memang betul betul ngga ada ide untuk menulis. Padahal deadline kiriman cerpenku hanya tinggal sampai besok.

Ingin sekali rasanya ku banting mesin tik usang yg ada di depanku. Tapi jika aku banting, lalu bagaimana caranya aku bisa menulis? Dan bukankah mesin tik usang ini yg selalu setia menemaniku selama ini.

Masih ku ingat jelas ketika pertama kali aku membelinya, di sebuah pasar loak di depan stasiun jatinegara.

Sejak saat itu mesin tik usang inilah yg selalu menemani imajinasiku. Karena jujur saja, laptop adalah barang paling mewah yg cuma ada dalam angan anganku.

Fitrah Murwanto, iyh itu namaku. Aku seorang penulis cerpen miskin yg menggantungkan hidup dari tulisan tulisan ku. Tapi beberapa hari ini aku benar benar kehilangan ide untuk menulis.

Masih teringat jelas kata kata kepala redaksi siang tadi,

" Fitrah, ini sudah hampir deadline! Tapi kamu belum menyerahkan apapun padaku!" Kata sang redaktur.

" Maaf pak, saya benar benar kehilangan ide untuk menulis cerita." Balasku sambil menunduk.

" Kamu ini sebenar nya bisa menulis atw tidak, hah? Saya kasih tempo sampai besok siang! Klw sampai kamu belum juga memberikan cerita yg bagus untuk majalah mingguan saya, maka terpaksa saya akan cari orang lain untuk mengisinya!" Ketus sang redaktur.

Aku tak bisa menjawab apa apa lagi, aku hanya bisa tertunduk lesu mendengar kata kata nya. Ya Tuhan, Tolong kasih aku ide untuk menulis!! Aku butuh uang karena keluargaku butuh makan.

***********

Ku pandangi wanita yg tengah tertidur lelap di ranjang, Ismawati Nur Anggraeni namanya. Dia wanita yg selalu setia mendampingiku selama 6 tahun ini, baik dalam suka maupun duka. Kayanya sich banyakan dukanya daripada sukanya.

Terkadang aku berfikir, istriku ini gadis bodoh atw buta? Karena lebih memilih hidup bersama ku daripada bersama pria pria yg jauh lebih mapan daripada aku.

Aku ingat pertama kali aku bertemu dengan nya. Dulu kami sama sama menimba ilmu di IKJ. Dia primadona di kampus, karena jujur wajahnya memang secantik bidadari. Jadi ngga heran banyak pria yg jatuh hati dan berusaha mati matian untuk mendapatkan hatinya.

Tapi kenapa dia lebih memilih aku? Sang penulis cerpen miskin, yg ngga pernah bisa kasih kebahagiaan untuk nya. Dia benar benar gadis bodoh!

*************

" Aku ingin kita cerai!" Kataku padanya suatu sore, sepulang dari mengambil honorarium di kantor majalah mingguan, yg ternyata di potong habis untuk mencicil bon ku di kantor.

Dengan tenang nya dia cuma tersenyum dan berkata,

" Alasan nya apa mas, sampai kamu ingin bercerai dari aku?" Tanya dia dengan tenang sambil tersenyum.

Aku benar benar heran, kenapa ia bisa setenang itu? Tidak nampak sama sekali raut kaget atw heran atw apalah namanya di wajah nya.

" Aku ngga bisa bahagia'in kamu Is, aku cuma bisa mengajak kamu hidup susah! Kamu masih muda dan cantik, jadi sebelum terlambat lebih baik aku merelakan kamu. Kamu bisa mencari laki laki lain yg lebih segalanya dari aku!" Jawabku.

Lagi lagi dia hanya tersenyum. Ya Allah, apa ada yg salah dengan otaknya?

" Aku ngga mau cerai dari kamu mas!" Jawabnya.

" Kenapa?" Tanyaku heran.

" Kamu ngga perlu tahu alasan nya apa. Tapi sampai matipun aku ngga akan pernah mau cerai dari kamu!!" Jawab nya dengan nada bersungguh sungguh.

" Tapi Is, kamu tau sendiri kan! Aku hanya pria miskin! Dan ngga akan pernah bisa memberi kebahagia'an ke kamu. Jadi sebelum semuanya terlambat, lebih baik kamu cari pria lain yg lebih segalanya dari aku!" Kataku.

" Iyh aku tau semua tentang kamu! Tapi yg jelas aku ngga mau cerai dari kamu. Karena cuma kematian yg bisa menceraikan kita!" Jawabnya dengan nada meninggi.

" Ya Allah, kamu benar benar wanita bodoh Is!!" Kataku tak kalah tinggi.

