Kategori

Posting favorit

Rabu, 15 Oktober 2014

Aku Sayank Kamu Part 1.

Malam ini semua terasa gelap, padahal bintang sedang menunjukkan gemerlapnya. Aku duduk sendiri di atas pasir putih, ombak seakan mau menguasi malam.

“ Pagi sayang” Suara lembut itu menarikku dari alam mimpi.

“ Hmmmmn”

“ Ayo bangun, udah aku siapin sarapan nih” aroma tubuhnya terasa lebih sedap dari aroma sarapan yang dia bawa.

“ Kamu pagi – pagi udah disini aja” aku masih enggan meninggalkan ranjangku.

“ Maaf ya kemaren ga nemuin kamu sama sekali. Ini tadi aku sengaja berangkat ngantor pagi – pagi biar bisa mampir kesini dulu”

“ Ga papa, aku tau kamu sibuk” jawabku, aku mulai membuka mataku untuk mengganti alam mimpi ke dunia nyata. Senyumnya mengembang, sungguh dialah bidadari yang entah kenapa tersesat di dunia.

Mungkin akulah manusia yang sangat beruntung itu, padahal aku bukan jaka tarub yang harus susah payah mencuri selendangnya untuk mendapatkannya.

Senyumnya hangat, parasnya cantik dan semuanya sungguh sempurna. Aku memuja setiap inci dari dirinya.

“ Kamu kenapa? Senyum sendiri gitu. Ayo bangun”

“ Iya. Pipiku nganggur, kamu ga mau ngapain gitu” aku menggodanya.

“Ga mau, kamu belum mandi” dia balas godaanku.

“ Iya iya aku mandi dulu”

“ Sana, beres itu kita sarapan”

Aku meninggalkannya menuju kamar mandi. Gadisku itu adalah Friantika, aku ingat saat pertama kali ketemu dengannya. Saat itu aku hanya siswi pindahan di SMA nya, dia lah sosok yang selalu bisa membuat duniaku berhenti.

Cantik dan pendiam tapi sungguh elegan, bertolak dengan pribadiku yang berantakan ini. Lebih dewasa dariku tapi tak berusaha mengguruiku. Itulah gadisku.

“ Ry”

“ Iya”

“ Mama minta kamu kerumah, katanya mau ngomong”

“ Ngomong?”

“ Iya, ga tau mau ngomong apa. Beliau Cuma pesen buat sampein ke kamu”

Itulah percakapanku pagi ini bersama dia saat sarapan. Tapi aku bingung kenapa mamanya ingin bertemu denganku.

Memang aku sudah seperti anaknya sendiri tapi tak biasanya seperti ini. Mungkin ada hal serius yang ingin di bicarakan mamanya denganku.

“ Nanti aku ke rumah”

“ Tapi sayang, nanti aku harus beresin kerjaan. Ga bisa nemenin, ga papa?”

“ Ga papa” jawabku sambil tersenyum ke arahnya.

Selesai sarapan, kami berdua berangkat bersama – sama. Aku mengantarnya ke kantornya lebih dulu sebelum menuju ke yayasan tempat kerja ku sendiri.

Aku menikmati setiap momen bersamanya, rasanya ini lah hidup yang sempurna. Aku tak bisa berpikir jika suatu saat nanti dunia tak lagi toleran dengn hubungan kami.

Suasana di kantor sungguh membosankan, waktu masih menunjukan pukul 10 pagi dan kerjaanku mengajar ku sudah beres semua.

Aku mulai bosan dengan suasana yayasan, sekilas aku berfikir menggangu fly, tapi kuurungkan niatku karna dia bilang sedang sibuk. Sampai akhirnya aku melihat ponselku bergetar.

Sekilas kuliat nama di layar ponselku “ Mama fly”. Aku mengreyitkan dahi. Kuraih ponselku dan…..

“ Iya ma”

“ Utary, lagi di sekolah ya? Sibuk?” suara mamanya di ujung sana.

“ Iya ma, tapi udah ga terlalu sibuk” jawabku dengan nada agak bingung.

“ Bisa kesini sekarang? Mama mau bicara, penting”

“ Bisa ma”

“ Ya sudah mama tunggu kamu di rumah ya”

Aku tutup telpon, sejenak aku berfikir apa yang membuat mamanya begitu ingin aku datang kerumah. Apalagi ada kata “penting” di ujung telponnya tadi.

Akhirnya aku beranjak dari kursi kantorku, bergegas menuju mobilku.

Tapi sebelum itu aku meninggalkan pesan ke mba ku…

“ Mba, aku keluar dulu, kalo ada apa – apa hubungi aku ya”

“ Ok ry” ini Emilya mba ku sekaligus kepala yayasan tempat ku mengajar.

Kutelusuri jalanan, aku berusaha fokus tapi tanpa sadar situasi ini membuatku bertanya – tanya sebenarnya apa yang akan di bicarakan. Kenapa tiba – tiba perasaanku tak enak seperti ini.

Aaaaaah sial sebenarnya apa yang terjadi.

Aku memasuki gerbang rumahnya, aku bisa merasakan jantungku sudah mau copot. Ini bukan pertama kalinya aku kesini, bahkan rumah ini sudah seperti rumahku sendiri.

Tapi kenapa sekarang rasanya langkahku berat.

Aku tarik nafas dalam – dalam dan keluar dari mobilku. Baru beberapa langkah aku sudah di sambut suara lembut nan keibuan…

“ Utary, mama udah nungguin kamu daritadi. Kirain fly ga sampein ke kamu, jadi mama telpon kami sendiri.

