Jumat, 31 Oktober 2014

Fiksi » Aku Sayank Kamu » Diary Fly » Selamanya.

Aku letahkan jari tulunjukku untuk menghentikan omongannya, hatiku ngilu mendengar setiap kata yang keluar dari mulutnya. Bagimana bisa selama dua tahun ini aku ga menyadari perasaannya padaku.

Pagi ini terus saja bibirku dihiasi senyum. Aku masih bisa mengingat jelas kejadian semalam, riuhnya masih aku rasakan sampai saat ini. Debaran hatiku masih belum mau berhenti.

Semalam dia mengantarku pulang, tadinya aku ingin menginap di rumahnya tapi mamah telp katanya di rumah ngga ada orang dan mamah takut sendirian.

Ah aku mau mengucapkan selamat pagi untuknya, aku raih ponselku yang ada di meja. Hmmmn ada pesan… *udh keduluan :'(

Pagiiiii

Hari kamu ada rencana bareng keluarga? Kalo ngga jalan yuuk, bareng yang lain juga. Kalo mau 1 jam lagi aku jemput.

Iya pagi Ngga kok, ya udah aku siap – siap dulu ya.

Kebetulan hari ini libur, jadi lumayan ada waktu buat jalan – jalan. Aku sudah menunggunya di depan gerbang rumah, katanya 10 menit lagi nyampe. Aku bisa melihat dari kejauhan mobil warna silver miliknya.

Hatiku kembali riuh, seakan ada ribuan kupu – kupu didalamnya. Aku lempar senyum saat dia membuka jendela mobil. Aku berjalan ke arahnya, aku buka mobil dan menghempaskan tubuhku di jok mobilnya.

Tiba – tiba…

“ Pagi sayang” aku bisa merasakan bisikan lembut di telingaku, ada bibir lembut yang menempel dipipiku. Aku masih saja tersihir keadaan seperti ini. Tubuhku bergidik, seluruhnya panas.

“ Kenapa Fly? Kamu ga suka?”

“ Apa sih” aku peluk tubuhnya yang sedang di balik kemudi.

“ Hehe”

“ Cepet jalan ih, malah godain aja”

“ Iya iya tuan putri”

Dia terlihat konsentrasi dengan jalanan.

Beberapa kali aku memlihatnya. Wajah sampingnya, rambut panjang nya, tubuhnya yang terlihat gagah. Tiba – tiba senyum lebar menghiasi bibir mungilku.

“ Jadi kita mau kemana? Sapa aja sih yang ikut?” aku memecah keheningan.

“ Ke Pantai aja, sama meldha sama Justine.”

“ Ohh berempat, kirain banyakan”

“ Ya ga papa, itung – itung kencan pertama kita” katanya sambil sekilas tersenyum ke arahku lalu fokus ke jalan lagi.

“ Ihhh apaan kencan berempat”

“ Oh jadi maunya berdua aja nih”

“ Iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiihh” aku cubit perutnya, rasanya wajahku sekarang sudah memerah seperti udang rebus.

Sejujurnya aku tak keberatan berlama – lama di dalam mobil ini, berdua dengan dia. Tapi akhirnya kami sudah sampai di Tempat tujuan dan meldha, justine sudah menunggu disana.

Kami menghabiskan waktu disana dari pagi dan sekarang sudah menjelang sore. Akhirnya memutuskan untuk pulang. Setelah capek bermain kami memutuskan untuk mampir makan dulu.

…….

“ Di minum dong coklatnya, aku udah penuh perjuangan tuh bikinnya” katanya sambil duduk di sebelahku.

Kami sedang menonton TV, tapi posisi duduk kami di bawah sofa, slonjoran. Sudah terhitung seminggu hubungan kami menjadi lebih dari sahabat.

“ Iya” jawabku sembari menyruput coklat.

Aku pandang wajah sampingnya, aku letakkan kepalaku di bahunya untuk bersandar. Aku genggam tangannya.

“ Aku ga nyangka Fly, kadang – kadang aku ngrasa ini Cuma mimpi. Tapi pas aku tau kamu di sampingku kaya gini, aku bahagia, ini bener – bener nyata. Kamu punyaku”

“ Kenapa kamu bilang gitu”

“ Kamu tau waktu kejadian di resto itu, saat itu aku bener – bener takut. Takuk kehilangan kamu. Harusnya aku bisa nahan diri. Tapi bodohnya aku malah kurang ajar. Udah hampir dua tahun aku berusaha sembunyiin ini dari kamu, biar aku tetep bisa bareng kamu, sekalipun Cuma sahabat aku rela”

Aku letahkan jari tulunjukku untuk menghentikan omongannya, hatiku ngilu mendengar setiap kata yang keluar dari mulutnya. Bagimana bisa selama dua tahun ini aku ga menyadari perasaannya padaku.

Aku berdiri dengan dua kaki ditekuk kebelakang, aku benamkan wajahnya kedalam dadaku, aku cium rambut.

“ Makasih Ryy, makasih untuk terus sayang sama aku padahal aku udah jahat sama kamu. Aku sayang kamu, I’ll never leave you again, no matter what. Let me stay with you ”

Mungkin aku memang bodoh, pengecut dan lemah. Aku begitu takut untuk hubungan ini. Aku takut dunia akan memandangku, takut setiap kebencian atas hubunganku.

Tapi kali ini aku berani, berani menghadapi semua. Kita yang gila, apa cinta kah yang gila. Yang jelas sekarang aku mau menjalani ini semua bersamanya.

“ Udah Fly, kita ga perlu inget – inget yang udah – udah, kalo ga gitu kita juga belum tentu kan bisa kaya gini” kali ini kami sudah saling memandang. Senyum kami sama – sama mengembang.

“ Abisin coklatnya, ga kasian apa sama yang bikinin” lanjutnya.

“ Iya iya”

“ Kalo udah, yuuk aku anter pulang. Udah jam segini”

Jam menunjukan pukul 21.00, iya emang waktunya aku pulang lagian kasian kan dia kalo pulang nganter trus malem banget lagi.

Eh tunggu, kenapa ini masih sepi aja, yang lain pada kemana, mba Emil Cs ko ngga kliatan?

“ Kenapa sepi ya?”

“Ohh malem ini aku tidur sendiri, yang lain pada ke tempat saudara, ada hajatan. hehe” jawabnya yang mengerti apa maksudku

“ Emang berani?”

“ Berani, eh takut sih dikit, tapi ga papa. Udah ah ayok aku anter ”

“ Ga mau, aku mau nginep aja” kata – kataku meluncur begitu saja.

“ Eh ngapain, nanti mama kamu nyariin. Lagian aku berani kok” jawabnya terlihat kaget

“ Kan tinggal bilang, telpon. Pokoknya aku mau nginep weeeeeeek” jawabku sembari berjalan menuju kamarnya.

Aku baringkan tubuhku di atas kasur kamarnya, satu persatu aku bisa merasakan sisa harum tubuhnya menempel disana.

Aku mendengar suara pintu terbuka, senyumku mengembang di bawah selimutnya. Aku bisa merasakan sesesorang mulai berbaring di sebelahku.

Ku balikan badanku untuk memandang wajahnya, senyumnya terlihat begitu indah. Sinar lampu tidur yang redup sekilas menggambarkan pesonannya. Gagah dan cantik becampur jadi satu.

“ Ini kamarku Fly, kamu masuk tanpa permisi” katanya tersenyum sambil menggodaku.

“ Ohh jadi gitu” aku gembungkan pipiku, tanda aku ngambek dengan ucapannya.

“ Ahahahaha”

“ Ih malah ketawa”aku balik membelakanginya, biar tau rasa.

Malam ini hanya menyisakan kami berdua, lebih tepatnya milik kami berdua. Aku bisa merasakan ada tangan yang menyentuh perutku. Nafas hangat menyapu leherku.

Aku balikkan badan, jarak kami hanya beberapa centimeter. Tubuhku bergidik, sensasi yang belum pernah aku rasakan menjalar keseluruh tubuhku. Otakku tumpul, aku pasrah.

“ Aku sayang kamu Fly, sangat” bisikan lembut ditelingaku sukses membuat saraf di sekujur tubuhku berubah sensitif.

Aku pejamkan mataku, jantungku seakan sudah entah kemana. Jari tangannya mulai membelai setiap sudut bagian wajahku. Dia letakkan bibirnya di pipiku, Lembut dan mulai berpindah menyentuh bibirku.

Ciuman yang tadinya lembut berubah penuh gairah. Inikah rasanya ketika dua insan dipenuhi gairah.

Aku pasrahkan seluruh diriku untuknya. Aku tatap wajahnya, aku belai lembut wajahnya. Dengan suara gemetar aku katakan….

“ Ka-amu mau ngapain?” mendengar pertanyaanku,seketika aku bisa melihat wajahnya berubah.

Reaksinya membuatku sadar. Aaaaaargh dasar stupid stupid stupid.

Friantikaaaaa, kenapa kamu bodoh banget. Bisa – bisanya kamu merusak suasana. Rasanya pertanyaan “kamu ngapain” sudah jadi hal yang menakutkan untuknya.

“ Belum waktunya ya Fly. Maaf. Untung kamu ngingetin aku sebelum kebablasan” katanya sambil mencium keningku.

Aaaaaaaaah Utary kenapa kamu ikut – ikutan bodoh. Suasana ini sukses membuyarkan hasrat kami yang sudah mendidih.

“ Ryyyyyy” aku cubit perutnya karna aku benar – benar menyesali pertanyaan bodohku.

“ Sakiiiiiiit, aduh”

Aku benamkan wajahku di lehernya. Sesaat kemudian kami saling berbagi cerita, saling memandang. Melepas canda tawa.