" Terserah kamu mau ngomong apa mas! Tapi yg jelas, sampai matipun aku ngga akan mau cerai dari kamu! Dan jangan pernah lg kamu ucapkan kata kata itu di depanku. Aku ngga suka!!" Kata nya sambil berlalu ke dapur.

Aku hanya bisa terdiam melihatnya berlalu. Ahh, dia memang betul betul wanita bodoh! Karna memilih hidup bersama pria miskin sepertiku!

************

Langkahku benar benar lesu sepulang dari kantor redaktur siang itu, aku membayangkan besok siang mungkin aku akan menambah daftar pengangguran baru di jakarta. Karena aku memang sama sekali belum memiliki ide untuk menulis, sementara deadline hanya sampai besok siang.

Ku buka pintu pagar rumah dan kulihat Istriku sedang asik menyapu halaman. Dia tersenyum melihat kedatangan ku. Aku hanya sekilas membalas senyum nya lalu bergegas masuk ke dalam rumah. Istriku pun hanya diam melihat tingkahku, mungkin dia sudah tau apa masalahku.

Ku layangkan pandang ke arah tutup saji di meja, seperti nya aku ngga harus membukanya. Dari kemarin aku belum memberi uang belanja ke Istriku. Jadi pasti isinya juga kosong, untuk apa ku buka.

**********

" Kamu sepertinya sedang ada masalah yh mas? Apa kamu mau berbagi masalahmu dengan aku?" Kata Istriku sambil meletakkan segelas teh hangat pahit di serambi depan rumah senja itu.

Aku cuma terdiam sambil menatap ke arah jalanan lengang di depan rumah.

" Mas, tolong kamu cerita ke aku!" Kata istriku lagi.

Aku masih diam membisu, Istriku mendekat ke arahku, lalu menyenderkan kepalanya ke dadaku. Tangan nya kemudian meraba dadaku, ia seperti menghitung jumlah tulang rusuk ku. Dan ketika tangan nya tiba di bagian rusuk yg longgar, ia pun kembali berkata.

" Tulang rusukmu hilang satu mas, dan itu Tuhan yg mengambilnya lalu menjelmakan nya ke dalam wujudku. Agar aku bisa selalu menemanimu dan menjadi peneduh atas semua kegelisahanmu" katanya.

Aku hanya bisa menghela nafas berat, ku belai rambut kepala istriku.

" Is, tadi siang redaktur marah marah ke aku karena aku belum juga menyerahkan cerpen untuk majalah mingguan nya. Aku benar benar ngga ada ide untuk menulis!

Dia memberiku batas waktu sampai besok siang. Jika aku tak juga memberinya cerita yg layak untuk di muat, maka aku akan kehilangan pekerjaan ku" kataku.

Lagi lagi dia hanya tersenyum, aku benar benar heran dengan nya. Kenapa ia bisa setenang ini?

" Owh." Kata dia.

" Ko cuma Owh? Aku besok di pecat Is! Tapi kamu cuma bilang Owh?" Kataku kesal.

Dia bangun lalu menatap tajam ke arah mataku. Aku benar benar di buatnya heran.

" Aku mau tanya sama kamu mas! Tolong kamu jawab jujur!" Katanya.

" Tanya apa?" Jawabku ketus.

" Tujuan utama kamu menulis itu sebenarnya untuk apa mas?" Kata dia sambil tersenyum.

Aku terdiam sejenak, lalu berkata.

" Tujuan ku menulis adalah untuk meluapkan semua emosiku. Menyampaikan pesan yg memang ingin aku sampaikan kepada orang orang yg membaca tulisanku" jawabku sekenanya.

Dia kembali menyandarkan kepalanya ke dadaku.

" Menulislah dengan ini." Katanya sambil memegang dadaku.

" Maksud kamu Is?" Tanyaku benar benar penasaran.

" Nanti kamu juga akan tau sendiri apa maksud ku." Jawabnya sambil mendekat kan wajah nya ke wajahku lalu melumat bibirku dengan lembut.

********

Ku pandangi lagi wanita yg tengah terlelap di ranjang. Ku amati wajah wajah nya dan Ahhhhh...

" Mungkin ini yg dimaksud oleh Isma." Bathinku.

Kenapa aku bisa begitu bodoh? Karena tidak meyadarinya. Aku punya maha karya Tuhan yg tak ternilai harganya, bukan lagi Cerpen atw cerita fiksi! Tapi benar benar kisah nyata!

Maha karya yg bahkan jauh lebih hebat dari kisah Mahabaratha atw pun Ramayana!

Jika dalam akhir Cerita Ramayana, Sang Rama akhirnya meragukan kesucian Dewi sinta lalu membuang nya ke hutan karna menyangka Sang Dewi tlah di tiduri oleh Rahwana.

