Jumat, 31 Oktober 2014

Fiksi » Aku Sayank Kamu » Diary Fly » Selamanya.

Aku letahkan jari tulunjukku untuk menghentikan omongannya, hatiku ngilu mendengar setiap kata yang keluar dari mulutnya. Bagimana bisa selama dua tahun ini aku ga menyadari perasaannya padaku.

Pagi ini terus saja bibirku dihiasi senyum. Aku masih bisa mengingat jelas kejadian semalam, riuhnya masih aku rasakan sampai saat ini. Debaran hatiku masih belum mau berhenti.

Semalam dia mengantarku pulang, tadinya aku ingin menginap di rumahnya tapi mamah telp katanya di rumah ngga ada orang dan mamah takut sendirian.

Ah aku mau mengucapkan selamat pagi untuknya, aku raih ponselku yang ada di meja. Hmmmn ada pesan… *udh keduluan :'(

Pagiiiii

Hari kamu ada rencana bareng keluarga? Kalo ngga jalan yuuk, bareng yang lain juga. Kalo mau 1 jam lagi aku jemput.

Iya pagi Ngga kok, ya udah aku siap – siap dulu ya.

Kebetulan hari ini libur, jadi lumayan ada waktu buat jalan – jalan. Aku sudah menunggunya di depan gerbang rumah, katanya 10 menit lagi nyampe. Aku bisa melihat dari kejauhan mobil warna silver miliknya.

Hatiku kembali riuh, seakan ada ribuan kupu – kupu didalamnya. Aku lempar senyum saat dia membuka jendela mobil. Aku berjalan ke arahnya, aku buka mobil dan menghempaskan tubuhku di jok mobilnya.

Tiba – tiba…

“ Pagi sayang” aku bisa merasakan bisikan lembut di telingaku, ada bibir lembut yang menempel dipipiku. Aku masih saja tersihir keadaan seperti ini. Tubuhku bergidik, seluruhnya panas.

“ Kenapa Fly? Kamu ga suka?”

“ Apa sih” aku peluk tubuhnya yang sedang di balik kemudi.

“ Hehe”

“ Cepet jalan ih, malah godain aja”

“ Iya iya tuan putri”

Dia terlihat konsentrasi dengan jalanan.

Beberapa kali aku memlihatnya. Wajah sampingnya, rambut panjang nya, tubuhnya yang terlihat gagah. Tiba – tiba senyum lebar menghiasi bibir mungilku.

“ Jadi kita mau kemana? Sapa aja sih yang ikut?” aku memecah keheningan.

“ Ke Pantai aja, sama meldha sama Justine.”

“ Ohh berempat, kirain banyakan”

“ Ya ga papa, itung – itung kencan pertama kita” katanya sambil sekilas tersenyum ke arahku lalu fokus ke jalan lagi.

“ Ihhh apaan kencan berempat”

“ Oh jadi maunya berdua aja nih”

“ Iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiihh” aku cubit perutnya, rasanya wajahku sekarang sudah memerah seperti udang rebus.

Sejujurnya aku tak keberatan berlama – lama di dalam mobil ini, berdua dengan dia. Tapi akhirnya kami sudah sampai di Tempat tujuan dan meldha, justine sudah menunggu disana.

Kami menghabiskan waktu disana dari pagi dan sekarang sudah menjelang sore. Akhirnya memutuskan untuk pulang. Setelah capek bermain kami memutuskan untuk mampir makan dulu.

…….

“ Di minum dong coklatnya, aku udah penuh perjuangan tuh bikinnya” katanya sambil duduk di sebelahku.

Kami sedang menonton TV, tapi posisi duduk kami di bawah sofa, slonjoran. Sudah terhitung seminggu hubungan kami menjadi lebih dari sahabat.

“ Iya” jawabku sembari menyruput coklat.

Aku pandang wajah sampingnya, aku letakkan kepalaku di bahunya untuk bersandar. Aku genggam tangannya.

“ Aku ga nyangka Fly, kadang – kadang aku ngrasa ini Cuma mimpi. Tapi pas aku tau kamu di sampingku kaya gini, aku bahagia, ini bener – bener nyata. Kamu punyaku”

“ Kenapa kamu bilang gitu”

“ Kamu tau waktu kejadian di resto itu, saat itu aku bener – bener takut. Takuk kehilangan kamu. Harusnya aku bisa nahan diri. Tapi bodohnya aku malah kurang ajar. Udah hampir dua tahun aku berusaha sembunyiin ini dari kamu, biar aku tetep bisa bareng kamu, sekalipun Cuma sahabat aku rela”

Aku letahkan jari tulunjukku untuk menghentikan omongannya, hatiku ngilu mendengar setiap kata yang keluar dari mulutnya. Bagimana bisa selama dua tahun ini aku ga menyadari perasaannya padaku.

Aku berdiri dengan dua kaki ditekuk kebelakang, aku benamkan wajahnya kedalam dadaku, aku cium rambut.