Ketika malam sudah semakin larut, kami saling diam dalam pelukkan. Menikmati setiap detik kebersamaan kami. Yah walaupun hanya sekedar pelukan untuk menghabiskan malam tapi aku sangat bahagia. Sangat. Semoga kebahagiaan ini berlanjut.

Selamanya……….

End.

Kamis, 30 Oktober 2014

Cerpen » Sang Bidadari.

" Tapi Is, kamu tau sendiri kan! Aku hanya pria miskin! Dan ngga akan pernah bisa memberi kebahagia'an ke kamu. Jadi sebelum semuanya terlambat, lebih baik kamu cari pria lain yg lebih segalanya dari aku!" Kataku.

Ini sudah kertas yg kesekian puluh kalinya yg ku robek dan ku remas, entah lh beberapa hari ini aku memang betul betul ngga ada ide untuk menulis. Padahal deadline kiriman cerpenku hanya tinggal sampai besok.

Ingin sekali rasanya ku banting mesin tik usang yg ada di depanku. Tapi jika aku banting, lalu bagaimana caranya aku bisa menulis? Dan bukankah mesin tik usang ini yg selalu setia menemaniku selama ini.

Masih ku ingat jelas ketika pertama kali aku membelinya, di sebuah pasar loak di depan stasiun jatinegara.

Sejak saat itu mesin tik usang inilah yg selalu menemani imajinasiku. Karena jujur saja, laptop adalah barang paling mewah yg cuma ada dalam angan anganku.

Fitrah Murwanto, iyh itu namaku. Aku seorang penulis cerpen miskin yg menggantungkan hidup dari tulisan tulisan ku. Tapi beberapa hari ini aku benar benar kehilangan ide untuk menulis.

Masih teringat jelas kata kata kepala redaksi siang tadi,

" Fitrah, ini sudah hampir deadline! Tapi kamu belum menyerahkan apapun padaku!" Kata sang redaktur.

" Maaf pak, saya benar benar kehilangan ide untuk menulis cerita." Balasku sambil menunduk.

" Kamu ini sebenar nya bisa menulis atw tidak, hah? Saya kasih tempo sampai besok siang! Klw sampai kamu belum juga memberikan cerita yg bagus untuk majalah mingguan saya, maka terpaksa saya akan cari orang lain untuk mengisinya!" Ketus sang redaktur.

Aku tak bisa menjawab apa apa lagi, aku hanya bisa tertunduk lesu mendengar kata kata nya. Ya Tuhan, Tolong kasih aku ide untuk menulis!! Aku butuh uang karena keluargaku butuh makan.

***********

Ku pandangi wanita yg tengah tertidur lelap di ranjang, Ismawati Nur Anggraeni namanya. Dia wanita yg selalu setia mendampingiku selama 6 tahun ini, baik dalam suka maupun duka. Kayanya sich banyakan dukanya daripada sukanya.

Terkadang aku berfikir, istriku ini gadis bodoh atw buta? Karena lebih memilih hidup bersama ku daripada bersama pria pria yg jauh lebih mapan daripada aku.

Aku ingat pertama kali aku bertemu dengan nya. Dulu kami sama sama menimba ilmu di IKJ. Dia primadona di kampus, karena jujur wajahnya memang secantik bidadari. Jadi ngga heran banyak pria yg jatuh hati dan berusaha mati matian untuk mendapatkan hatinya.

Tapi kenapa dia lebih memilih aku? Sang penulis cerpen miskin, yg ngga pernah bisa kasih kebahagiaan untuk nya. Dia benar benar gadis bodoh!

*************

" Aku ingin kita cerai!" Kataku padanya suatu sore, sepulang dari mengambil honorarium di kantor majalah mingguan, yg ternyata di potong habis untuk mencicil bon ku di kantor.

Dengan tenang nya dia cuma tersenyum dan berkata,

" Alasan nya apa mas, sampai kamu ingin bercerai dari aku?" Tanya dia dengan tenang sambil tersenyum.

Aku benar benar heran, kenapa ia bisa setenang itu? Tidak nampak sama sekali raut kaget atw heran atw apalah namanya di wajah nya.

" Aku ngga bisa bahagia'in kamu Is, aku cuma bisa mengajak kamu hidup susah! Kamu masih muda dan cantik, jadi sebelum terlambat lebih baik aku merelakan kamu. Kamu bisa mencari laki laki lain yg lebih segalanya dari aku!" Jawabku.

Lagi lagi dia hanya tersenyum. Ya Allah, apa ada yg salah dengan otaknya?

" Aku ngga mau cerai dari kamu mas!" Jawabnya.

" Kenapa?" Tanyaku heran.

" Kamu ngga perlu tahu alasan nya apa. Tapi sampai matipun aku ngga akan pernah mau cerai dari kamu!!" Jawab nya dengan nada bersungguh sungguh.

" Tapi Is, kamu tau sendiri kan! Aku hanya pria miskin! Dan ngga akan pernah bisa memberi kebahagia'an ke kamu. Jadi sebelum semuanya terlambat, lebih baik kamu cari pria lain yg lebih segalanya dari aku!" Kataku.

" Iyh aku tau semua tentang kamu! Tapi yg jelas aku ngga mau cerai dari kamu. Karena cuma kematian yg bisa menceraikan kita!" Jawabnya dengan nada meninggi.

" Ya Allah, kamu benar benar wanita bodoh Is!!" Kataku tak kalah tinggi.

" Terserah kamu mau ngomong apa mas! Tapi yg jelas, sampai matipun aku ngga akan mau cerai dari kamu! Dan jangan pernah lg kamu ucapkan kata kata itu di depanku. Aku ngga suka!!" Kata nya sambil berlalu ke dapur.

Aku hanya bisa terdiam melihatnya berlalu. Ahh, dia memang betul betul wanita bodoh! Karna memilih hidup bersama pria miskin sepertiku!

************

Langkahku benar benar lesu sepulang dari kantor redaktur siang itu, aku membayangkan besok siang mungkin aku akan menambah daftar pengangguran baru di jakarta. Karena aku memang sama sekali belum memiliki ide untuk menulis, sementara deadline hanya sampai besok siang.

Ku buka pintu pagar rumah dan kulihat Istriku sedang asik menyapu halaman. Dia tersenyum melihat kedatangan ku. Aku hanya sekilas membalas senyum nya lalu bergegas masuk ke dalam rumah. Istriku pun hanya diam melihat tingkahku, mungkin dia sudah tau apa masalahku.

Ku layangkan pandang ke arah tutup saji di meja, seperti nya aku ngga harus membukanya. Dari kemarin aku belum memberi uang belanja ke Istriku. Jadi pasti isinya juga kosong, untuk apa ku buka.

**********

" Kamu sepertinya sedang ada masalah yh mas? Apa kamu mau berbagi masalahmu dengan aku?" Kata Istriku sambil meletakkan segelas teh hangat pahit di serambi depan rumah senja itu.

Aku cuma terdiam sambil menatap ke arah jalanan lengang di depan rumah.

" Mas, tolong kamu cerita ke aku!" Kata istriku lagi.

Aku masih diam membisu, Istriku mendekat ke arahku, lalu menyenderkan kepalanya ke dadaku. Tangan nya kemudian meraba dadaku, ia seperti menghitung jumlah tulang rusuk ku. Dan ketika tangan nya tiba di bagian rusuk yg longgar, ia pun kembali berkata.

" Tulang rusukmu hilang satu mas, dan itu Tuhan yg mengambilnya lalu menjelmakan nya ke dalam wujudku. Agar aku bisa selalu menemanimu dan menjadi peneduh atas semua kegelisahanmu" katanya.

Aku hanya bisa menghela nafas berat, ku belai rambut kepala istriku.

" Is, tadi siang redaktur marah marah ke aku karena aku belum juga menyerahkan cerpen untuk majalah mingguan nya. Aku benar benar ngga ada ide untuk menulis!

Dia memberiku batas waktu sampai besok siang. Jika aku tak juga memberinya cerita yg layak untuk di muat, maka aku akan kehilangan pekerjaan ku" kataku.

Lagi lagi dia hanya tersenyum, aku benar benar heran dengan nya. Kenapa ia bisa setenang ini?

" Owh." Kata dia.

" Ko cuma Owh? Aku besok di pecat Is! Tapi kamu cuma bilang Owh?" Kataku kesal.

Dia bangun lalu menatap tajam ke arah mataku. Aku benar benar di buatnya heran.

" Aku mau tanya sama kamu mas! Tolong kamu jawab jujur!" Katanya.

" Tanya apa?" Jawabku ketus.

" Tujuan utama kamu menulis itu sebenarnya untuk apa mas?" Kata dia sambil tersenyum.

Aku terdiam sejenak, lalu berkata.

" Tujuan ku menulis adalah untuk meluapkan semua emosiku. Menyampaikan pesan yg memang ingin aku sampaikan kepada orang orang yg membaca tulisanku" jawabku sekenanya.

Dia kembali menyandarkan kepalanya ke dadaku.

" Menulislah dengan ini." Katanya sambil memegang dadaku.

" Maksud kamu Is?" Tanyaku benar benar penasaran.

" Nanti kamu juga akan tau sendiri apa maksud ku." Jawabnya sambil mendekat kan wajah nya ke wajahku lalu melumat bibirku dengan lembut.

********

Ku pandangi lagi wanita yg tengah terlelap di ranjang. Ku amati wajah wajah nya dan Ahhhhh...

" Mungkin ini yg dimaksud oleh Isma." Bathinku.

