Untuk kesekian kalinya aku terjaga dari sebuah mimpi. Mimpi yg teramat buruk yg selalu datang di setiap tidurku, terutama ketika memasuki bulan November seperti ini.
Ku nyalakan rokok dan menghisapnya dalam dalam. Tuhan, sampai kapan aku harus terus seperti ini? Kenapa hanya aku yg tersisa?
Diandhra Prameswari, itu nama asliku. Dan aku pemegang akun ソソ ソソ, salah satu member Clown1987 yg paling jarang aktif, karena jujur aku ngga terlalu suka dengan sosial media.
Harusnya aku bisa jadi wanita yg paling beruntung di dunia. Aku punya segalanya, uang, kuasa, semua aku punya. Tapi cuma satu yg aku ngga punya, yaitu orang orang yg bisa dan pantas untuk aku sayang.
Awalnya aku hanya seorang gadis miskin, bahkan aku menamatkan sekolahku pun harus lewat jalur beasiswa di SMKN 35 Jakarta (Camp7Java) angkatan tahun 1999.
Semua berawal saat aku yg baru lulus sekolah dan belum mendapatkan pekerjaan, dan ketika itu tiba tiba saja ayahku sakit. Ayah adalah satu satunya keluarga yg aku punya, karena ibuku meninggal ketika melahirkanku.
Ayah gagal ginjal dan harus segera di operasi. Aku benar benar bingung, bagaimana caranya aku bisa mendapatkan uang untuk biaya operasi ayah. Akhirnya ku tempuh jalan pintas, aka melelang keperawanan ku di semua sosial media.
Banyak pria yg berduyun duyun mencoba untuk menawar keperawananku. Aku sebenarnya takut, tapi itu semua demi ayah. Dan aku rela nglakuin apa aja asal ayahku bisa sembuh.
Dan Reza pun datang sebagai malaikat penolong untuk aku dan ayah. Reza yg membiayai semua pengobatan ayah, reza juga yg membantu aku untuk mencarikan pekerjaan.
Hingga akhirnya kami saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah. Tepat tanggal 3 November 2001, aku dan Reza mengucapkan janji setia sehidup semati selalu bersama di depan penghulu.
Sejak saat itu hidupku berubah seperti seorang ciderella. Aku punya Reza, yg menyayangiku apa adanya. Tapi semua seolah hanya mimpi indah yg tak berlangsung lama.
Tepat tanggal 5 November 2002 mobil yg kami tumpangi mengalami kecelakaan di tol ciawi. Ketika itu kami sekeluarga baru saja selesai merayakan ulang tahun pernikahan yg pertama.
Reza, Ayah, dan Jabang Bayi yg sedang ku kandung semuanya pergi. Tinggal lah aku seorang diri. Awal nya aku merasa semua itu hanyalah sebuah mimpi buruk dan aku harus segera terbangun.
3 November 2003 »" Selamat hari ulang tahun pernikahan kita y ke-2 mas! Aku kangen kamu, aku kangen ayah, dan aku kangen anak kita." Bisik ku sambil menatap foth almarhum suamiku di meja samping ranjang.
**********
Pagi yg cerah, aku sudah bersiap untuk ke pemakaman keluarga hari ini. Daster warna hitam, pakaian yg pertama kali aku kenakan ketika malam pertama dengan suamiku pun sudah menempel indah di tubuhku.
" Kamu sudah cantik dian, mas Reza pasti senang ketika melihatmu nanti." Hibur bathinku.
Airmataku pun kembali menetes di depan pusara Mas Reza, ketika ku ingat satu persatu kenangan manisku bersama nya.
" Ya Tuhan, mau sampai kapan aku harus terus seperti ini? Aku lelah selalu hidup dalam kenangan. Tapi aku juga ngga akan pernah sudi siapapun menggantikan nama Reza di hatiku, karna namanya terlalu tinggi dan terlalu indah untuk bisa di gantikan oleh siapapun" ratapku lirih. Sambil ku cium mesra batu pusaranya.
**********
" Tok tok tok!" Ketukan pintu kamar yg sukses membangunkan tidur siangku.
" Syapa?" Tanyaku.
" Bibi non!" Sahut dari luar.
" Masuk aja bi, pintunya ngga di kunci." Jawabku sambil menarik selimut menutupi wajahku. Jujur aku masih ngantuk!
Ku dengar suara pintu kamar di buka, itu bi'sum. Orang yg selalu setia menemaniku selama ini. Dia juga yg merawat Almarhum suamiku sedari kecil.
Dan ketika kami menikah, kami memutuskan untuk mengajaknya tinggal bersama kami. Aku sudah menganggapnya seperti keluargaku sendiri. Karena dia juga bernasib sama sepertiku, sama sama sebantang kara.
" Non, di luar ada yg nyari'in" kata bi'sum ketika sudah ada di dekatku.
" Bi' aku kan sudah bilang klw hari ini aku ngga mau di ganggu oleh siapapun! Suruh pulang aja! Besok lagi kesininya!" Jawabku ketus dari balik selimut.
