Kategori

Posting favorit

Kamis, 16 Oktober 2014

Awal Kita Jadian ( Flash Back Ke Masa SMA 1 ).

(2004) ~ Atuh Jeng Friantika Tri Hapsari kaya sama siapa aja” Aku yang melihat dirinya hanya bisa membelakangiku tidak ingin tinggal diam. Maka, aku pun mulai mendekatinya dan memeluknya dari belakang.”

Gadis yang kusukai itu orang nya pendiam.

“Fri-An-Ti-Ka~…” Aku memanggilnya dengan lembut. Dia hanya menoleh sebentar kearahku sambil tersenyum manis seperti biasa, setiap melihat senyumnya, tubuhku seperti melayang.

Cukup lebay sih, tapi emang bener kok! Sueeerrr ga bo'ong!

“Iya Ry?” jawabnya singkat dan kembali membaca bukunya itu.

“Hari ini kamu bawa bekal apa?” tanyaku sambil duduk disebelahnya, ini posisi yang paling ku suka, yaitu bisa melihat pipinya yang seperti bapau dari samping. Andai saja bisa ku makan.

“Hmm sebentar ya aku lihat dulu.” Sambil menutup buku dia merogoh tasnya dan mengambil sekotak bekal.

“Tramezzino,pudding, dan susu vanilla, aku cuma sempat bikin ini…” Ucapnya pelan sambil melihat isi bekalnya itu.

Dia ini keturunan chiness jadinya suka masakan kaya gitu. Enakan juga semur jengkol dan sambal pete asam manis zzz

“Hm…. Begitu yaa, kalau aku sih ya kaya biasanya…” ucapku sembari melihat wajahnya yang selalu menunduk, tapi aku masih bisa melihatnya jelas.

Hah~ cantik banget… ‘Rawrrr! Mikir apa aku barusan?’ batinku dalam hati.

Cepat-cepat aku mengalihkan pandanganku, pikiranku selalu tertuju pada gadis itu—Fly.

Oh iyh, aku manggil dia Fly, karna ngomong ku memang sdikit cadel. Berhubung kepalang tanggung ku plesetin aja skalian namanya jadi Fly.

Hah… Gadis yang kusukai itu sifatnya sungguh pemalu dan lucu.

Seperti biasa, aku menghabiskan jam makan siangku berduaan dengannya di atap, tapi hari ini aku tidak bisa merasakan makanannya hari ini, karena dia cuma masak itu.

Aku menatapnya yang lagi asik makan sendiri “Kamu mau nyobain ini?” Nah akhirnya~ tanya gadis itu sambil menyodorkan bekalnya.

Ga enak juga sih kalo nolak, lagian juga lumayan, lumayan gratis.

“Enak…” jawabku.

“tapi mungkin tidak se-enak ini jika aku tidak makan bersamamu…” sambungku pelan.

“Ma-Masa sih ? Ng-ng terima-kasih…” jawabnya gugup seketika pipinya merah merona dan dia langsung membuang muka.

Hehehehehehe gombalan ku bikin bidadari malu seperti itu :v (Wow Ry! Lu mah bukan gombal, tapi gembel #plakk)

Aku yang melihatnya hanya tertawa ngakak.

“Ihhh apasih!” Ucapnya seperti orang marah, tapi tetap saja terdengar lembut.

‘Gadis ini… sungguh mempesona…’ batinku. . . . Gadis itu, selalu membuatku ingin melindunginya.

Aku selalu menjemputnya kekelas untuk pulang bareng. Maklum beda kelas, dia ambil IPA sementara aku ambil IPS.

Habis dia ga punya teman selain aku, orang-orang menganggap nya aneh karena dia sangat pendiam, sebenernya dia ini sangat baik dan baik banget malah.

*****

Aku melihatnya sedang membersihkan kelas, rajin banget kan dia?

Aku mah boro-boro, klw pas jadwal piket pasti slalu nyari alesan buat kabur, dari alesan sakit perut sampai alesan kucing tetangga lahiran.

Aku memeluknya dari belakang yang lagi menyapu. Secara refleks dia kaget dan berbalik kearahku.

“R-Ry! Ngagetin aja” dia menghela nafas, wajahnya terlihat lelah.

“Hehe maap yah Flyyy, emang sekarang jadwal piket kamu?”

“Ga kok, tadi banyak anak cowok yang ngotorin kelas, jadi aku bersihin aja, tunggu bentar ya ” jawabnya sembari menyunggingkan senyum badai ke arahku.

Tiba tiba sekelilingku terasa sejuk.

“Huft, aku bantuin sini ” aku langsung mengambil sapunya itu. Dia hanya mengerucutkan bibir mungilnya, aduh gemes wa!

“Memangnya yang piket pada kemana Fly? Kok cuma kamu?”