Aku rasa, aku tak perlu melakukan itu! Karena aku punya Seorang Bidadari yg tak perlu di ragukan lagi ketulusan serta kesetiaannya!

Jika dalam Mahabaratha, Srikandi akhirnya menyerah dan mati tertembus panah, Aku punya Srikandi yg tak di ragukan lagi ketangguhan nya dalam menghadapi peperangan hidup dan tak pernah mungkin akan menyerah dan mati!

Yah aku punya Istriku sekaligus Sang Bidadari Surgaku. Kenapa aku ngga menulis sebuah kisah nyata? Aku benar benar bodoh! Kenapa aku lebih berfikir tentang Fiksi, imajinasi, dan Khayalan? Padahal di depanku sendiri ada sebuah kisah nyata yg Maha Hebat!!

Aku tersenyum memandang wanita yg tengah tertidur pulas di ranjang. Otak ku kembali penuh dengan berjuta imajinasi nyata, jariku pun seolah menemukan ritme tarian nya yg sempat hilang.

Dan mesin tik usang ku pun kini bisa berirama lagi, bahkan jauh lebih indah dari melodi bethoven.

" Terima kasih Is, kamu adalah bidadari nyata yg terindah yg pernah Tuhan kasih dalam hidupku. Mata air inspirasi yg tak pernah mungkin akan mengering"

(Tamat)

Selasa, 28 Oktober 2014

Pelangi Untuk Reni.

" Kamu sudah membayar paling mahal untuk tubuhku. Jadi cepat kemari agar aku bisa menyelesaikan tugasku untuk melayanimu" kata reni lagi.

Reni berjalan keluar kamar mandi tanpa sehelai benangpun, kecuali selembar handuk yg melilit tubuhnya. Di lepaskan nya handuk lalu ia naik dan merebahkan badan nya di atas ranjang.

Malam ini dia harus melayani seorang tentara berpangkat bintara yg sudah mengajukan penawaran tertinggi atas tubuhnya.

Reni semakin gelisah karna sang tentara tak juga beranjak dari sofa untuk menyentuh nya, sang tentara justru malah lebih memilih untuk asik menonton tv daripada menjamah tubuh nya.

" Cepat kemari agar aku bisa menyelesaikan tugasku." Kata reni.

Sang tentara hanya diam membisu sambil melihat berita televisi malam.

" Kamu sudah membayar paling mahal untuk tubuhku. Jadi cepat kemari agar aku bisa menyelesaikan tugasku untuk melayanimu" kata reni lagi.

Sang tentara menghela nafas,

" Sudah pakai kembali bajumu lalu kamu tidur saja" kata sang tentara.

" Maksudmu?" Tanya reni heran.

" Iyh, kamu pakai kembali bajumu lalu tidur. Ini sudah malam." Jawab sang tentara.

Reni heran, baru kali ini dia bertemu lelaki model begini. Biasanya ia selalu bertemu lelaki yg hanya menginginkan tubuhnya, untuk kepuasan mereka sendiri.

" Apa kamu jijik sama aku, sampai kamu ngga mau menyentuhku?" Tanya reni heran.

" Ngga, aku ngga jijik sama kamu." Jawab sang tentara.

" Lalu kenapa kamu menawar paling tinggi tadi klw ngga mau menjamah ku?" Tanya reni lagi, ia benar2 heran dengan kelakuan lelaki yg kini bersama nya.

" Bukan urusanmu! Sebaiknya cepat kamu pakai kembali bajumu lalu tidur. Ini sudah dini hari" jawab sang tentara.

" Maaf aku mungkin pelacur tapi aku bukan pengemis yg menerima pemberian orang gitu aja! Kasih aku satu alasan kenapa kamu ngga mau menjamahku." Kata reni, ia benar2 geram.

Reni hampir menangis. Baru kali ini ia merasa di rendahkan, ia merasa sang tentara jijik padanya. Hingga tidak mau menjamah tubuhnya, lalu buat apa ia membayar paling tinggi?

Sang tentara menghela nafas berat. Di keluarkan dompet dari kantong belakang celananya.

" Wajahmu mirip sekali dengan fotho yg ada di dompetku ini. Makanya aku merelakan gajiku 1 bulan beserta tunjangan nya agar bisa semalam bersamamu. Hanya bersama, bukan untuk menyentuhmu." Jawab sang tentara.

Reni beranjak dari ranjang lalu memakai kembali handuknya, kemudian ia berjalan ke arah sang tentara. Di raihnya dompet sang tentara. Ya Tuhan, wajah wanita itu memang mirip sekali dengan wajah nya.

Reni terdiam, menghela nafas berat lalu bertanya.