“ Makasih Ryy, makasih untuk terus sayang sama aku padahal aku udah jahat sama kamu. Aku sayang kamu, I’ll never leave you again, no matter what. Let me stay with you ”

Mungkin aku memang bodoh, pengecut dan lemah. Aku begitu takut untuk hubungan ini. Aku takut dunia akan memandangku, takut setiap kebencian atas hubunganku.

Tapi kali ini aku berani, berani menghadapi semua. Kita yang gila, apa cinta kah yang gila. Yang jelas sekarang aku mau menjalani ini semua bersamanya.

“ Udah Fly, kita ga perlu inget – inget yang udah – udah, kalo ga gitu kita juga belum tentu kan bisa kaya gini” kali ini kami sudah saling memandang. Senyum kami sama – sama mengembang.

“ Abisin coklatnya, ga kasian apa sama yang bikinin” lanjutnya.

“ Iya iya”

“ Kalo udah, yuuk aku anter pulang. Udah jam segini”

Jam menunjukan pukul 21.00, iya emang waktunya aku pulang lagian kasian kan dia kalo pulang nganter trus malem banget lagi.

Eh tunggu, kenapa ini masih sepi aja, yang lain pada kemana, mba Emil Cs ko ngga kliatan?

“ Kenapa sepi ya?”

“Ohh malem ini aku tidur sendiri, yang lain pada ke tempat saudara, ada hajatan. hehe” jawabnya yang mengerti apa maksudku

“ Emang berani?”

“ Berani, eh takut sih dikit, tapi ga papa. Udah ah ayok aku anter ”

“ Ga mau, aku mau nginep aja” kata – kataku meluncur begitu saja.

“ Eh ngapain, nanti mama kamu nyariin. Lagian aku berani kok” jawabnya terlihat kaget

“ Kan tinggal bilang, telpon. Pokoknya aku mau nginep weeeeeeek” jawabku sembari berjalan menuju kamarnya.

Aku baringkan tubuhku di atas kasur kamarnya, satu persatu aku bisa merasakan sisa harum tubuhnya menempel disana.

Aku mendengar suara pintu terbuka, senyumku mengembang di bawah selimutnya. Aku bisa merasakan sesesorang mulai berbaring di sebelahku.

Ku balikan badanku untuk memandang wajahnya, senyumnya terlihat begitu indah. Sinar lampu tidur yang redup sekilas menggambarkan pesonannya. Gagah dan cantik becampur jadi satu.

“ Ini kamarku Fly, kamu masuk tanpa permisi” katanya tersenyum sambil menggodaku.

“ Ohh jadi gitu” aku gembungkan pipiku, tanda aku ngambek dengan ucapannya.

“ Ahahahaha”

“ Ih malah ketawa”aku balik membelakanginya, biar tau rasa.

Malam ini hanya menyisakan kami berdua, lebih tepatnya milik kami berdua. Aku bisa merasakan ada tangan yang menyentuh perutku. Nafas hangat menyapu leherku.

Aku balikkan badan, jarak kami hanya beberapa centimeter. Tubuhku bergidik, sensasi yang belum pernah aku rasakan menjalar keseluruh tubuhku. Otakku tumpul, aku pasrah.

“ Aku sayang kamu Fly, sangat” bisikan lembut ditelingaku sukses membuat saraf di sekujur tubuhku berubah sensitif.

Aku pejamkan mataku, jantungku seakan sudah entah kemana. Jari tangannya mulai membelai setiap sudut bagian wajahku. Dia letakkan bibirnya di pipiku, Lembut dan mulai berpindah menyentuh bibirku.

Ciuman yang tadinya lembut berubah penuh gairah. Inikah rasanya ketika dua insan dipenuhi gairah.

Aku pasrahkan seluruh diriku untuknya. Aku tatap wajahnya, aku belai lembut wajahnya. Dengan suara gemetar aku katakan….

“ Ka-amu mau ngapain?” mendengar pertanyaanku,seketika aku bisa melihat wajahnya berubah.

Reaksinya membuatku sadar. Aaaaaargh dasar stupid stupid stupid.

Friantikaaaaa, kenapa kamu bodoh banget. Bisa – bisanya kamu merusak suasana. Rasanya pertanyaan “kamu ngapain” sudah jadi hal yang menakutkan untuknya.

“ Belum waktunya ya Fly. Maaf. Untung kamu ngingetin aku sebelum kebablasan” katanya sambil mencium keningku.

Aaaaaaaaah Utary kenapa kamu ikut – ikutan bodoh. Suasana ini sukses membuyarkan hasrat kami yang sudah mendidih.

“ Ryyyyyy” aku cubit perutnya karna aku benar – benar menyesali pertanyaan bodohku.

“ Sakiiiiiiit, aduh”

Aku benamkan wajahku di lehernya. Sesaat kemudian kami saling berbagi cerita, saling memandang. Melepas canda tawa.

Ketika malam sudah semakin larut, kami saling diam dalam pelukkan. Menikmati setiap detik kebersamaan kami. Yah walaupun hanya sekedar pelukan untuk menghabiskan malam tapi aku sangat bahagia. Sangat. Semoga kebahagiaan ini berlanjut.

Selamanya……….

End.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan bawa2 link yg berbahaya, serem tau!!