“Tadi ada 3 orang yang piket, tapi mereka langsung pulang” jawabnya lemah.

“Wah!!! Seenaknya saja tuh orang, biar besok aku kasih pelajaran” Aku harus menghajar anak-anak itu, siapapun yang berurusan dengannya, harus berhadapan dengan ku dulu!

“Ja-jangan Ry! Mereka ga ganggu aku kok” gadis itu sepertinya takut kalau aku bikin ulah lagi,

Aku ga akan bikin ulah kalau tidak ada yang memulai duluan, dan ini juga demi melindunginya.

“Hm oke deh…” Aku menuruti nya, tapi benar juga sih, anak-anak itu tidak menganggu.

“Sudah selesai yuk pulang!” Aku mengambil tas ku dan juga tasnya.

“R-Ryy—!”

“Apa?” tanyaku dengan gaya keren.

“Itu kan tas aku!” ucapnya sewot.

“Sudah, biar aku saja yang bawa, kamu pasti capek kan…” jawabku sambil mengacak-acak rambutnya.

Aku pun melirik ke arah nya. Dapat kulihat wajahnya menunduk, dan...

hey! Apa itu? Lagi-lagi ada garis merah yang muncul dipipimu. Gadis itu sebenarnya perhatian.

Kami keluar kelas dan berjalan menuju gerbang sekolah dengan tas nya yang masih berada ditanganku. Diam beberapa saat dengan kemudian dia membuka suatu obrolan.

“Ry, bagaimana rapat ekskulnya tadi?” tanya Fly sembari berjalan berdampingan di jalan setapak yang biasa kami lewati untuk pulang ke rumah.

“Aku senang banget Fly, karena aku dipilih jadi pelatih ekskul untuk adik kelas nanti, jadi mereka harus patuh padaku…” jawabku panjang lebar.

‘Uh tas dia isinya apa sih, berat banget’ pikirku. Bawa barbel kali nich anak satu.

“Hm syukurlah, kamu hebat! Oiya Tadi aku bertemu dengan Dion, katanya dia ingin menitipkan salam padamu.

Uhm, Restu juga…” ucapnya sembari tersenyum sumringah ke arahku.

“Wah, wah… Utary memang populer ya” sambungnya sambil menepuk-nepuk punggungku.

Rawrrr! Padahal aku selalu mengharapkan itu darimu. Aku mendengus dan mulai berjalan lebih cepat.

“E-eh, kok ninggalin aku sih!” Aku tidak perduli dan berjalan lebih cepat. Dan dengan cepat, dapat kurasakan ia menggenggam lenganku.

“Apa ?” ujarku sewot.

“A-apa aku salah ngomong? Maaf ya Ry” jawabnya ngos-ngosan.

“Ngga, perut ku udah laper. Pengen cepet-cepet sampai rumah…” ujarku bohong.

Kedua pipinya yang merah mulai menggembung, lagi-lagi dia membuatku gemes!!!

“Kamu kan bawa tas ku yang berat itu, aku takut kamu sakit!” ucapnya cepat dan berjalan di depanku.

Langkahnya panjang dan tergesa-gesa, mungkin ia gugup saat mengatakan itu. haha lucu sekali. Aku yang melihatnya hanya dapat tertawa.

*******

“Spadaaaaa, Any body home, Wonten Wonge Mboten njih?!” teriakku saat sudah memasuki rumah nya. Hehe sudah biasa aku mampir dulu untuk bermain.

“Aw!” Aku merasa lengan ku dicubit.

“Apoh ku kan lagi pulang ke singkawang Ry” ujarnya sambil ngedumel cantik.

(Apoh itu sama dengan Nenek, klw dlm bahasa indonesia. Klw dalam bahasa jawa artinya Simbah).

“Ehehehe… oh iyh lupa”. Dia melepas sepatunya, lalu mulai memandangiku.

“Kamu ga pulang?” tanyanya polos.

“Hmm ga… keluargaku lg pada ke rumah pakdhe ku, ada sunatan” jawabku enteng.

“Eeeeh? Lalu…?” ia nampak bingung.

“Aku nginap disini ya.” bisikku pelan tepat di samping telinganya, lalu berjalan masuk ke dalam rumah.

Gadis itu, terkadang ceroboh.

“Fly… kok becek sih?” tanyaku saat menginjak lantai dapur.

“Eh?…” jawabnya mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca kearah ku.

“Astaga! Aku lupa matiin mesin cuci!” ia pun berlari ke dapur, mematikan mesin, dan mengeluarkan pakaian yang mungkin udah ciut. (Dasar bedul ih T_T.)

“Terlalu serius baca buku sih…” aku menggelengkan kepala dan mulai membantunya membereskan akibat dari kecerobohannya sendiri.

“Jari kamu lentik yah…” sambungku sambil menatapnya dengan sedikit senyum.