" Tapi non, dia bilang penting katanya!" Bela bi'sum.
" Bibi! Aku bilang besok yh berarti besok aja! Ngerti ngga sich!" Sentak ku sambil terbangun dari ranjangku.
" I-Iya non!" Jawab bi'sum, sambil berlalu.
Tapi ketika tangan nya baru hendak meraih handle pintu, aku mencegahnya.
" Bilang ke dia suruh tunggu sebentar! Sebentar lagi aku turun" kataku.
" Baik non." Jawab bi'sum lalu ke luar kamar.
Aku benar benar penasaran siapa yg datang siang itu. Klw karyawanku kayanya ngga mungkin, mereka semua tau setiap tanggal 3 - 5 November aku ngga mau di ganggu. Kantor pun selalu aku liburkan selama 3 hari.
**********
Kupandangi gadis muda yg sedang berdiri sambil menunduk di hadapanku. Penampilan nya sederhana dan sepertinya dia gadis kampung yg baru nyasar ke jakarta.
" Siapa kamu? Dan apa perlu apa kamu mencariku? Klw mau mencari sumbangan atw pekerjaan sepertinya kamu salah alamat datang kesini!" Kataku ketus sambil menyulut rokok ku menghisap nya dalam lalu mengepulkan asapnya ke angkasa.
Dia seperti tersentak, dan seketika itu wajahnya terangkat. Matanya menatap tajam ke arahku, dan seperti nya dia tersinggung dengan ucapanku! Baru kali ini ada yg berani menatapku seperti itu!!
" Kenapa kamu menatapku seperti itu! Kamu marah? Atw kamu tidak suka dengan kata kataku?" Ucapku dengan nada tinggi.
Ku lihat dia seperti mendengus menahan kesal.
" Maaf Ibu Diandra Prameswari yg Terhormat! Saya cuma ingin mengembalikan ini, ini sepertinya milik ibu!" Katanya sambil mengeluarkan sebuah dompet berwarna merah merek Gucci dari dalam kantong kresek yg di genggam nya lalu meletakan nya di meja.
Ya Tuhan, itu dompetku! Dompet yg aku beli di prancis, dan dompet itu memang sudah hilang seminggu yg lalu.
Entah dimana aku menjatuhkan nya aku sendiri juga lupa, seingatku saat itu aku mabuk dan ban mobilku pecah di daerah prumpung. Dan kini tiba tiba dompet itu ada di tangan nya.
" Ini sepertinya milik ibu, terima kasih banyak atas semua penghinaan nya!" Katanya menahan geram sambil hendak berlalu.
" Tunggu dulu!" Bentak ku menahan nya.
" Apalagi?" Jawab dia dengan nada yg tak kalah tinggi.
" Aku heran sama kamu, orang miskin sepertimu biasanya senang klw nemu uang banyak di jalan! Tapi kamu sepertinya orang miskin paling goblok yg pernah aku temui karna kamu memilih untuk mengembalikan dompetku daripada mengambil semua uangnya" sindirku, sambil ku hisap rokok ku dan mengepulkan asap nya ke arah nya.
Mukanya makin merah padam, dia benar benar sudah marah.
" Terima kasih untuk penghinaan nya Ibu Diandra Prameswari yg terhormat! Saya mungkin memang orang miskin, tapi ibu saya tidak pernah sekalipun mengajarkan saya untuk mengambil dan mengklam sesuatu yg bukan milik saya!" Jawabnya menahan geram.
Ku lihat matanya berkaca kaca, dia sepertinya menahan sesuatu yg seolah ingin meledak di dalam dirinya.
" Lalu bagaimana saya bisa tau, klw kamu ngga ngambil uang saya sepeserpun dari dalam dompet! Biasanya orang miskin seperti kamu kan berbakat untuk jadi maling!" Tanyaku sinis.
" Ibu silahkan cek sendiri isinya, jika memang ada yg hilang atw berkurang sepeserpun ibu bisa cari saya! Saya bekerja di warung tenda pecel lele dekat halte prumpung." Katanya.
" Sepertinya urusan saya sudah selesai dan saya mohon pamit! Terima kasih juga untuk semua penghinaan ibu! Permisi!" Katanya ketus sambil hendak berlalu.
" Tunggu dulu! Bagaimana saya tau klw kamu jujur?" Kataku.
" Jika memang uang ibu ada yg hilang, ibu silahkan datang ke tempat saya biasa bekerja. Cari saya, nama saya Resti Komala Sari! Terima kasih" katanya dengan tatapan berkaca kaca.
" Tunggu dulu!" Cegahku ketika dia hendak berlalu.
" Apalagi sich bu? Sudah cukup ibu menghina saya! Saya mungkin memang orang miskin dan ngga sebanding dengan ibu! Tapi sepertinya saya jauh lebih baik dari ibu, karna saya bisa menghargai kebaikan orang lain!" Jawabnya.
" Ohw iya, jika memang ada uang ibu yg hilang. Silahkan ibu cari saya!" Jawabnya sambil berlalu dan membanting pintu depan.