Kenapa aku bisa begitu bodoh? Karena tidak meyadarinya. Aku punya maha karya Tuhan yg tak ternilai harganya, bukan lagi Cerpen atw cerita fiksi! Tapi benar benar kisah nyata!

Maha karya yg bahkan jauh lebih hebat dari kisah Mahabaratha atw pun Ramayana!

Jika dalam akhir Cerita Ramayana, Sang Rama akhirnya meragukan kesucian Dewi sinta lalu membuang nya ke hutan karna menyangka Sang Dewi tlah di tiduri oleh Rahwana.

Aku rasa, aku tak perlu melakukan itu! Karena aku punya Seorang Bidadari yg tak perlu di ragukan lagi ketulusan serta kesetiaannya!

Jika dalam Mahabaratha, Srikandi akhirnya menyerah dan mati tertembus panah, Aku punya Srikandi yg tak di ragukan lagi ketangguhan nya dalam menghadapi peperangan hidup dan tak pernah mungkin akan menyerah dan mati!

Yah aku punya Istriku sekaligus Sang Bidadari Surgaku. Kenapa aku ngga menulis sebuah kisah nyata? Aku benar benar bodoh! Kenapa aku lebih berfikir tentang Fiksi, imajinasi, dan Khayalan? Padahal di depanku sendiri ada sebuah kisah nyata yg Maha Hebat!!

Aku tersenyum memandang wanita yg tengah tertidur pulas di ranjang. Otak ku kembali penuh dengan berjuta imajinasi nyata, jariku pun seolah menemukan ritme tarian nya yg sempat hilang.

Dan mesin tik usang ku pun kini bisa berirama lagi, bahkan jauh lebih indah dari melodi bethoven.

" Terima kasih Is, kamu adalah bidadari nyata yg terindah yg pernah Tuhan kasih dalam hidupku. Mata air inspirasi yg tak pernah mungkin akan mengering"

(Tamat)

Selasa, 28 Oktober 2014

Pelangi Untuk Reni.

" Kamu sudah membayar paling mahal untuk tubuhku. Jadi cepat kemari agar aku bisa menyelesaikan tugasku untuk melayanimu" kata reni lagi.

Reni berjalan keluar kamar mandi tanpa sehelai benangpun, kecuali selembar handuk yg melilit tubuhnya. Di lepaskan nya handuk lalu ia naik dan merebahkan badan nya di atas ranjang.

Malam ini dia harus melayani seorang tentara berpangkat bintara yg sudah mengajukan penawaran tertinggi atas tubuhnya.

Reni semakin gelisah karna sang tentara tak juga beranjak dari sofa untuk menyentuh nya, sang tentara justru malah lebih memilih untuk asik menonton tv daripada menjamah tubuh nya.

" Cepat kemari agar aku bisa menyelesaikan tugasku." Kata reni.

Sang tentara hanya diam membisu sambil melihat berita televisi malam.

" Kamu sudah membayar paling mahal untuk tubuhku. Jadi cepat kemari agar aku bisa menyelesaikan tugasku untuk melayanimu" kata reni lagi.

Sang tentara menghela nafas,

" Sudah pakai kembali bajumu lalu kamu tidur saja" kata sang tentara.

" Maksudmu?" Tanya reni heran.

" Iyh, kamu pakai kembali bajumu lalu tidur. Ini sudah malam." Jawab sang tentara.

Reni heran, baru kali ini dia bertemu lelaki model begini. Biasanya ia selalu bertemu lelaki yg hanya menginginkan tubuhnya, untuk kepuasan mereka sendiri.

" Apa kamu jijik sama aku, sampai kamu ngga mau menyentuhku?" Tanya reni heran.

" Ngga, aku ngga jijik sama kamu." Jawab sang tentara.

" Lalu kenapa kamu menawar paling tinggi tadi klw ngga mau menjamah ku?" Tanya reni lagi, ia benar2 heran dengan kelakuan lelaki yg kini bersama nya.

" Bukan urusanmu! Sebaiknya cepat kamu pakai kembali bajumu lalu tidur. Ini sudah dini hari" jawab sang tentara.

" Maaf aku mungkin pelacur tapi aku bukan pengemis yg menerima pemberian orang gitu aja! Kasih aku satu alasan kenapa kamu ngga mau menjamahku." Kata reni, ia benar2 geram.

Reni hampir menangis. Baru kali ini ia merasa di rendahkan, ia merasa sang tentara jijik padanya. Hingga tidak mau menjamah tubuhnya, lalu buat apa ia membayar paling tinggi?

Sang tentara menghela nafas berat. Di keluarkan dompet dari kantong belakang celananya.

" Wajahmu mirip sekali dengan fotho yg ada di dompetku ini. Makanya aku merelakan gajiku 1 bulan beserta tunjangan nya agar bisa semalam bersamamu. Hanya bersama, bukan untuk menyentuhmu." Jawab sang tentara.

Reni beranjak dari ranjang lalu memakai kembali handuknya, kemudian ia berjalan ke arah sang tentara. Di raihnya dompet sang tentara. Ya Tuhan, wajah wanita itu memang mirip sekali dengan wajah nya.

Reni terdiam, menghela nafas berat lalu bertanya.

" Syapa wanita di fotho ini?" Tanyanya.

" Dia istriku." Jawab sang tentara.

" Lalu kenapa kamu ngga menemani istrimu tapi malah memilih untuk pergi ketempat pelacuran seperti ini?" Tanya reni penasaran.

Sang tentara memalingkan pandangan nya lalu menatap reni lekat, Reni pun jadi salah tingkah di buatnya.

" Istriku sudah tenang di surga, Tuhan lebih dulu memanggilnya pulang lewat penyakit leukimia yg tlah lama di deritanya. Istriku meninggal di pangkuanku, tepat setelah aku membacakan ijab kobul di depan penghulu." Jawab sang tentara, lalu tertunduk lesu.

" Maaf klw aku sudah mengungkit masa lalumu." Kata reni.

" Ngga papa," Jawab sang tentara.

" Hari ini hari pertamaku tugas di daerah ini lagi, setelah sebelum nya aku meminta di mutasi ke perbatasan. Seorang teman lama mengajaku untuk menemaninya ketempat ini. Awalnya aku menolak tapi ia memaksa, akhirnya akupun mengalah.

Aku sempat terkejut ketika pertama kali melihatmu, wajah kamu mirip sekali dengan almarhum istriku. Makanya aku merelakan semua uang gajiku 1 bulan, hanya untuk bisa melihatmu 1 malam. Bukan untuk menjamahmu." kata sang tentara memulai ceritanya.

" Aku memang pelacur, tapi aku bukan pengemis yg begitu saja menerima uang mu tanpa melakukan apapun. Kasih aku sebuah pekerjaan, agar aku tak merasa seperti mengemis padamu!" Kata reni ketus.

Sang tentara diam, ia nampak berfikir lalu tersenyum, ia melepaskan kaos loreng yg di pakainya. Lalu di serahkan kepada reni.

" Aku ingin melihat kamu mencuci bajuku ini, apa kamu mau?" Tanya sang tentara.

Reni heran dan kaget, baru kali ini ia bertemu laki2 yg membayarnya 2 juta semalam hanya untuk mencuci sepotong baju.

" Kamu serius?" Tanya Reni setengah tak percaya.

" Iyah aku serius, tolong yh! Aku ingin melihat kamu mencuci bajuku ini. Tapi sebelum itu kamu pakai dulu bajumu." jawab sang tentara.

" Baik lh" kata reni sambil tersenyum.

Akhirnya Reni memakai kembali bajunya, setelah itu ia mencuci baju sang tentara. Ia nampak gugup karna sang tentara terus saja memandanginya ketika ia sedang mencuci.

" Kenapa kamu memandangku seperti itu?" Tanya reni sambil menyikat baju sang tentara.

" Aku teringat almarhum istriku, ketika kami masih pacaran dulu ia sering datang ke asrama. Untuk sekedar mengecek keadaan ku atw mencuci bajuku sambil mengomel, karna aku paling malas dalam hal mencuci baju." Kata sang tentara sambil tersenyum.

" Dia sudah sakit sejak kami masih berpacaran, dokter memfonis bahwa usianya tidak akan lama lagi, tapi aku tetap bersikukuh untuk menikahi nya. Dan Tuhan memanggilnya tepat setelah ku ucapkan janji setiaku." Imbuh sang tentara lagi.

..........

Hari telah menjelang siang, ketika Reni terjaga dari tidurnya. Di dapatinya setumpuk uang dan secarik kertas di samping ranjangnya.

Pagi Ren.

Sebelum nya aku minta maaf karna pergi tanpa membangunkan mu terlebih dulu. Aku ga tega melihatmu tertidur begitu pulas.

Hari ini aku ada apel pagi, makanya aku buru buru pergi. Itu uang yg aku janjikan padamu semalam. Terima kasih untuk semuanya. Aku senang bisa bertemu denganmu.

Pramodya.

Reni terdiam, mungkin ia sudah terlalu jahat dengan mengambil semua uang seorang tentara yg ngga seberapa.

Tapi ketika ia teringat akan ibunya yg sedang terbaring sakit dan butuh banyak biaya untuk berobat, serta adik adiknya yg harus tetap makan dan bersekolah ia hanya bisa bergumam,

" Maafin aku Pram."

********

Hari pun berjalan seperti biasanya, reni tetap menjalankan pekerjaan nya. Sebagai seorang pelacur primadona di sebuah wisma pelacuran yg cukup ternama.

Hampir setiap malam ia duduk di teras wisma dengan gelisah, ia seperti menunggu seseorang yg tak pernah mungkin akan datang.