" Syapa wanita di fotho ini?" Tanyanya.

" Dia istriku." Jawab sang tentara.

" Lalu kenapa kamu ngga menemani istrimu tapi malah memilih untuk pergi ketempat pelacuran seperti ini?" Tanya reni penasaran.

Sang tentara memalingkan pandangan nya lalu menatap reni lekat, Reni pun jadi salah tingkah di buatnya.

" Istriku sudah tenang di surga, Tuhan lebih dulu memanggilnya pulang lewat penyakit leukimia yg tlah lama di deritanya. Istriku meninggal di pangkuanku, tepat setelah aku membacakan ijab kobul di depan penghulu." Jawab sang tentara, lalu tertunduk lesu.

" Maaf klw aku sudah mengungkit masa lalumu." Kata reni.

" Ngga papa," Jawab sang tentara.

" Hari ini hari pertamaku tugas di daerah ini lagi, setelah sebelum nya aku meminta di mutasi ke perbatasan. Seorang teman lama mengajaku untuk menemaninya ketempat ini. Awalnya aku menolak tapi ia memaksa, akhirnya akupun mengalah.

Aku sempat terkejut ketika pertama kali melihatmu, wajah kamu mirip sekali dengan almarhum istriku. Makanya aku merelakan semua uang gajiku 1 bulan, hanya untuk bisa melihatmu 1 malam. Bukan untuk menjamahmu." kata sang tentara memulai ceritanya.

" Aku memang pelacur, tapi aku bukan pengemis yg begitu saja menerima uang mu tanpa melakukan apapun. Kasih aku sebuah pekerjaan, agar aku tak merasa seperti mengemis padamu!" Kata reni ketus.

Sang tentara diam, ia nampak berfikir lalu tersenyum, ia melepaskan kaos loreng yg di pakainya. Lalu di serahkan kepada reni.

" Aku ingin melihat kamu mencuci bajuku ini, apa kamu mau?" Tanya sang tentara.

Reni heran dan kaget, baru kali ini ia bertemu laki2 yg membayarnya 2 juta semalam hanya untuk mencuci sepotong baju.

" Kamu serius?" Tanya Reni setengah tak percaya.

" Iyah aku serius, tolong yh! Aku ingin melihat kamu mencuci bajuku ini. Tapi sebelum itu kamu pakai dulu bajumu." jawab sang tentara.

" Baik lh" kata reni sambil tersenyum.

Akhirnya Reni memakai kembali bajunya, setelah itu ia mencuci baju sang tentara. Ia nampak gugup karna sang tentara terus saja memandanginya ketika ia sedang mencuci.

" Kenapa kamu memandangku seperti itu?" Tanya reni sambil menyikat baju sang tentara.

" Aku teringat almarhum istriku, ketika kami masih pacaran dulu ia sering datang ke asrama. Untuk sekedar mengecek keadaan ku atw mencuci bajuku sambil mengomel, karna aku paling malas dalam hal mencuci baju." Kata sang tentara sambil tersenyum.

" Dia sudah sakit sejak kami masih berpacaran, dokter memfonis bahwa usianya tidak akan lama lagi, tapi aku tetap bersikukuh untuk menikahi nya. Dan Tuhan memanggilnya tepat setelah ku ucapkan janji setiaku." Imbuh sang tentara lagi.

..........

Hari telah menjelang siang, ketika Reni terjaga dari tidurnya. Di dapatinya setumpuk uang dan secarik kertas di samping ranjangnya.

Pagi Ren.

Sebelum nya aku minta maaf karna pergi tanpa membangunkan mu terlebih dulu. Aku ga tega melihatmu tertidur begitu pulas.

Hari ini aku ada apel pagi, makanya aku buru buru pergi. Itu uang yg aku janjikan padamu semalam. Terima kasih untuk semuanya. Aku senang bisa bertemu denganmu.

Pramodya.

Reni terdiam, mungkin ia sudah terlalu jahat dengan mengambil semua uang seorang tentara yg ngga seberapa.

Tapi ketika ia teringat akan ibunya yg sedang terbaring sakit dan butuh banyak biaya untuk berobat, serta adik adiknya yg harus tetap makan dan bersekolah ia hanya bisa bergumam,

" Maafin aku Pram."

********

Hari pun berjalan seperti biasanya, reni tetap menjalankan pekerjaan nya. Sebagai seorang pelacur primadona di sebuah wisma pelacuran yg cukup ternama.

Hampir setiap malam ia duduk di teras wisma dengan gelisah, ia seperti menunggu seseorang yg tak pernah mungkin akan datang.

Airmatanya selalu berlinang ketika ia selesai melayani lelaki yg memakai jasanya atw ketika ia tengah sendiri di kamar nya.