Ayo masuk sini ” aku melihat senyum khas di wajah cantik ibunya, parasnya sama dengan putrinya. Cantik.

Ku balas senyum hangat itu. Beliau sudah seperti ibuku sendiri.

“ Sebenernya ada apa ma? Tary sampe bingung kaya ada yang penting banget”

“ Itu nanti dulu. Kamu udah makan siang?” Oh iya aku lupa makan siang saking sibuk dengan kerjaan.

“ Belum ma hehe”

“ Bener ya kata fly, kalo ga ada yang ngingetin suka lupa sama makan. Kita ngobrol sambil makan”

Sekarang aku makin tak mengerti, situasi ini semakin membuatku tak sabar. Makanan di hadapanku sekarang ini sama sekali tak menggodaku.

Rasa ingin tau sekarang menguasaiku, dia tak mau memberi tempat untuk hal lain. Aku mencoba tenang, menunggu ibunya berbicara sambil sesekali aku menyuapkan makanan ke mulutku.

“ Utary, kamu udah lama kan sahabatan sama Fly? Mama makasih banget sama kamu, kamu udah bantu Fly. Dari yang awalnya susah bergaul jadi manager marketing seperti sekarang ini. Secara ga langsung kamu ikut andil dengan apa yang di capai fly saat ini” suara mamanya yang aku tunggu – tunggu dari tadi.

“ Iya ma” hanya ini yang mampu keluar dari mulutku.

“ Tapi mama masih ingin minta tolong satu hal lagi sama kamu”

“ Apa itu ma?”

“ Tahun ini fly genap berumur 25 tahun, mama pengen fly mulai memikirkan masa depannya. Mulai serius menata masa depan, termasuk soal pasangan hidup. Mama sudah beberapa kali bilang ke fly tapi ga pernah di dengar. Mungkin kalo Utary yang ngomong Fly mau mendengarkan. Tary bisa bantu mama?”

Ma, putri cantikmu itu sudah memiliki pasangan hidup, sudah punya orang yang sangat berarti untuknya yaitu Aku.

Aku memang tak bisa memberinya status, tapi bisa di jamin aku bisa memberinya kebahagiaan.

Aku rela berkorban apa saja untuknya ma. Aku siap jika sisa hidupku di habiskan untuk menjaganya. Ma, haruskah aku menjadi laki – laki agar bisa mendampingi putrimu, kenapa begitu tidak adil ma.

Jelas kata – kata ini hanya berputar – putar di otakku tanpa mampu keluar.

“ Kok diem, Tary bisa?” suara mamanya membuyarkan lamunanku.

“ Iya ma, nanti biar Tary yang coba ngomong ke Fly”

“ Terimakasih banyak ya sayang, mama ga tau lagi mesti minta tolong ke siapa. Jangan bilang Fly ya soal ini”

“ Iya”

Jujur sekarang ini duniaku seakan runtuh. Aku lebih suka memasukkan diriku ke dalam jurang daripada aku harus berada di sutuasi ini.

Sejak awal hubungan ini aku sudah tau hari ini akan terjadi. Tapi tak pernah sedikitpun ku bayangkan akan jadi seperti ini. Mamanya sendiri yang memintaku.

“ Kenapa buru – buru pulang, sebentar lagi Fly juga pulang. Kamu ga nungguin Fly dulu?” pertanyaan mamanya saat mengantarku menuju mobil.

“ Ngga ma, tadi Tary ga ngomong kalo mau kesini”

“ Ya sudah hati – hati ya, jaga kesehatannya”

“ Iya, terimakasih ya ma” Kembali aku telusuri jalanan, langit masih cerah tapi hatiku terasa begitu gelap. Aku mulai tak tau arah, pikiranku terus menerawang. Jiwaku seakan hilang, kenapa Tuhan serasa begitu tidak adil sekarang.

Apa aku salah?…… ………

Tadinya aku ingin langsung pulang, tapi akhirnya kuputar mobilku menuju pantai. Mungkin disana bisa ku dapatkan ketenangan.

Langkahku satu persatu menyusuri pasir pantai, angin lautpun tak mau kalah menerpa tubuhku. Sejenak kupejamkan mata,

Malam ini semua terasa gelap, padahal bintang sedang menunjukkan gemerlapnya. Aku duduk sendiri di atas pasir putih, ombak seakan mau menguasi malam.

Akhirnya aku sadar aku sedirian disini, aku coba berbicara kepada Tuhan, mencoba protes dengan segala hal yang sedang terjadi.

Tuhan bukannya asal cinta itu darimu, jika cintaku salah kenapa kau biarkan mengembang hingga sejauh ini.

Kenapa tak kau bunuh cinta ini sejak awal. Tuhan jika hubungan kami suatu kesalahan, kenapa kau biarkan berjalan sejauh ini.

Kenapa kau biarkan kami saling memiliki. Jika kesalahan ini tak termaafkan kenapa tak kau kutuk aku dengan sabdamu.

Kenapa kau mencoba memisahkan kami, apa karna kami sama – sama perempuan. Apa yang salah?

Sedangkan cinta ini juga berasal darimu.

Tak terasa air mata menetes dipipiku, padahal aku bukan orang yang gampang meneteskan air mata. Aku mulai meresa enggan menjalani hidup.

Sekarang segala hal terasa berat, kata- kata mamanya benar – benar mengintimidasiku. Rasanya aku ingin menjadi bagian dari laut, ombak, dan angin yang menjalani ritme yang sama setiap hari tanpa takut saling di tinggalkan.

Bersambung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan bawa2 link yg berbahaya, serem tau!!