Aku hanya bisa terpaku melihatnya pergi. Baru kali ini aku bertemu gadis seberani dia. Mungkin aku memang sudah keterlaluan padanya, tapi masa bodo lah, orang miskin seperti dia memang pantas di perlakukan seperti itu.
***********
Jam dinding sudah menunjukan pukul sepuluh malam, tapi mataku seolah susah untuk diajak terpejam. Padahal biasanya aku akan langsung tertidur setelah menenggak 2 sampai 3 sloki sampane.
Pikiranku selalu teringat dengan gadis tadi siang. Gadis muda yg berani memaki makiku. Ketika ku pikir secara jernih, memang aku yg salah jadi wajar jika dia marah. Dan uang di dompet yg dia kembalikan memang masih utuh tidak berkurang 1 sen pun.
Rasa penasaranku mendorongku untuk meraih switter dan kunci mobil. Aku ingin memastikan apa benar dia bekerja di warung tenda seperti kata katanya tadi siang.
Ku keluarkan mobil dari garasi dan ku pacu menyusuri jalanan jakarta yg mulai lengang dari cengkareng ke arah prumpung.
" Mana ngga ada warung nya? Boong brarti tuh anak! Sial, aku bisa di kibulin anak kecil!" Bathinku kesal.
Saat itu aku lupa bahwa dia bilang dia dagang di daerah prumpung. Sedangkan aku daritadi cuma muter muter di uki cawang. *Dasar Pe'a :'(
Akhirnya ketemu juga warung nya. Iyah seperti yg dia bilang, di samping halte prumpung. Warung Pecel Lele Lamongan Mbak Nur, klw ngga salah baca sich begitu tulisan nya.
Lama aku melihatnya dari jauh, ku lihat sesekali dia mondar mandir melayani pembeli atw sekedar duduk di depan warung.
Aku ragu, apakah aku akan menghampirinya atw tetap diam disini. Akhirnya ku putuskan untuk mendatangi warung nya.
************
" De, lele goreng satu, goreng setengah matang!" Kataku sambil duduk di bangku plastik.
" Iyh sebentar mba!" Sahut seseorang dari belakang warung.
Aku kenal suaranya, dan itu memang suara dia. Dan benar saja, dia langsung diam terpaku, matanya melotot seperti hampir keluar ketika melihat orang yg memesan barusan, iyh orang itu adalah aku.
" Mau apa lagi ibu datang kesini? Apa belum puas atas semua penghinaan ibu tadi siang ke aku?" Katanya ketus menahan geram.
" Aku kesini bukan mau berdebat! Aku mau pesan lele goreng, jadi sebaiknya buruan kamu bikinin!" Kataku sambil pura pura sibuk memainkan ponselku tanpa menoleh ke arahnya.
" Lalu klw aku ngga mau bikinin, trus ibu mau apa?" Jawabnya dengan nada tinggi.
" Pembeli itu raja, jadi cepat kamu bikinin pesanan ku tadi, lele goreng setengah matang dan ingat jangan di kasih racun!" Jawabku sambil tetap memainkan ponselku tanpa menoleh ke arahnya.
Dia terdiam, ku dengar nafasnya seperti mendengus. Tapi akhirnya dia ngalah juga.
" Sebentar!" Kata dia sambil berlalu ke dalam.
Selang beberapa waktu dia keluar sambil membawa pesananku.
" Pakai nasi uduk setengah saja!" Kataku ketika melihatnya keluar.
Dia cuma diam sambil memenuhi permintaan ku. Malam itu aku makan lele goreng buatan dia. Dan jujur saja rasa masakan nya aneh! Karna mungkin dia membuatnya setengah hati atw apalah. Tapi aku bersyukur karna dia ngga memasukan racun ke dalam makanan ku.
" Berapa semuanya?" Tanyaku ketika selesai makan.
Dia diam sejenak seperti menghitung lalu menjawab.
" Semuanya duabelas ribu!" Katanya ketus.
Bergegas ku ambil selembar uang 50ribuan dari dalam dompet
" Nich, ambil saja kembalian nya buat kamu!" Kataku sambil meletakan uang itu di meja lalu beranjak pergi.
" Ibu Diandra Prameswari!" Panggilnya mengejarku, ketika itu aku melangkah hendak masuk mobil.
" Ini kembalian nya! Maaf saya mungkin memang orang miskin, tapi saya hanya mengambil apa yg menjadi hak saya" katanya sambil meraih tanganku lalu memberikan uang kembalian.
" Kamu ini orang miskin aja belagu!" Bentaku, aku benar benar kesal.
" Terserah apa kata ibu saja!" Katanya sambil berlalu.
Aku hanya bisa terpaku dan diam melihatnya pergi begitu saja. Ya Tuhan, baru kali ini aku di cuekin sama anak kecil seperti dia :'(
Mungkin ini salah satu kesialan ku di bulan November. Yah aku memang selalu sial di bulan November, maka dari itu aku membenci bulan ini!!
Continue..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan bawa2 link yg berbahaya, serem tau!!