Wajahnya yang sedang memerah itu terlihat… manis.

“Eh—?” ia nampak bingung, namun ia tetap membalas senyumanku dengan kedua pipinya yang bersemu merah.

“Kamu juga Ry……” (Jari Utary mah bantet, eh canda deh) ucapnya dengan senyum yang bikin hati meleleh.

Aku memalingkan wajah dengan cepat. Kuharap ia tidak menyadari bahwa wajahku memerah. S-sial!

Setelah kekacauan singkat yang terjadi di dapur, kami memutuskan untuk membuat mie instan, karena makanan yg bisa dimasak Fly yh cuma mie. (Hahahaha.. Buka kartu, ups sorry keceplosan).

Kami makan sambil diam dengan acara saling lirik yang kami lakukan sekali-sekali.

Rasanya acara menginap kali ini terasa biasa-biasa saja. Rasanya ada yang kurang… tapi apa ya?

Makan malam sudah selesai, dan jam telah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. dia menengadahkan kepala menatap jam dinding.

“Saatnya tidur~” lalu, ia pun pergi ke kamarnya dan meninggalkanku di ruang tengah.

“Wew, Flyy!” teriakku.

“E-eh? Apa… Ry?” ia membalikkan badannya dan menoleh ke arahku.

“Ga ngajak aku tidur bareng?” tanyaku sedikit sewot.

“E-eehh iya…” jawabnya kelabakan. Gadis itu sebenarnya kesepian, maklum dia mana punya temen selain aku.

“Jangan duduk jauhan napa… sini dong…” ucapku sambil menepuk kasur.

“A-aku disini aja.” ucapnya yang tetap bertahan dengan posisinya di sudut kamar.

“Atuh Jeng Friantika Tri Hapsari kaya sama siapa aja” Aku yang melihat dirinya hanya bisa membelakangiku tidak ingin tinggal diam. Maka, aku pun mulai mendekatinya dan memeluknya dari belakang.

“R-Ryy!” Aku semakin ingin mengerjainya.

“Katanya mau tidur?” bisikku ke arah telinganya.

“Iyaa nanti…” jawabnya gugup.

“Tidur yuk?” tanyaku sambil mengelus kepalanya perlahan.

“Aku belum ngantuk” ia masih tegang, dan nada bicaranya terdengar getir.

“Maaf ya, aku sedikit sibuk tadi… jadinya tidak dapat menemanimu ke perpus” aku mengelus kepalanya lagi. “Ga papa kan?”

“I-iya… aku ga papa kok…” angguknya pelan.

“Ini karena kelas kita berbeda… andaikan kelas kita sama, pasti aku akan menemanimu setiap saat” aku pun mencium rambutnya dan merasakan aroma segar dari shampo pantenne yang ia pakai. (Klw ngga salah nebak itu juga).

“A-aku ga bisa nafas nih…” ucapnya yang sudah mulai kegerahan karena kupeluk terlalu lama.

“Tapi aku ga mau melepaskanmu sedetik pun…” desisku pelan di telinganya. “Fly…”

“Ya—hmph!” Aku mulai menarik dagunya dan melumat bibirnya yang lembut itu.

Sedikit demi sedikit, kurasakan manisnya bibir orang yang kusukai. Napasnya menderu lebih cepat karena rasa shock yang ia terima.

Beberapa saat kemudian aku melepaskan ciuman kami berdua. Aku memeluknya perlahan dan mulai mengatakan hal-hal yang diluar nalarku sendiri.

“Aku sayang kamu Fly…” bisikku pelan, lalu kupeluk tubuh langsingnya itu lebih erat.

“A–apa …!” jawabnya sembari menunduk dalam-dalam.

“… Aku bersedia jadi teman,pacar dan bodyguard mu…” bisikku perlahan.

Gadis itu, adalah gadis yang paling kuidam-idamkan.

Dia membalikkan badannya dan memelukku dengan erat. Hangat tubuhnya dapat kuresap dengan mudah saat kami berdua sedang berdekapan seperti ini.

Kehangatan ini, bagaikan ekstasi yang dapat membuatku melayang dalam sekejap, dan apabila aku kehilangannya mungkin aku bisa gila.

Aku selalu ingin merasakan kehangatan seperti ini lagi dan lagi—’lebih, aku ingin lebih dari ini.’

Ia meletakkan kepalanya di dekat leherku sambil tetap memeluk, dan rambutnya yang panjang itu terasa sedikit menggelitik.

“Fly…” ucapku perlahan. Ia menatapku, dan tatapannya itu membuat hatiku lumpuh seketika.

Tatapan yang sangat manis dan polos.

“Bolehkah aku melakukan sesuatu yang lebih dari ini?”

Bersumbang, ehh.. Bersambung maksudnya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan bawa2 link yg berbahaya, serem tau!!