" Beruntung sekali wanita yg ada di fotho itu, karna ia bisa memiliki seorang malaikat yg begitu menyayanginya." Bathin nya dalam isak.

Pikiran nya jauh menerawang ke masa lalu, masa dimana ia masih kecil dan polos. Dimana ketika itu Ibunya selalu mengingatkan nya untuk rajin mengaji dan beribadah.

Semua itu sirna, ketika ayahnya tiba tiba saja meninggal dalam sebuah kecelakaan. Mau ngga mau ibunya lh yg harus bekerja sebagai tulang punggung keluarga untuk menghidupi ia dan kedua adik nya.

Hingga suatu ketika dokter memfonis ibunya menderita kanker paru paru, karna sering nya menghirup asap solder dari pabrik elektronik tempat ibunya bekerja.

Dan perusahaan pun memPHK ibunya, karna di anggap sudah tidak produktif lagi.

Sejak itu ibunya hanya bisa terbaring lemah di ranjang. Reni pun memutuskan untuk berhenti sekolah dan menggantikan posisi ibunya sebagai tulang punggung keluarganya.

Entah setan mana yg menggiring nya hingga masuk ke tempat ini.

Di helanya nafas berat, lalu di pandanginya kitab suci alqur'an yg dulu sering ia baca ketika masih kecil. Yg kini hanya tergeletak di atas lemari penuh debu, karna sudah lama tak di sentuh.

Tuhan mungkin sudah marah atw sudah lupa pernah menciptakan mahluk sehina dirinya, begitu pikirnya.

Hati nya kembali tertuju pada seseorang yg kini selalu ada dalam pikiran nya, ini sudah dua bulan berlalu.

Kenapa Dia tidak juga datang lagi kemari? Padahal reni ingin sekali menghabiskan malam bersama pria itu.

" Mungkin dia jijik sama aku, hingga tidak mau lagi datang kemari. Tuhan, aku mungkin memang wanita hina yg ngga pantas untuk di cintai pria sebaik dia." Bathin reni.

Ini sudah 3 bulan berlalu, dan selama itu juga Reni tetap menunggu tapi yg di tunggu ngga pernah muncul.

Ia selalu bergegas berlari ke depan ketika mendengar ada tentara yg datang ke wisma nya, dan lagi lagi dia harus tertunduk lesu ketika tau orang itu bukan lh orang yg ia tunggu selama ini.

" Aku sudah ngga tahan lagi terus menerus berharap seperti ini, besok aku harus mencar dia. Terserah dia mau berfikiran apa tentang aku, tapi yg jelas aku harus bisa ketemu dia!" Tekad reni dalam hati.

************

Mentari mulai lengser ke arah barat dari puncak tahta nya ketika Reni nampak berdiri mematung ragu di depan sebuah gerbang perumahan. Antara masuk atw kembali pulang ke wisma nya.

Hatinya seolah bergejolak dan berontak. Pokok nya hari ini ia harus bisa menemui orang yg selama ini di nantinya. Diapun melangkah menghampiri pos penjagaan.

" Gea?" Sontak seorang penjaga kaget ketika melihat nya berdiri di depan pintu pos.

Reni bingung setengah mati. " Gea siapa?" Tanya nya dalam hati.

" Maaf pak Selamat sore, saya ingin bertanya." Kata reni.

Penjaga itupun tersadar dari keheranan nya, dan buru buru menjawab pertanyaan reni

" iyh, ada yg bisa saya bantu mba?" Jawab sang penjaga.

" Maaf pak, saya ingin bertemu pak Pramodya, apa bapak bisa membantu saya?" Kata Reni.

Penjaga itu memperhatikan Reni dari atas sampai bawah, tatapan matanya menyiratkan seolah olah baru saja melihat orang mati bangun dari kuburnya. 100% masih tidak percaya.

" Apa bapak bisa membantu saya?" Ulang Reni yg sukses membuyarkan lamunan sang Penjaga.

" I-Iyah, apa yg bisa saya bantu?" Tanya sang penjaga tergagap.

" Saya ingin bertemu Pak Pramudya, apa bapak bisa mengantar saya?" Tanya Reni.

" Bisa, mari saya antar." Jawab Sang Penjaga.

Reni akhirnya berjalan menuju rumah orang yg di tunggunya selama ini dengan di antar sang penjaga.

Ia banyak mendengar cerita tentang pram dari sang penjaga yg ternyata teman pram dari semasa mereka masih menimba ilmu di akmil. Penjaga itu bernama sony.

Ia juga akhirnya tau kenapa Sony begitu terkejut ketika pertama kali melihat Reni. Ternyata benar, Reni memang mirip sekali dengan Gea, istri Pram yg telah meninggal dua tahun lalu.