Airmatanya selalu berlinang ketika ia selesai melayani lelaki yg memakai jasanya atw ketika ia tengah sendiri di kamar nya.

" Beruntung sekali wanita yg ada di fotho itu, karna ia bisa memiliki seorang malaikat yg begitu menyayanginya." Bathin nya dalam isak.

Pikiran nya jauh menerawang ke masa lalu, masa dimana ia masih kecil dan polos. Dimana ketika itu Ibunya selalu mengingatkan nya untuk rajin mengaji dan beribadah.

Semua itu sirna, ketika ayahnya tiba tiba saja meninggal dalam sebuah kecelakaan. Mau ngga mau ibunya lh yg harus bekerja sebagai tulang punggung keluarga untuk menghidupi ia dan kedua adik nya.

Hingga suatu ketika dokter memfonis ibunya menderita kanker paru paru, karna sering nya menghirup asap solder dari pabrik elektronik tempat ibunya bekerja.

Dan perusahaan pun memPHK ibunya, karna di anggap sudah tidak produktif lagi.

Sejak itu ibunya hanya bisa terbaring lemah di ranjang. Reni pun memutuskan untuk berhenti sekolah dan menggantikan posisi ibunya sebagai tulang punggung keluarganya.

Entah setan mana yg menggiring nya hingga masuk ke tempat ini.

Di helanya nafas berat, lalu di pandanginya kitab suci alqur'an yg dulu sering ia baca ketika masih kecil. Yg kini hanya tergeletak di atas lemari penuh debu, karna sudah lama tak di sentuh.

Tuhan mungkin sudah marah atw sudah lupa pernah menciptakan mahluk sehina dirinya, begitu pikirnya.

Hati nya kembali tertuju pada seseorang yg kini selalu ada dalam pikiran nya, ini sudah dua bulan berlalu.

Kenapa Dia tidak juga datang lagi kemari? Padahal reni ingin sekali menghabiskan malam bersama pria itu.

" Mungkin dia jijik sama aku, hingga tidak mau lagi datang kemari. Tuhan, aku mungkin memang wanita hina yg ngga pantas untuk di cintai pria sebaik dia." Bathin reni.

Ini sudah 3 bulan berlalu, dan selama itu juga Reni tetap menunggu tapi yg di tunggu ngga pernah muncul.

Ia selalu bergegas berlari ke depan ketika mendengar ada tentara yg datang ke wisma nya, dan lagi lagi dia harus tertunduk lesu ketika tau orang itu bukan lh orang yg ia tunggu selama ini.

" Aku sudah ngga tahan lagi terus menerus berharap seperti ini, besok aku harus mencar dia. Terserah dia mau berfikiran apa tentang aku, tapi yg jelas aku harus bisa ketemu dia!" Tekad reni dalam hati.

************

Mentari mulai lengser ke arah barat dari puncak tahta nya ketika Reni nampak berdiri mematung ragu di depan sebuah gerbang perumahan. Antara masuk atw kembali pulang ke wisma nya.

Hatinya seolah bergejolak dan berontak. Pokok nya hari ini ia harus bisa menemui orang yg selama ini di nantinya. Diapun melangkah menghampiri pos penjagaan.

" Gea?" Sontak seorang penjaga kaget ketika melihat nya berdiri di depan pintu pos.

Reni bingung setengah mati. " Gea siapa?" Tanya nya dalam hati.

" Maaf pak Selamat sore, saya ingin bertanya." Kata reni.

Penjaga itupun tersadar dari keheranan nya, dan buru buru menjawab pertanyaan reni

" iyh, ada yg bisa saya bantu mba?" Jawab sang penjaga.

" Maaf pak, saya ingin bertemu pak Pramodya, apa bapak bisa membantu saya?" Kata Reni.

Penjaga itu memperhatikan Reni dari atas sampai bawah, tatapan matanya menyiratkan seolah olah baru saja melihat orang mati bangun dari kuburnya. 100% masih tidak percaya.

" Apa bapak bisa membantu saya?" Ulang Reni yg sukses membuyarkan lamunan sang Penjaga.

" I-Iyah, apa yg bisa saya bantu?" Tanya sang penjaga tergagap.

" Saya ingin bertemu Pak Pramudya, apa bapak bisa mengantar saya?" Tanya Reni.

" Bisa, mari saya antar." Jawab Sang Penjaga.

Reni akhirnya berjalan menuju rumah orang yg di tunggunya selama ini dengan di antar sang penjaga.

Ia banyak mendengar cerita tentang pram dari sang penjaga yg ternyata teman pram dari semasa mereka masih menimba ilmu di akmil. Penjaga itu bernama sony.

Ia juga akhirnya tau kenapa Sony begitu terkejut ketika pertama kali melihat Reni. Ternyata benar, Reni memang mirip sekali dengan Gea, istri Pram yg telah meninggal dua tahun lalu.

" Jo! Loe liat Pram ngga?" Tegur sony kepada seseorang yg kala itu sedang asik mencuci motornya di depan halaman sebuah rumah.

" Owh elu son, tadi sich Pram bilang nya mau maen Volly sama kapten kita. Tungguin aja bentar lagi juga balik dia?" Jawab orang itu sambil menoleh sebentar ke arah Reni dan Sony, lalu kembali melanjutkan kegiatan nya.

Reni tampak berdiri terpaku di depan halaman sebuah rumah kecil type 41, iyh itu rumah dinas Pram.

" Maaf mba, Saya sepertinya ngga bisa menemani. Saya harus kembali ke pos jaga, silahkan mba tunggu saja di sini. Sebentar lagi Pram juga pulang." Kata sony sukses membuyarkan semua lamunan Reni.

" Owh iyh, ngga papa mas. Sekali lagi terima kasih yh, maaf sudah merepotkan" kata Reni.

" Ngga papa mba." Sahut Sony sambil berlalu meninggalkan Reni untuk kembali ke Pos jaga.

Lama Reni menunggu di depan rumah Pram, sesekali matanya mengarah pada jalan komplek depan rumah yg nampak lengang. Hingga akhirnya tangan Reni meraih handle pintu dan Terkejut.

" Ko ngga di kunci? Dasar ceroboh! Klw ada maling masuk gimana?" Bathin reni.

Bathin nya ragu, tapi rasa ingin tau nya mendorong nya untuk masuk dan melihat lihat rumah dinas Pram.

" Berantakan banget rumahnya, pantas saja dulu almarhum Istrinya selalu mengomel. Rumah udh kaya kapal pecah gini." Gumam Reni.

Dia benar benar heran, tentara itu kan harus nya disiplin dan rajin. Tapi kenapa rumah Pram kaya kapal pecah? Seperti bunker habis kena roket.

Reni pun akhirnya membereskan rumah pram, ia ingin berbuat sesuatu untuk pram yg sudah begitu baik padanya.

Selang beberapa lama kemudian, reni mendengar suara motor berhenti di depan rumah.

" Itu pasti Pram. Aku harus sembunyi, aku ingin memberi kejutan padanya." Bathin reni.

Benar saja, itu Pram dan dia nampak terkejut setengah mati ketika membuka pintu. Rumah nya jadi bersih dan rapi, ngga berantakan kaya kapal pecah lagi.

Hatinya benar benar heran, siapa yg sudah membereskan rumah nya? Sony kah atw si Tejo? Tapi ngga mungkin, mereka berdua lebih parah dari Pram. Rajin nya klw cuma di depan kapten doang.

Dia makin kaget ketika melihat kamarnya. Kamarnya sudah rapi, pakaian kotornya pun sudah raib entah kemana.

" Jangan jangan ada bidadari nyasar atw putri ikan yg tersesat ke rumah nya. Tapi tunggu dulu! Ini kan bukan kisah jaka tarub atw legenda Danau Toba?" Bathin Pram.

Ia terkejut ketika melihat seseorang sedang duduk di kursi meja makan.

" Mamah, eh salah Reniii?" Sontak Pram.

" Iyah ini aku, kenapa? Kamu kaget?" Jawab Reni.

" Kamu ko bisa ada di sini?" Tanya Pram heran.

Iya lah siapa yg ngga heran? Tiba tiba bisa ada peri cantik berbody sintal, berkulit putih, tinggi semampai di rumah, mana rajin lagi mau beres2 rumah :p

Pemirsaah juga pasti heran kan? *Begitu juga dengan Pram :p

" Udh nanti aku jelasin, sekarang lebih baik kamu mandi dulu sana! Bau acemm." Kata reni tersenyum sambil beranjak dari kursi lalu mendorong Pram ke kamar mandi.

**********

" Kamu ko bisa ada di sini?" Tanya Pram lagi, setelah selesai mandi.

Reni tersenyum menoleh ke arah Pram, lalu kembali melihat acara televisi di ruang tengah.

" Tiga bulan aku nunggu kamu, tapi kamu ngga pernah datang. Makanya aku cari kamu." Jawab Reni.

" Maaf." Jawab pram sambil duduk di sofa.

" Iyh ngga papa, aku tau alasan nya kenapa kamu ngga pernah datang lagi ke wisma." sambung Reni.

" Alasan apa?" Tanya Pram penasaran.

" Udh ngga usah di bahas, sekarang antar aku pulang. Hari sudah senja." Jawab reni.

Sejak saat itu Reni jadi sering berkunjung ke rumah Pram, penghuni komplek pun seperti nya ngga terlalu mempermasalahkan nya.

Muka Reni mirip sekali dengan Gea, gadis manis dan santun. Yg selalu murah senyum dan gemar menyapa. Namun sayang bernasib tragis karna harus meninggal begitu cepat. Pram pun di kenal sebagai lelaki baik dan jarang berbuat onar di komplek.

