" Buruan rapiin bajumu, kita pulang! Teteh utary udh nyariin" kata ku sambil beranjak dari atas tubuhnya.
Blink182 ~ I Miss You!!
Play :
Download : [disini]
Malam ini langit cerah, bintang bertaburan laksana butiran ceres di atas donat gosong. Tetap bersinar indah meski tanpa rembulan disisinya.
Kumasukan kembali ponsel ku setelah aku selesai mengucapkan selamat idul fitri untuk umi dan abi. Besok hari raya, dan ini adalah hari raya pertama ku yg tak kurayakan bersama kedua orang tuaku. Karena aku lebih memilih untuk ikut teteh angkatku berlebaran di kampung halaman nya.
Jalanan depan rumah nampak ramai orang lalu lalang. Sesekali mataku memperhatikan seorang gadis yg tengah asik bermain kembang api di halaman. Gadis yg selalu membuatku bingung dan heran dengan semua kelakuan nya. Justine linawaty namanya.
Aku baru pertama kali ini mengenalnya, karena dia sama sama ikut teteh mudik. Dan dia juga sama baru pertama kali ini mengenalku.
Tapi kenapa dia udh berani berbuat sejauh itu ke aku? Sebenarnya apa yg ada di dalam pikiran nya?
Masih ku ingat jelas kejadian sore tadi, dia tiba tiba saja masuk ke kamar mandi lalu mencium bibirku. Harusnya aku marah dan langsung memukulnya pakai gayung. Tapi kenapa aku ngga bisa? Tubuhku seolah kaku.
Kenapa aku justru memilih untuk diam dan menikmati setiap sentuhan dan lumatan bibir nya di bibirku. Bahkan aku mengijinkan lidahnya untuk merajai setiap relung mulutku.
Dan aku pun tetap memilih untuk tetap diam terpaku ketika dia pergi gitu aja setelah apa yg dia lakuin ke aku. Ya Tuhan, sebenarnya aku ini kenapa?
*********
" Justine, Amel udh pada siap belum? Ayo buruan katanya mau temenin teteh nyekar!" Teriak Teteh utary dari teras rumah sore itu yg sukses membuyarkan semua lamunanku.
Utary Sri Rahayu Setyaningrum itu nama teteh angkatku. Orang yg pertama kali aku kenal lewat jejaring sosial media facebook dua tahun yg lalu. Dan Emy Amelia adalah namaku, aku pemegang akun Mozhank Chayank Delphy.
" Iyh sebentar teh!" Sahutku.
Masih ku lihat Justine malah enak enakan tiduran sambil mendengarkan ipod lewat hanset. Mungkin ia ngga denger kali. Dan ku putuskan untuk ninggalin dia saja lh. Aku masih kesel sama dia.
" Loh Justine mana mel? Ko ngga skalian di ajak?" Tanya teteh utary.
" Ngga tau teteh, tadi sich lagi dengerin musik ngga denger kayanya" jawabku sekenanya.
Teteh Utary hanya menghela nafas lalu masuk ke dalam.
Kami berjalan beriringan bertiga menyusuri jalan desa sore itu. Sesekali kami berpapasan dengan warga sekitar. Teteh Utary terkadang menyapa mereka jika kebetulan berpapasan langsung atw hanya tersenyum.
Dan yg aku tau, hampir setiap orang yg kami temui pasti selalu melirik ke arah Justine. Yah dia lebih tampil mencolok diantara kami.
Wajahnya yg oriental mirip artis korea, rambut panjang nya yg tergerai lurus dan kulitnya yg jauh lebih putih dibandingkan kami berdua udh lebih dari cukup untuk membuatnya tampil mencolok.
Seperti kemarin, Justine memilih untuk bersikap cuek dan irit senyum. Sambil asik berjalan dan mendengarkan musik lewat ipodnya.
Akhirnya kami pun sampai di pemakaman desa tempat ibu teteh utary di makam kn. Aku dan Justine hanya diam melihat Teteh bersimpuh lalu berdoa di makam ibunya.
Lagi lagi aku hanya bisa terpaku, ketika justine tiba tiba melirik ku sambil tersenyum. Kemudian tangan nya menggenggam erat tangan ku.
**********
Ku arahkan pandanganku kembali ke langit ketika suara kembang api sukses membuyarkan lamunanku. Benar benar malam yg indah.
" Mel, aku liatin ko dari tadi sore kamu diem trus sich? Kamu sakit?" Kata Justine.
Entah kpn dia dateng. Tapi yg jelas dia udh duduk di sampingku. Dan yg lebih heran lagi, tumben banget dia pake bahasa aku kamu? Biasanya juga Loe Gue?
" Ngga papa, cuma lagi pengen diem aja." Jawabku, sambil tetap melihat kembang api di langit.
Bisa ku rasakan tangan nya menyentuh tanganku, jemarinya masuk di sela sela jemariku lalu menggenggam nya erat.