" Jo! Loe liat Pram ngga?" Tegur sony kepada seseorang yg kala itu sedang asik mencuci motornya di depan halaman sebuah rumah.

" Owh elu son, tadi sich Pram bilang nya mau maen Volly sama kapten kita. Tungguin aja bentar lagi juga balik dia?" Jawab orang itu sambil menoleh sebentar ke arah Reni dan Sony, lalu kembali melanjutkan kegiatan nya.

Reni tampak berdiri terpaku di depan halaman sebuah rumah kecil type 41, iyh itu rumah dinas Pram.

" Maaf mba, Saya sepertinya ngga bisa menemani. Saya harus kembali ke pos jaga, silahkan mba tunggu saja di sini. Sebentar lagi Pram juga pulang." Kata sony sukses membuyarkan semua lamunan Reni.

" Owh iyh, ngga papa mas. Sekali lagi terima kasih yh, maaf sudah merepotkan" kata Reni.

" Ngga papa mba." Sahut Sony sambil berlalu meninggalkan Reni untuk kembali ke Pos jaga.

Lama Reni menunggu di depan rumah Pram, sesekali matanya mengarah pada jalan komplek depan rumah yg nampak lengang. Hingga akhirnya tangan Reni meraih handle pintu dan Terkejut.

" Ko ngga di kunci? Dasar ceroboh! Klw ada maling masuk gimana?" Bathin reni.

Bathin nya ragu, tapi rasa ingin tau nya mendorong nya untuk masuk dan melihat lihat rumah dinas Pram.

" Berantakan banget rumahnya, pantas saja dulu almarhum Istrinya selalu mengomel. Rumah udh kaya kapal pecah gini." Gumam Reni.

Dia benar benar heran, tentara itu kan harus nya disiplin dan rajin. Tapi kenapa rumah Pram kaya kapal pecah? Seperti bunker habis kena roket.

Reni pun akhirnya membereskan rumah pram, ia ingin berbuat sesuatu untuk pram yg sudah begitu baik padanya.

Selang beberapa lama kemudian, reni mendengar suara motor berhenti di depan rumah.

" Itu pasti Pram. Aku harus sembunyi, aku ingin memberi kejutan padanya." Bathin reni.

Benar saja, itu Pram dan dia nampak terkejut setengah mati ketika membuka pintu. Rumah nya jadi bersih dan rapi, ngga berantakan kaya kapal pecah lagi.

Hatinya benar benar heran, siapa yg sudah membereskan rumah nya? Sony kah atw si Tejo? Tapi ngga mungkin, mereka berdua lebih parah dari Pram. Rajin nya klw cuma di depan kapten doang.

Dia makin kaget ketika melihat kamarnya. Kamarnya sudah rapi, pakaian kotornya pun sudah raib entah kemana.

" Jangan jangan ada bidadari nyasar atw putri ikan yg tersesat ke rumah nya. Tapi tunggu dulu! Ini kan bukan kisah jaka tarub atw legenda Danau Toba?" Bathin Pram.

Ia terkejut ketika melihat seseorang sedang duduk di kursi meja makan.

" Mamah, eh salah Reniii?" Sontak Pram.

" Iyah ini aku, kenapa? Kamu kaget?" Jawab Reni.

" Kamu ko bisa ada di sini?" Tanya Pram heran.

Iya lah siapa yg ngga heran? Tiba tiba bisa ada peri cantik berbody sintal, berkulit putih, tinggi semampai di rumah, mana rajin lagi mau beres2 rumah :p

Pemirsaah juga pasti heran kan? *Begitu juga dengan Pram :p

" Udh nanti aku jelasin, sekarang lebih baik kamu mandi dulu sana! Bau acemm." Kata reni tersenyum sambil beranjak dari kursi lalu mendorong Pram ke kamar mandi.

**********

" Kamu ko bisa ada di sini?" Tanya Pram lagi, setelah selesai mandi.

Reni tersenyum menoleh ke arah Pram, lalu kembali melihat acara televisi di ruang tengah.

" Tiga bulan aku nunggu kamu, tapi kamu ngga pernah datang. Makanya aku cari kamu." Jawab Reni.

" Maaf." Jawab pram sambil duduk di sofa.

" Iyh ngga papa, aku tau alasan nya kenapa kamu ngga pernah datang lagi ke wisma." sambung Reni.

" Alasan apa?" Tanya Pram penasaran.

" Udh ngga usah di bahas, sekarang antar aku pulang. Hari sudah senja." Jawab reni.