Hubungan mereka semakin dekat, dan Reni semakin yakin klw Pram pria baik yg mampu menjaga dan membimbing nya. Karna Pram tak pernah sekalipun berbuat kurang ajar terhadap Reni.

**********

" Aku ngga boleh begini trus! Aku harus bisa dapat kepastian dari Pram. Lelaki itu harus bisa jadi milikku, apapun caranya. Bahkan aku rela menukarnya dengan nyawaku sekalipun" bathin Reni, suatu malam ketika ia tengah sendiri di kamarnya.

Reni sepertinya sudah benar benar jatuh hati dengan Pram, tentara berpangkat Bintara itu seolah tlah sepenuhnya menguasai hati dan jiwanya.

Reni beranjak dari tempat tidur dan melangkah ke arah kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Ini pertama kalinya Reni kembali Solat, setelah Tiga tahun ia ngga pernah lagi ingat Tuhan.

Di raihnya kitab suci Al'quran yg penuh debu dari atas lemari. Di bersihkan lalu kembali di buka dan di bacanya, meski dengan lafal yg terbata bata.

" Ya Allah, aku tau klw aku bukan hambaMu yg taat, aku sering melalalkan semua perintahMu, tapi aku juga mahluk ciptaanMu yg harus Kamu kasihi dan Kamu Sayangi.

Tolong jadikan Pram sebagai jodohku, dia lelaki baik yg aku yakin mampu membimbingku ke arah Cahaya. Aku rela menukarnya dengan apapun, termasuk dengan Nyawaku sendiri.

Ini permintaan ku yg Pertama, setelah tiga tahun aku tak pernah meminta apapun dari Mu! Jadi tolong dengar dan kabulkan Doaku ini.

Karena hanya kepadaMu lah aku memohon dan hanya kepadaMu lah aku berlindung!

Rabbana atina fidhunnya khasanah, wafill akhirati khasanah, waqinna azabannar Aamiin" doa reni malam itu.

Reni melepas mukenah nya lalu berbaring di atas ranjang, hingga tak lama rasa kantuk pun mengantarkan nya ke alam mimpi.

***********

Reni seolah berada di dasar jurang yg penuh dengan bara api, sayup sayup telinganya mendengar jerit memilukan meminta ampun.

Ia sendiri pun sudah merasa amat ketakutan, merasa bahwa inilah azab yg harus di terima nya. Hingga tiba2 ada tangan yg meraihnya. Memberinya sepasang sayap dan membimbing nya menuju Taman Maha Indah.

Ia menjadi Peri paling cantik dan anggun di taman. Menebarkan wangi melebihi kesturi.

Adzan subuh berkumandang dari musola kecil di sebelah rumah, Reni pun terjaga dari mimpinya dan tersenyum manis,

" Terima kasih Tuhan, untuk semua jawaban atas doa doaku" bathin nya.

Reni beranjak dari ranjang nya lalu bergegas melaksanakan solat subuh.

************

" Pram tolong nikahi aku!" Kata reni sore itu.

" Maksud kamu Ren?" Pram benar benar heran karna Reni tiba tiba berkata seperti itu.

" Iyah tolong jadikan aku istrimu, jaga aku dan bimbing aku!" Sambung Reni lagi.

Pram terdiam, ia benar benar tidak percaya dengan apa yg baru saja di dengarnya.

" Kenapa kamu diam Pram? Apa kamu jijik dan malu klw harus menikahi aku, si gadis hina? Kamu malu klw punya istri Pelacur kaya aku? Gitu kan Pram?" Tanya Reni bertubi tubi.

" Bukan gitu Ren, aku sama sekali ngga jijik atw pun malu, tapi.." Kata Pram.

" Tapi apa Pram? Aku mungkin wanita ngga tau diri karna meminta pria baik baik seperti kamu untuk menikahi aku yg notabene hanya seorang pelacur!

Tapi aku juga manusia Pram bukan Boneka, aku juga punya hati, punya cinta dan punya rasa. Aku juga ingin merasakan bagaimana rasanya memiliki dan dimiliki!" Ucap Reni sambil terisak.

Pram terdiam, bathin nya bergejolak. Jujur ia juga menyayangi Reni seperti ia menyayangi Gea, almarhum istrinya. Wajah mereka berdua pun mirip, hanya latar belakang nya saja yg berbeda.

Gea dari keluarga baik baik yg selalu taat beragama, sementara Reni mempunyai latar belakang yg kelam. Pram juga manusia biasa bukan dewa, ia punya ego dan gengsi.

Ia berfikir bagaimana jika suatu saat tetangga nya tau klw Reni adalah Pelacur. Lalu apa nanti kata mereka jika tau laki laki baik seperti Pram ternyata memiliki Istri seorang Pelacur.

Dan pemikiran seperti itu adalah kesalahan terbesar dalam hidup Pram.

Di helanya nafas berat, lalu Pram pun berkata,

" Beri aku waktu untuk berfikir Ren." Katanya.

Reni pun menyeka airmatanya, dan tersenyum.

" Baik lh Pram, aku ngga akan pernah memaksa kamu. Jika kamu sudah mendapatkan keputusan mu, kamu tau harus mencari aku dimana" kata Reni.

**************

Sebulan tlah berlalu, dan Reni tak pernah datang lagi ke rumah Pram. Pram benar benar merasa kehilangan dan sepi, ia merindukan senyum manis Reni. Di bulatkan nya tekad dalam hati,

" Iyah Ren, aku akan menikahi kamu. Aku akan menjaga dan melindungi kamu, aku ngga akan perduli lagi sama apa kata orang nanti. Aku sayang kamu Ren!" Bathin Pram mantap.

Di pacunya motornya membelah gerimis yg turun sore itu, dan sampai lah Pram di depan Wisma.

" Mau ngamar mas?" Sapa seorang gadis muda manja kepada Pram ketika ia masuk ke wisma.

" Ngga, aku hanya mencari seseorang." Jawab Pram singkat.

" Memang mau mencari syapa mas?" Tanya gadis muda itu lagi.

" Saya mau mencari Reni, apa dia ada?" Tanya Pram.

Raut wajah gadis muda itu mendadak berubah sedih, Pram pun bingung.

" Mba, saya mau mencari Reni! Apa dia ada?" Tanya Pram mengulang kata katanya.

" Reni sudah meninggal dua hari yg lalu mas?" Jawab gadis itu.

Pram tersentak seolah tak percaya,

" Reni meninggal kecelakaan sepulang ia bekerja." Lanjut gadis muda itu.

" Maksud kamu? Reni kecelakaan sepulang dari sini?" Tanya Pram.

" Bukan mas, Reni sudah lama ngga kerja di sini lagi. Dia memutuskan untuk berhenti dan mencari pekerjaan yg lebih baik.

Dia pernah bercerita ke aku klw dia jatuh cinta dengan seorang pria baik baik, jadi ia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan nya." Jawab sang wanita muda.

Dia sudah lama memilih untuk berhenti melacur dan menjadi pelayan toko meski mungkin gajinya ngga akan cukup untuk berobat ibunya atw memberi makan adik adik nya. Karena Reni adalah tulang punggung keluarganya.

Kata nya dia hanya ingin menjadi wanita baik baik agar bisa di banggakan oleh pria yg di cintainya." Jelas sang gadis muda itu kepada Pram.

Pram bagai di sambar petir mendengar semua nya itu.

" Betapa bodohnya aku! Kenapa aku men sia siakan seseorang yg mau berubah demi aku? Aku pun baru tau sekarang ternyata Reni melakukan ini semua bukan tanpa alasan.

Awalnya aku berfikir Reni hanya seorang gadis nakal, yg menjual tubuhnya hanya untuk kesenangan duniawi. Tapi ternyata aku salah besar, ternyata aku salah! Dia melakukan ini semua demi ibu dan adik adiknya" Bathin Pram.

**********

Pram benar benar merasa jadi manusia paling jahat sedunia, dia tlah menyiakan ketulusan seorang gadis untuk berubah demi dia. Hanya karna takut menjadi gunjingan orang.

Di pandanginya gundukan tanah yg masih memerah, tak lama gerimis pun berhenti dan muncul lah pelangi terindah di sela mega mendung.

" Maafin aku Ren, maaf atas semua buruk sangka ku selama ini ke kamu. Kamu wanita berhati peri, dan aku percaya Allah pasti akan menjagamu.

Mungkin di kehidupan ini kita ngga di takdirkan bersama, tapi aku janji akan selalu berusaha melakukan yg terbaik.

Agar Tuhan juga mau mengangkatku ke SurgaNya, untuk bisa bersama sama denganmu lagi. Selamanya" kata Pram sambil bersimpuh di sebuah Pusara.

Di tengadahkan nya pandangan nya ke langit. Dan ia seolah melihat Reni yg tersenyum manis diantara bias warna pelangi yg mulai memudar senja itu.

Tamat

Sabtu, 25 Oktober 2014

Kisah ~ Bidadari Terahir

“ ngapain minta maaf, emang nasib gua kok. Terlahir sebagai cewek hina, miskin, keluarga berantakan. Lonte..” tiba-tiba eva nangis dengan kalimat terakhir itu.

Malam itu, seharusnya bukan jadi malam milik aku. Malam yang sesungguhnya bukanlah yang aku harapkan.

Adit, temen kecil ku. Entah harus bagaimana aku mengatakan? Tiba-tiba ketika habis pulang dari hang out di kafe, mengarahkan motornya ke sebuah tempat yang mungkin baru dalam hidup ku.