" Sukur deh klw kamu ngga papa, kirain sakit." Katanya.
Aku melirik ke arahnya, dan dia membalasnya dengan senyum. Tak lama bapaknya teteh Utary datang. Dia sepertinya baru pulang dari masjid.
" Baru pulang pak? Ko ngga bareng sama cece utary?" Tegur justine.
" Eh mba Justine, mba Amel. Iyh nich mba, klw mba Uut tadi bilang nya sich mau ke tempat teman nya dulu, makanya ngga bareng." Jawab bapaknya teteh utary.
" Wah motornya boleh tuh pak? Pinjem bentar dong!" Kata Justine.
" Emang mba Justine bisa naik motor?" Tanya bapaknya teh utary.
" Bisa lh pak! Pinjem bentar sich! Pengen muter muter nich. Bosen di rumah trus." Jawab Justine.
" Ya udh nich kuncinya. Pake aja, tapi jangan jauh jauh yh." Kata bapaknya teteh utary sambil menyerahkan kunci motor ke Justine.
" Siap bos!" Jawab Justine.
Ku lihat bapaknya teteh utary cuma tertawa lalu berlalu masuk ke dalam rumah.
" Ayo mel ikut!" Kata justine sambil menarik tanganku.
" Ikut kemana?" Tanyaku heran.
" Jalan jalan lh! Ngapain di rumah trus." Jawab Justine.
" Jalan kemana?" Tanyaku lagi.
" Ya kemana aja lh, muter muter kampung ke atw kemana gitu." Jawab justine.
" Pake motor?" Tanyaku lagi.
Ku lihat motor bapaknya teteh utary, motor astrea prima jadul yg sudah di cat ulang. Ngga tau kenapa masih suka pake motor jadul kaya gitu, padahal beli baru juga bisa.
Katanya sich itu motor banyak kenangan nya. Motor yg sering di pake teteh utary dulu waktu masih SMA.
" Iya lh pake motor, mau pake mobil pasti rame. Mau ngluarin nya juga males. Enakan jg pake motor." Kata Justine.
" Ta" jawabku.
Justine tidak berkata apa apa lagi, dia menarik tanganku. Mau ngga mau akupun harus nurut.
Kami berkeliling berdua dengan naik motor jadul malam itu. Sesekali Justine iseng dengan tiba tiba mengerem atw menyentak tali gas.
Aku pun cuma bisa diam memeluk erat pinggangnya, sesekali jg ku jewer kuping nya. Dan anehnya, dia hanya tertawa. Yah Tertawa lepas dan itu pertama kalinya aku melihatnya tertawa.
" Kenapa berhenti disini? Mana gelap lagi!" Protesku ketika Justine tiba tiba menghentikan motornya di jalanan desa pinggir sawah.
" Ga papa, aku cuma pengen lihat bintang aja." Jawabnya.
Aku pun memilih diam, dengan tetap duduk di jok belakang. Lama kami ngga saling bersuara. Hanya suara jangkrik dan hembusan angin malam yg terdengar di telinga.
" Mel, aku minta maaf yh untuk kejadian tadi sore." Kata Justine memulai percakapan.
" Iyh ngga papa, lupain ajh." Jawabku singkat.
Dia menstandarkan motor lalu menarik tanganku untuk turun. Kami berjalan berdua menuju pos kamling pinggir desa yg tak jauh dari situ.
" Kamu beneran ngga papa mel?" Justine mengulang pertanyaan nya setelah kami berdua duduk di pos kamling.
" Udh sich Tine, ngapain di inget inget lagi! Aku males ngingetnya." Jawabku ketus sambil menunduk.
Ku dengar Justine menghela nafas berat.
" Itu ciuman pertamaku mel! Dan ngga tau kenapa, malah aku lakuin sama kamu." Katanya.
Aku tersentak.
" Itu juga ciuman pertamaku Tine! Dan ngga pernah terlintas di pikiranku bahwa aku bakalan nglakuin my first kiss ku sama Cewe!" Jawabku spontan.
Justine cuma tertawa, *ihh dasar bedul :'(
" Tapi kamu jg menikmatinya kan?" Tanya dia.
" Ga!!" Jawabku ketus.
" Bo'ong!! Orang aku ngrasain juga klw bibir kamu tuh ngisep lidahku!" Jawab Justine.
" Iihhh apaan sich! Ngarang ajah!!" Kata ku sambil mencubit pinggangnya.
Justine cuma tertawa, entah kenapa dia tiba tiba mendekatkan wajah nya ke wajahku. Aku pun gugup setengah mati, dan Sialnya aku ngga bisa mundur karna posisiku duduk di samping tiang gardu.
" Ka ka mu mau apa Tine?" Jawabku gemetar, aku benar benar gugup dan ngga tau harus ngapain.
" Aku pengen nglakuin itu lagi sama kamu." Jawabnya sambil memegang kedua pipiku lalu langsung melumat bibirku.