Sejak saat itu Reni jadi sering berkunjung ke rumah Pram, penghuni komplek pun seperti nya ngga terlalu mempermasalahkan nya.

Muka Reni mirip sekali dengan Gea, gadis manis dan santun. Yg selalu murah senyum dan gemar menyapa. Namun sayang bernasib tragis karna harus meninggal begitu cepat. Pram pun di kenal sebagai lelaki baik dan jarang berbuat onar di komplek.

Hubungan mereka semakin dekat, dan Reni semakin yakin klw Pram pria baik yg mampu menjaga dan membimbing nya. Karna Pram tak pernah sekalipun berbuat kurang ajar terhadap Reni.

**********

" Aku ngga boleh begini trus! Aku harus bisa dapat kepastian dari Pram. Lelaki itu harus bisa jadi milikku, apapun caranya. Bahkan aku rela menukarnya dengan nyawaku sekalipun" bathin Reni, suatu malam ketika ia tengah sendiri di kamarnya.

Reni sepertinya sudah benar benar jatuh hati dengan Pram, tentara berpangkat Bintara itu seolah tlah sepenuhnya menguasai hati dan jiwanya.

Reni beranjak dari tempat tidur dan melangkah ke arah kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Ini pertama kalinya Reni kembali Solat, setelah Tiga tahun ia ngga pernah lagi ingat Tuhan.

Di raihnya kitab suci Al'quran yg penuh debu dari atas lemari. Di bersihkan lalu kembali di buka dan di bacanya, meski dengan lafal yg terbata bata.

" Ya Allah, aku tau klw aku bukan hambaMu yg taat, aku sering melalalkan semua perintahMu, tapi aku juga mahluk ciptaanMu yg harus Kamu kasihi dan Kamu Sayangi.

Tolong jadikan Pram sebagai jodohku, dia lelaki baik yg aku yakin mampu membimbingku ke arah Cahaya. Aku rela menukarnya dengan apapun, termasuk dengan Nyawaku sendiri.

Ini permintaan ku yg Pertama, setelah tiga tahun aku tak pernah meminta apapun dari Mu! Jadi tolong dengar dan kabulkan Doaku ini.

Karena hanya kepadaMu lah aku memohon dan hanya kepadaMu lah aku berlindung!

Rabbana atina fidhunnya khasanah, wafill akhirati khasanah, waqinna azabannar Aamiin" doa reni malam itu.

Reni melepas mukenah nya lalu berbaring di atas ranjang, hingga tak lama rasa kantuk pun mengantarkan nya ke alam mimpi.

***********

Reni seolah berada di dasar jurang yg penuh dengan bara api, sayup sayup telinganya mendengar jerit memilukan meminta ampun.

Ia sendiri pun sudah merasa amat ketakutan, merasa bahwa inilah azab yg harus di terima nya. Hingga tiba2 ada tangan yg meraihnya. Memberinya sepasang sayap dan membimbing nya menuju Taman Maha Indah.

Ia menjadi Peri paling cantik dan anggun di taman. Menebarkan wangi melebihi kesturi.

Adzan subuh berkumandang dari musola kecil di sebelah rumah, Reni pun terjaga dari mimpinya dan tersenyum manis,

" Terima kasih Tuhan, untuk semua jawaban atas doa doaku" bathin nya.

Reni beranjak dari ranjang nya lalu bergegas melaksanakan solat subuh.

************

" Pram tolong nikahi aku!" Kata reni sore itu.

" Maksud kamu Ren?" Pram benar benar heran karna Reni tiba tiba berkata seperti itu.

" Iyah tolong jadikan aku istrimu, jaga aku dan bimbing aku!" Sambung Reni lagi.

Pram terdiam, ia benar benar tidak percaya dengan apa yg baru saja di dengarnya.

" Kenapa kamu diam Pram? Apa kamu jijik dan malu klw harus menikahi aku, si gadis hina? Kamu malu klw punya istri Pelacur kaya aku? Gitu kan Pram?" Tanya Reni bertubi tubi.

" Bukan gitu Ren, aku sama sekali ngga jijik atw pun malu, tapi.." Kata Pram.

" Tapi apa Pram? Aku mungkin wanita ngga tau diri karna meminta pria baik baik seperti kamu untuk menikahi aku yg notabene hanya seorang pelacur!

Tapi aku juga manusia Pram bukan Boneka, aku juga punya hati, punya cinta dan punya rasa. Aku juga ingin merasakan bagaimana rasanya memiliki dan dimiliki!" Ucap Reni sambil terisak.

Pram terdiam, bathin nya bergejolak. Jujur ia juga menyayangi Reni seperti ia menyayangi Gea, almarhum istrinya. Wajah mereka berdua pun mirip, hanya latar belakang nya saja yg berbeda.