Tempat pelacuran, ya.. semua juga tau kalau daerah yang sedang ku injakkan kaki ini adalah daerah protistusi. Aku sempat protes sama Adit, kenapa tiba-tiba mengajak ku ke tempat kayak ginian.

Umur ku kan masih 17 tahun dan baru aja dapat ktp resmi seumur-umur hidup.

Aku gak bisa ngelarang teman ku untuk menyalurkan apa yang dia inginkan walaupun harus dengan cara seperti ini. yang terbaik buat ku adalah tidak ikut dalam permainan nya.

Akhirnya kita berdua memarkirkan motor di sebuah rumah. Banyak cewek-cewek cantik yang berdiri sambil menggoda. Adit masuk, dan aku memutuskan untuk tunggu di luar. Sesekali dia nanya ke aku,

“ yakin loe gak mau coba? Gua bayarin deh!”

“ ogah, gua masih tahan iman, loe aja sana! Jangan pakai lama! Entar kalau digrebek polisi, disangka gua lagi yang mau!”

“ iya-iya, anteng aja loe disana.. “

Dengan wajah cemburut dan tatapan beberapa perempuan gua seperti orang bego yang nunggu diluar sambil megangan helm ku.

Adit sudah memilih cewek yang harus jadi teman dia malam itu. Aku menunggu di luar dan tiba-tiba salah satu cewek di dalam rumah itu keluar sambil menghisap rokok. Dia ngeliat ku, lalu menawarkan rokok.

“ Enggak makasih,  gua gak ngerokok “ kata gua menolak dengan halus.

“ Hah, jaman gini masih ada yang gak ngerokok.. aneh..” Tanya cewek itu dan aku hanya senyum-senyum.

Dia duduk disebelah ku, menatap mata ku dengan tajam sambil sesekali membuang asap rokok ke langit-langit atap.

“ Kok nunggu disini, ga ikutan aja sama temen kamu!”

“ Enggak , biarian aja si adit yang pengen,.. Cuma nemenin aja”

“ uda, loe sama gua aja mau? “

Aku memandang cewek disamping ku, sejujurnya dia cewek yang cantik, putih dan idaman ku banget. Tapi ketika dia menawarkan dirinya, tiba-tiba aku jadi ilfell.

Kenapa cewek secantik ini harus menjadi seorang pelacur, dunia ini memang gak adil.

“ enggak mbak ,makasih”

“ uda mau lah, gua kasih diskon.. “ tawar dia lagi.

“ beneran mbak, saya gak mau..” tolak ku dengan halus.

“ apes deh gua, daritadi gak ada yang mau ama gua..”

“ loh mbak kan cantik, kok ga ada yang mau..!”

“ ya nasib lah, namanya juga jualan, kadang laku, kadang kagak, malah gua lagi ada masalah lagi,,.”

Entah mengapa aku jadi merasa ingin tau masalah dia.

“ masalah apa mbak?” Tanya gua

“ umur loe berapa?” Tanya dia.

“ masuk 17 tahun ini,., “

“ yai lah, masih brondong, masih belum tau namanya dunia dewasa..” ledek dia.

“ kata siapa.. setiap orang punya masalah, gak mandang gede atau kecil umurnya..”

Dia menatap ku, mungkin dia merasa aku pinter merangkai kata-kata.

“kayanya loe bukan cowok brengsek ya.. beda sama cowok-cowok yang suka kesini Cuma pengen cari cewek buat kesenangan sesaat’

Aku tersenyum manyum dipuji dia.

“ Hehe, ga semua cowok brengsek kok mbak..

“ mungkin aja…  hm.. gua lagi butuh duit..” kata dia tiba-tiba.

Dalam hati, mungkin ini masalah klasik. Kalau ga butuh duit, buat apa dia kerja sebagai pelacur.

“ Maaf kalau boleh tau, duit buat apa ya?”

“ nasib jadi orang miskin, selalu kena masalah, nyokap gua tiba-tiba ada benjolan di perut, kemarin sempat dibawah ke puskemas, kata dokter sih tumor ringan.

Mesti cepat-cepat di operasi kata dokter, tapi ya tau sendiri Negara kita, apa-apa butuh duit. Ujung-ujungnya duit buat operasi. Makanya gua lagi sial, semingguan ini jarang dapat pelanggan. Apes..”

Entah mengapa, aku merasa, ada kejujuran dari apa yang cewek ini ngomongin. Dia gak seperti lagi sandiwara.

“ namanya mbak siapa?”

“ panggil gua Eva aja! Loe?”

“ Gua, Rasya.. “

Tiba-tiba kita terdiam, melihat wajahnya yang tampak sedih sehabis cerita kehidupan dia, aku merasa iba dan menawarkan dia setulus hati.

“ kalau eva emang butuh duit, gua ada, tapi gak banyak, kali-kali aja bisa bantuin nutupin kekurangan.”

Dia melihatku.

“ loe kan masih 17tahun, mau dapat duit dari mana 1,5 juta kekurangan gue..”

“ oo, jadi kurangnya 1,5juta. Tenang aja Va, gua ada kok kalau segitu, tapi kalau sekarang.. gua ga bawa duitnya.. kalau besok gimana?”

Dia tertawa kecil.

“ gua sih uda biasa digombalin sama pelanggan. Tapi kalau digombalin berondong sih baru kali ini..” ledek dia.

“ sumpah gua ga bohong, gini aja, nomor hendphone loe berapa? Nanti besok gua telepon dan kasih duitnya, tapi jangan disini ya.. soalnya gua ga nyaman..”

“ terserah mau dimana, neh nomor gue..” kata dia sambil ngasih kertas dengan angka nomor telepon dia.

" inget loe, gua ini bukan orang baik. "

" gua juga bukan orang baik. tapi juga bukan orang jahat, gua dan loe hanya terlahir di dunia yang keduanya gak bisa kita hindari.."

Tiba-tiba adit selesai, dan dia langsung menuju ke arah kami. Sebelum adit ngajak pergi, aku pamitan sama eva.

Dia tersenyum. Dari wajahnya aku tau, dia pasti berharap banget apa yang aku katakan ke dia itu benar. Walau sebenarnya aku sendiri ga punya duit sebanyak yang dia mau.

Duit yang aku punya Cuma ada 900 ribu dan masih kurang 600 ribu buat ngasih ke eva. Akhirnya aku mesti nunggu seminggu hingga terkumpul 1,5 juta.

Bermodalkan duit yang sesungguhnya hasil uang jajan sendiri. Akhirnya aku nelepon dia. Sebelum memastikan apa eva benar-benar sungguh sungguh atau bohong, aku sempet survey ke psk sekitar tempat kerja eva dan hasilnya positif dia ga bohong makanya aku usahain duit terkumpul cepat.

Eva terkejut ketika aku nelepon dia, aku meminta janjian ketemu sama dia di kafe yang telah ku tentukan.

Seumur-umur dalam hidup, baru kali ini aku beramal cukup besar untuk orang lain. Ku masukan duit itu dalam tas.

Mungkin bapak ibuku akan marah besar kalau tau duit jajan ku habis untuk dia. Tapi aku cukup beruntung terlahir dari keluarga yang mampu, jadi ku yakin Bapak dan ibu gak akan tega biarin aku hidup tanpa duit sedikitpun andai aku bilang, aku butuh duit.

***

Eva muncul dengan pakaian yang lebih tertutup dibanding pertama kali aku lihat. Kita makan dan sesekali ku jelaskan kenapa baru hubungi dia dengan alasan sibuk ujian, padahal sesungguhya sibuk nabung untuk bantu dia.

Eva mungkin gak pernah kepikiran kalau aku ngajak dia ketemu untuk bantu keuangan dia, dia lebih berpikir kalau aku ini ketemu dia sebagai seseorang yang membutuhkan dia seperti laki-laki lainnya.

Kita sempat jalan-jalan sebentar sampai akhirnya motor ku membawa kami ke pantai. Aku duduk disamping dia. Dia langsung menyodorkan pertanyaan.

“ sebenarnya , loe manggil gua untuk make gua? Atau temenin loe jalan sih?”

“ coba tebak?” Tanya gua.

“ dua-duanya juga ga masalah, gua uda lama gak jalan sama cowok. Terakhir pacaran juga apes. Dari sekian cowok yang nembak gua, Cuma dia yang gua terima. Ujung-ujungnya cowok emang brengsek. Cuma mau tidur sama gue.. makanya sejak sekarang gua mati rasa sama yang namanya cinta.. !”

“ loh kayaknya loe dendam banget ya sama cowok. Maaf loh kalau lancang, Cuma ngerasa gitu”

“ ngapain minta maaf, emang nasib gua kok. Terlahir sebagai cewek hina, miskin, keluarga berantakan. Lonte..” tiba-tiba eva nangis dengan kalimat terakhir itu.

“ loe nangis..” Tanya ku jadi ikut sedih.

“ lonte.. gua uda sering denger kalimat itu dari mulut orang lain buat gua, rasanya nyakitin banget.  Asal loe tau , kalau aja dunia ini lebih indah dari yang gua mau.

Gua juga gak mau jadi lonte..  siapa sih di dunia ini yang mau jadi pelacur, lonte. Ini karena terpaksa. Masih ada adik sama keluarga yang butuh gua untuk bertahan hidup..”

“ eva.. jangan nangis dong. Tujuan gua kesini, Cuma pengen ngasih ini..” kata ku sambil ngasih duit ke dia.

“ gua emang masih berondong seperti yang loe bilang, tapi gua juga punya hati. Walau hidup gua cukup, tapi gua mengerti perasaan loe.. mungkin Tuhan Cuma lagi kasih ujian buat hidup loe. Kalau pun itu berat saat ini, gua harap bantuan dari gua, bisa bantu meringankan beban loe..”