Ya tuhan! Apa yg sedang aku lakukan? Aku cewe dan sekarang aku sedang di cium sama cewe juga. Apa aku ini sudah gila? Atw memang kami berdua udh ngga waras?
Lagi lagi aku cuma bisa diam merasakan bibirnya melumat bibirku. Ku biarkan lidahnya merajai setiap relung mulutku.
Kurasakan tubuhku semakin panas dingin ngga karuan ketika bibirnya mulai turun ke leherku. Untung sepi, klw sampai ada orang lewat dan lihat kami bisa berabe urusan nya.
Hingga tiba tiba suara sms mengejutkan kami. Buru buru ku ambil hp di saku dan melihat mesage dari teteh Utary.
Mel kamu sama justine dimana? Udh malam ko blm pulang?
" Sms dari siapa mel? Pasti dari cowo kamu yh?" Tanya Justine, ku lihat wajahnya tiba tiba berubah 180 derajat.
" Nich baca sendiri ajh." Kata ku sambil menyerahkan ponselku ke dia.
" Owh, kirain dari cowo kamu! Hee" wajah nya kembali sumringah setelah tau sms itu dari siapa.
" Aku ngga punya cowo tine! Udh ahh, pulang yuu, teteh utary udh nyariin." Jawabku sambil beranjak.
Justine bergegas meraih tangan dan menahan ku.
" Kamu bilang apa tadi mel?" Tanya dia.
" Aku bilang aku mau pulang!" Jawabku ketus.
" Bukan itu, yg tadi barusan kamu bilang!" Protes dia.
" Yg mana lagi sich? Orang aku cuma bilang klw aku mau pulang!" Jawabku.
" Kamu beneran ngga punya cowo mel?" Tanya dia lagi sambil pasang wajah penasaran.
" Aku masih kecil jadi blm boleh pacaran sama orang tuaku!" Jawabku ketus dan sekenanya.
Dia tersenyum lalu bangkit, entah kenapa tiba tiba ia memutar bohlam 15 watt satu satunya penerangan yg ada di gardu.
" Kamu mau ngapain Tine? Gelap tau! Aku takut!" Protesku.
" Ngapain kamu takut? Kan ada aku mel!" Katanya sambil mendekap lalu melumat lagi bibirku.
Dia merebahkan tubuhku, dia sekarang ada diatasku dan lagi lagi aku cuma bisa terdiam dan pasrah.
" Kamu mau apa Tine?" Tanyaku gemetar.
Aku benar benar sudah takut banget, bukan takut sama dia tapi aku memang takut gelap.
" Aku mau kamu mel" jawabnya.
Aku ngga tau harus jawab apa. Tapi reflek aku justru malah berbalik mendekapnya. Ku putar tubuhku, dan gantian dia yg berada di bawah sekarang.
Ku lumat bibirnya lembut dan pelan. Dia benar benar mati kutu sekarang karna posisinya di bawah dan aku di atas. Dia sepertinya peka dan langsung memasukan lidah nya ketika ku buka mulutku.
Lama kami berciuman hingga aku kehabisan nafas. Kuputuskan untuk turun dan menyusuri lehernya dengan bibirku. Bisa kurasakan dia mendesah dan tubuhnya bergetar.
Perlahan tapi pasti ku turunkan resleting sweeternya, dan aku mendadak diam terpaku. Owh my god, dia ngga pake kaos di balik sweeternya.
Dia sepertinya tau kenapa aku tiba tiba diam, di tariknya kepalaku lalu di susupkan ke dadanya.
" Give me more honey, I'm yo'rs now!" Bisiknya.
Kususuri dadanya dengan bibir dan lidah, dan tak lupa ku tinggalkan banyak cupang disana. Entah kenapa aku suka mendengar dia mendesah.
I.. love you, and I.. need you Nelly I.. love you, I do.. (c'mon girl) And it's more than you'll.. ever know But.. it's fo'sho You can always count on my love Foreveeeeer more, yeahh-yeahh..
Tiba tiba ringtone dilema by nelly dari ponselku sukses membuyarkan semuanya. Buru buru ku lihat dan tertera panggilan dari teteh utary.
" Kalian dimana? Udh malam kenapa belum pulang!" Cerocos dari sebrang ketika ku angkat ponselku.
" Ngga dimana mana teteh, cuma muter muter aja!" Jawabku sekenanya.
" Buruan pulang ini udh malam!" Suara teteh utary.
" Iyh teh !!" Jawabku sambil meriject ponselku.
Ku ngga mau teteh terlalu banyak tanya nantinya. Karena ku tau klw teteh utary memang sedikit bawel orangnya.
" Buruan rapiin bajumu, kita pulang! Teteh utary udh nyariin" kata ku sambil beranjak dari atas tubuhnya.
Ku lihat dia panik lalu buru buru merapikan bajunya. Mungkin takut aku tinggalin kali :p
Continue..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan bawa2 link yg berbahaya, serem tau!!