Gea dari keluarga baik baik yg selalu taat beragama, sementara Reni mempunyai latar belakang yg kelam. Pram juga manusia biasa bukan dewa, ia punya ego dan gengsi.

Ia berfikir bagaimana jika suatu saat tetangga nya tau klw Reni adalah Pelacur. Lalu apa nanti kata mereka jika tau laki laki baik seperti Pram ternyata memiliki Istri seorang Pelacur.

Dan pemikiran seperti itu adalah kesalahan terbesar dalam hidup Pram.

Di helanya nafas berat, lalu Pram pun berkata,

" Beri aku waktu untuk berfikir Ren." Katanya.

Reni pun menyeka airmatanya, dan tersenyum.

" Baik lh Pram, aku ngga akan pernah memaksa kamu. Jika kamu sudah mendapatkan keputusan mu, kamu tau harus mencari aku dimana" kata Reni.

**************

Sebulan tlah berlalu, dan Reni tak pernah datang lagi ke rumah Pram. Pram benar benar merasa kehilangan dan sepi, ia merindukan senyum manis Reni. Di bulatkan nya tekad dalam hati,

" Iyah Ren, aku akan menikahi kamu. Aku akan menjaga dan melindungi kamu, aku ngga akan perduli lagi sama apa kata orang nanti. Aku sayang kamu Ren!" Bathin Pram mantap.

Di pacunya motornya membelah gerimis yg turun sore itu, dan sampai lah Pram di depan Wisma.

" Mau ngamar mas?" Sapa seorang gadis muda manja kepada Pram ketika ia masuk ke wisma.

" Ngga, aku hanya mencari seseorang." Jawab Pram singkat.

" Memang mau mencari syapa mas?" Tanya gadis muda itu lagi.

" Saya mau mencari Reni, apa dia ada?" Tanya Pram.

Raut wajah gadis muda itu mendadak berubah sedih, Pram pun bingung.

" Mba, saya mau mencari Reni! Apa dia ada?" Tanya Pram mengulang kata katanya.

" Reni sudah meninggal dua hari yg lalu mas?" Jawab gadis itu.

Pram tersentak seolah tak percaya,

" Reni meninggal kecelakaan sepulang ia bekerja." Lanjut gadis muda itu.

" Maksud kamu? Reni kecelakaan sepulang dari sini?" Tanya Pram.

" Bukan mas, Reni sudah lama ngga kerja di sini lagi. Dia memutuskan untuk berhenti dan mencari pekerjaan yg lebih baik.

Dia pernah bercerita ke aku klw dia jatuh cinta dengan seorang pria baik baik, jadi ia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan nya." Jawab sang wanita muda.

Dia sudah lama memilih untuk berhenti melacur dan menjadi pelayan toko meski mungkin gajinya ngga akan cukup untuk berobat ibunya atw memberi makan adik adik nya. Karena Reni adalah tulang punggung keluarganya.

Kata nya dia hanya ingin menjadi wanita baik baik agar bisa di banggakan oleh pria yg di cintainya." Jelas sang gadis muda itu kepada Pram.

Pram bagai di sambar petir mendengar semua nya itu.

" Betapa bodohnya aku! Kenapa aku men sia siakan seseorang yg mau berubah demi aku? Aku pun baru tau sekarang ternyata Reni melakukan ini semua bukan tanpa alasan.

Awalnya aku berfikir Reni hanya seorang gadis nakal, yg menjual tubuhnya hanya untuk kesenangan duniawi. Tapi ternyata aku salah besar, ternyata aku salah! Dia melakukan ini semua demi ibu dan adik adiknya" Bathin Pram.

**********

Pram benar benar merasa jadi manusia paling jahat sedunia, dia tlah menyiakan ketulusan seorang gadis untuk berubah demi dia. Hanya karna takut menjadi gunjingan orang.

Di pandanginya gundukan tanah yg masih memerah, tak lama gerimis pun berhenti dan muncul lah pelangi terindah di sela mega mendung.

" Maafin aku Ren, maaf atas semua buruk sangka ku selama ini ke kamu. Kamu wanita berhati peri, dan aku percaya Allah pasti akan menjagamu.

Mungkin di kehidupan ini kita ngga di takdirkan bersama, tapi aku janji akan selalu berusaha melakukan yg terbaik.

Agar Tuhan juga mau mengangkatku ke SurgaNya, untuk bisa bersama sama denganmu lagi. Selamanya" kata Pram sambil bersimpuh di sebuah Pusara.

Di tengadahkan nya pandangan nya ke langit. Dan ia seolah melihat Reni yg tersenyum manis diantara bias warna pelangi yg mulai memudar senja itu.

Tamat