“ loe.. kenapa sih mau bantu gua.. kan gua ini bukan siapa-siapa loe, bukan temen loe.  Bahkan bukan orang yang pantes kenal sama loe..” kata dia sambil menangis.

“ gua juga gak tau. Yang jelas, kita uda ditakdirkan buat jadi orang yang mengenal.. gua senang kok kenal sama loe. Sekarang pakai duit ini buat operasi nyokap loe ya,. Biar cepat sembuh dan loe bisa kerja yang lain.. bukan seperti sekarang..” Dia terdiam sambil merenung.

“ kalau pun gua gak kerja kayak gini, gua juga uda pasti gak ada yang mau. Palingan laki-laki berengsek yang mau sama gua..”

“ kata siapa gak ada yang mau..”

“ ya kata gua lah.. mana ada sih yang mau sama bekas pelacur!! Bekas lonte…”

“ gua mau..”

Eva terdiam mendengar kalimat ku.

“ umur loe masih muda, belum tau yang namanya cinta.  Ya sudah, terima kasih buat bantuan loe. Kelak kalau gua ada duit. Gua akan balikin duit ini.. sekali lagi, terimakasih”

“ sama-sama eva..”

Selang beberapa hari, eva sempat sms dan memberi kabar ke kalau ibunya sukses di oprasi. Kita jadi rutin saling sms dan telepon hingga akhirnya dia ngundang aku ke rumah nya untuk bertemu ibunya.

Aku menerima tawaran dia sekaligus ingin tau apakah benar kalau ibunya dia habis dioperasi. Ketika ku sampai kerumah, ibunya berlinang air mata ngucapin terima kasih, aku bersyukur ternyata eva jujur apa adanya.

Dan yang paling membuat ku senang, dia bilang ke aku, kalau dia lagi cari kerjaan buat hidup sebagai orang bersih.

Saat itu, tanpa sepengetahuan eva. Ayah tirinya tiba-tiba minjem duit ke aku, dia bilang buat bayar utang. Karena aku gak enak nolak, akhirnya aku kasih duit ke ayah nya tanpa sepentahuan eva.

Aku juga sering bantuin ngaterin eva untuk cari kerjaan yang baik. Sampai akhinya dia dapat kerjaan sementara. Selama ini, keluarga dia gak tau kalau eva kerja sebagai pelacur, eva berusaha nutupi dan akhirnya lembaran gelap itu terkubur dengan sendirinya.

Tanpa kita sadari, kami semakin dekat. Setelah pendekatan itu, akhirnya kita menjadi sepasang kekasih. Mungkin cinta itu memang buta ya, baru kali ini aku merasakan cinta yang begitu dalam dari seorang perempuan di usia ku yang masih muda.

Ketika dulu aku punya cinta monyet, aku gak pernah ngerasa sebahagia ini selain bersama eva.  Walaupun dia punya masa lalu kelam, cinta berhasil membuat ku menghapus semua pandangan buruk itu.

Seminggu setelah jadian, dengang uang jajan yang aku kumpulkan, aku membeli cincin yang sama untuk kita pakai sebagai lambang cinta.

Buat eva mungkin ini aneh, tapi dia sadar, aku masih berondong dan pasti gaya pacarannya juga kayak sinetron di tv jadi dia maklumin.

Tapi sepanjang waktu kami pacaran, aku merasa eva semakin hari semakin kurus dan tubuhnya jadi lemes gitu, ketika ku tanya ke dia, dia Cuma bilang kalau dia mungkin kecapean.

Tapi sebenarnya ada hal yang aku takutkan dengan kondisi dia. Aku masih ingat, untuk memastikan kalau eva ga bohong pas bilang butuh duit, gua sempat kembali ke tempat pelacuran dia kerja, dan iseng-iseng aku ngobrol sama cewek disana tentang dia.

“ loe siapanya eva?”

“ temen aja mbak, kalau boleh tau, dia kan cantik, kok bisa ga ada pelanggan sih?”

“ nasib mas, eva kena penyakit sifilis( penyakit kelamin). Kayaknya banyak pelanggan yang uda tau dia itu kena penyakit gituan, makanya ga ada yang mau sama dia! Disini kan persaingan ketat, ada yang bocorin gitu, makanya kasihan dia..”

“ kenapa ga berobat aja dia..?”

“ maunya sih gitu! Tapi nyokapnya kan sakit, jadi dia mati-matian cari duit buat nyokap dia dulu, baru nanti mikirin sembuhin penyakit dia.. “

“ kasihan ya..”

“ iya mas, susah hidup sekarang. Saya yang dulu anterin dia ke dokter aja jadi sedih kalau bayangin hidup dia..”

Dari apa yang teman dia bilang, aku jadi yakin kalau eva jadi kurus ini pasti karena penyakit dia dulu. Walau dia ga pernah mau cerita, mungkin karena dia takut. Kalau dia penyakitan maka aku akan ninggalin dia.

Padahal aku sama sekali gak pernah peduli dengan sakitnya dia. Sakit eva makin buruk sampai akhirnya dia ga kerja. Aku akhirnya nyamperin ke rumah, dan dia ga bisa bangun karena tiba-tiba tubuhnya jadi kayak lumpuh gitu.

Saat itu juga aku putuskan untuk bawa dia ke rumah sakit, dia sempat menolak.

“ Rasya, rumah sakit itu mahal, orang miskin kayak gua kalau sakit itu ga ada keadilan, jadi biarin aja gua minum obat biasa, nanti juga sembuh”

“ loe itu uda gak bisa bangun. Gak usah pikirin duit. Gua ada tabungan, yang penting sekarang kita ke rumah sakit.”

Dengan penuh kesedihan, akhirnya eva gak bisa nolak kemauan ku. Aku menggendong dia sampai ke rumah sakit, dia dirawat dan dokter mengatakan dengan berat hati kalau eva sudah kenapa sifilis akut dan seluruh tubuhnya sudah terkontiminasi sama sel-sel neurosifilis yang kemungkinan sembuhnya kecil.

Dengan penuh air mata aku memohon kepada dokter untuk mengupayakan kesembuhan nya. Aku dan ibunya serta adiknya saling bergantian jaga dia.

Saat itu lagi ujian akhir kelulusan sekolah, aku harus bertahan dalam dua hal. Konsetrasi ke ujian dan konsetrasi ke eva.

Mungkin kedua cobaan itu berat tapi akhirnya aku berhasil mengerjakan semua ujian yang datang silih berganti bersamaan dengan waktu gua menjaga eva.

Eva semakin kritis. Dia gak banyak bicara lagi seperti sebelumnya. Sepertinya dia tau, hidup dia tidak akan lama lagi.  Dia nyerahin sebuah diary ke aku. Dimana disana dia bilang hanya boleh dibaca setelah tiba saatnya nanti.

“ jangan dibuka ya sampai nanti kalau gua uda ga bisa bangun lagi..”

“ kok loe ngomong gitu..”

“ Sya, mungkin.. selama ini gua gak pernah jujur tentang panyakit gua, tapi gua Cuma ga mau kalau loe tau gua punya penyakit ini, loe ninggalin gua. Ternyata gua salah, loe benar-benar hadiah paling indah dalam hidup ini yang dikasih Tuhan buat gua.

Gua pikir.. Tuhan gak akan pernah ngasih kebahagiaan buat gua karena memang gua ga pantes. Ternyata gua salah, Tuhan itu adil. Dan keadilan itu dia tunjukkan lewat loe..”

“ jangan ngomong gitu eva.. gua yang harusnya bersyukur punya pacar seperti loe dalam hidup gua, loe benar-benar anugrah.. loe harus kuat ya, kita sama-sama berjuang untuk kebahagiaan kita..”

Eva hanya menangis mendengar aku bicara begitu. Aku pun menangis. Entah mengapa, aku seperti merasa ini adalah ujung dari akhir kisah kami.

“ sya, gua mau minta tolong satu hal lagi sama loe. .boleh?”

“ ngomong aja eva, kita kan pacaran, terbuka aja..”

“ gua gak punya apa-apa untuk ngasih loe sebagai balasan atas kebaikan loe, tapi gua Cuma punya ini.. bisa loe ambil kalung ini dari leher gua, soalnya.. tangan gua uda gak bisa bergerak lagi..”

“ kenapa bicara begitu.?”

“plz.. ambill” dengan berat hati aku melepas kalung itu dan mengambilnya.

“ disimpan ya.. sama buku harian yang gua tulis itu..”

“ iya eva.. tadi kamu bilang mau minta tolong, kenapa gak dilanjutkan?”

“ kalau gua mati, tolong jangan kubur gua di sini, gua mau dikubur di tanah kelahiran gua.. bisa..”

Mendengar kalimat itu dari mulut dia. Hati ku hancur. Aku gak tau harus bagaimana mengungkapkan kata-kata yang pantas untuk membuat ku bangkit dan percaya kalau dia akan sembuh.

Aku hanya bisa menangis dan mengiyakan permintaan dia. Karena ada ujian lagi di besok. Akupun pamitan sama dia. Aku mencium kening dia dan dengan berat hati saat itulah aku merasa ini terakhir kalianya aku akan melihat dia.

Dengan penuh tangis, aku pun pulang dan berharap Tuhan sekali lagi memberikan keadilan untuk hidup dia. Besoknya aku ujian terakhir dan ketika aku ingin jenguk dia, aku melihat sudah banyak orang di kamar dia di rawat.

Semua menangis dan disitulah aku tau, eva telah pergi untuk selamanya. Aku hanya bisa tertunduk lesuh dan menangis dalam hati. Berat rasanya harus melepas kebahagiaan sesaat yang ada dalam hidup ku.

Permintaan terakhirnya untuk di makamkan di tanah kelahirannya aku lakukan sebagai tanda cinta terindah dalam hidup ku untuk dia.

Kini, aku menyadari bahwa. Hidup itu sesungguhnya tidak pernah memihak kepada siapapun di dunia ini. tapi hidup itu membuat kita hanya bisa memihak kepada satu hal, bertahan untuk hidup dengan segala cara apapun.

Eva mungkin telah berjuang hidup dengan ketidak berpihakan hidup tapi ia berhasil membuktikan kepada ku kalau disaat akhir hidupnya, dia benar-benar merasakan keadilan hidup sesungguhnya. Dengan cinta dan kasih sayang murni tanpa air mata penderitaan.

Dia mampu mengubah dirinya yang dulu adalah makluk hina menjadi seorang bidadari , walaupun itu hanya di hati ku, tapi aku percaya kelak semua orang akan setuju dengan apa yang aku bilang kalau dia adalah bidadari terakhir yang hidup di dunia ini.

Saat ini aku hanya bisa mengenangnya , hanya buku harian ini yang tersimpan dan membuat hati ku merasa mungkin jalan terbaik dalam hidup kita adalah seperti saat ini.

30-april 2010, itulah hari paling memilukan dalamn hidup ku dimana saat itulah gua memiliki kesempatan untuk membaca tulisan terakhir eva untuk ku..

To : My Lovely .....   

Dear,makasih kamu udah mau jadi pendamping aku selama ini... makasih juga udah mau jadi malaikat penyelamat untuk ibu aku...

Andaikan kamu tau aku punya penyakit gini, aku yakin kamu pasti kecewa trus tinggalin aku,yakin banget   makanya aku ngerahasiain ini semua...maaf ya?

Dear,Kamu Laki-laki paling baik yang pernah aku temuin,kamu mau terima aku apa adanya..

Aku perempuan kotor, miskin, keluarga semrawut,tapi kamu tetep mau deket ma aku  Dear, andaikan aku udah gak hidup lagi di dunia ini,kamu jangan sedih ya ? masih banyak perempuan yang lebih baik dari aku..

kamu orang baik, harus punya pendamping yang baik juga :')

Inget,jangan lagi datang-datang ke tempat kotor gitu.setebal apapun iman kamu, pasti bisa runtuh ama yang namanya perempuan.

Dear,walau dunia kita udah beda,aku tetep ada dihati kamu kan? janji? aku akan slalu disamping kamu, aku akan jaga kamu.......

Maaf andai slama ini aku & keluarga udah nyusahin kamu :*

Goodbye.......    

Semoga kamu bahagia disana eva, aku selalu ada untuk kamu walau kita telah berbeda dalam dunia ini. dan percayalah kamu adalah bidadari terakhir dalam hidup ku,  

tamat

Kamis, 23 Oktober 2014

Maaf.

" Tine, kamu mau keluar sekarang jg atw mau aku tabok pake gayung!" Kata amel. Kulihat mukanya udh pucat dengan mata yg berkaca2 seperti ketakutan.

Kupandangi gadis remaja yg nampak tertidur lelap di sampingku. Hemmz, mukanya lucu juga. Apalagi klw dia lg marah kaya tadi siang, lebih lucu lg.

Emi amelia, yh itu nama aslinya. Klw di facebook namanya mozhank chayank delphy. Lucu yh namanya biarpun terkesan lebayyy! waith tapi delphi itu kan nama facebook ku-_- , brarti dia cayank aku dong?

Masih ku ingat jelas gimana ekspresi mukanya ketika bercermin saat bangun tadi pagi. Hizteris abis ciinn!

" Justineee!! Kamu apain muka aku?" Teriak dia ketika ga sengaja melihat cermin saat berjalan ke arah kamar mandi pagi itu.

Aku pura2 masih tidur sambil berusaha menahan tawa melihat kepanikan nya. Iyh mukanya aku corat coret abis pakai spidol.

Atas bibirnya aku gambar kumis ala hitler, tepi bibirnya aku kasih gambar taring kiri kanan, matanya aku aku lingkari hitam. Pokoknya keren banget deh :D

Awalnya aku sempet takut, takut klw Cece utary denger dia teriak. Waith, tadi aku sempet denger suara mobil keluar halaman jadi otomatis Cece utary lg pergi keluar. *Berbie emang manusia paling beruntung!

" Heh, bangun!" Kurasakan ada seseorang yg menggoyang"kan badanku. *yah syapa lg klw bukan dia.

" Hemmzzz."

" Buruan banguuunnn!" Ucapnya lg.

" Apaan sich? Pagi2 udh bikin orang kesel" jawabku, pura2 marah.

" Ko jadi kamu yg kesel? Harusnya aku yg kesel!" Ketus dia.

" Kesel kenapa kamu? Emang gw ngapain loe?" Tanyaku bangun lalu duduk di tepi ranjang.

" Udh deh ga ush pura2 ga tau. Kamu kan yg corat coret muka aku pakai spidol! Ga lucu becandamu" kata dia sambil menahan esmosi.

" Jadi loe nuduh gw? Atas dasar apa loe? Ada buktinya ga? Jangan sembarangan nuduh loe! Pencemaran nama baik tuh namanya, gw bisa bawa loe ke meja hijau" hardik ku sambil pura2 pasang muka galak.

Dia terdiam, " Tapi yg tidur sekamar sama aku kan kamu? Masa iyh aku nuduh teteh Utary yg corat coret muka aku?" Bantah nya.

" Tapi bukan brarti gw jg yg corat coret muka loe keless!! Syapa tau aja ada demit yg nyasar kemari semalem trus isengin loe? Udh lh gw males brantem sama manusia cupu, minggir gw mau mandi." Ucapku sambil beranjak pergi.

Masih sempat ku lihat dia pasang muka cemberut nya. Ya owo, manis banget dia klw lg cemberut. Ingin rasanya ku kulum & ku gigit bibirnya yg lagi manyun. *Awas kamu Mel ku cipox nanti bibirmu, liatin ajh!

********

" Tine, kamu lg apa sich? Asik banget kayanya?" Suaranya siang itu mengagetkan ku. *udh bae'an versi dia critanya.

" Loe ga liat gw lg dengerin musik? Sok SKSD amat sich loe?" Hardik ku. Kzl wa, di kagetin sama bocah cupu neh-_-

Yah jadilah siang itu kami ribut, mungkin dia udh kesel juga kali sama sikap aku yg sinis & jutek. Untung aja Cece utary lg keluar ngga tau kemana, jadi dia ngga denger pengtengkaran kami.

Sukses jg hari ini aku ngerjain dia, dari mulai corat coret mukanya sampai bikin dia jantungan di jalan td pas kami lg keluar bareng.

Aku sebenarnya ingin cerita banyak ke dia saat di pantai, gimana kangen nya aku ke mamih. Biarpun cuma baru beberapa hari, tapi ngga bisa kayanya jauh2 dari mamih.

Jadi aku cuma bisa diem, ngga tau jg kenapa mataku bisa sampe nangis. Ngga mau lh aku klw sampai dia tau aku lg kangen mamihku, bisa di ledekin abis nanti sama dia. Kita kan critanya lg musuhan!

Aku bener2 ngga sangka dia bisa begitu baik ngasih swetter nya ke aku. Dia bahkan juga diem aja ketika ku pinjam pundaknya, entah ga tau kenapa aku merasa damai ketika tangan nya merangkul pinggangku.

Ku perhatikan lagi wajah gadis yg tertidur lelap di sampingku malam ini, Udah cukup Justine, udh cukup kamu ngerjain dia. Dia baik, dia juga manis jadi ga ada alasan buat kamu jahil terus kedia.

Ku sibak perlahan rambut nya yg tergerai menutupi sebagian wajahnya. Wajahnya benar2 manis, alami tanpa make up.

" Makasih untuk hari ini mel, makasih buat sweeter dan pundakmu. Kamu gadis yg baik" bisik ku lalu ku kecup keningnya.

Ngga tau dia lg mimpi apa, tapi ku lihat bibirnya tersenyum. *uuhhhh, so sweet :* pengen tipox tuh biwir!

Ku dekap erat tubuhnya, tak lupa aku rapikan juga selimut kami, dan akhirnya akupun menyusulnya ke alam mimpi.

**********

" Ehh mba Justine udh bangun" sapa bapaknya Cece utary ketika ia melihatku berdiri di pintu belakang.

" Udh pa, Cece utary kemana yh?" Tanyaku.

" Klw mba Uut sama mba Amel nya lg ke pasar, bilangnya sich mau cari kembang buat nyekar nanti sore. Nanti malam kan udh takbiran" jawab bapaknya cece utary sambil tetap memandikan ayam kesayangan nya.

" Owh" sahutku.

" Itu ayam di mandiin, ngomong2 yg punya nya udh mandi blm pa?" Godaku.

" Udh dong mba, emangnya mba Justine, jam 9 pgi baru bangun. Pasti blm mandi?" Yah ngledek balik dia.

" Weeekkk!!" Balasku sambil menjulurkan lidah kemudian berlalu ke dalam. Masih sempat ku dengar suara bapak ketawa. *Ihhh kepo banget nich si bapak, ngga tau apa klw pagi aku jarang mandi-_- males dingin.

******

KREEEEEKKK!!

Suara pintu kamar mandi yg ku buka sore itu, aku ngga tau klw di dalam ada Amel.

" Justineeee!!" Triak amel panik.

Ya syapa sich yg ngga panik, lagi mandi ngga pakai apa2 trus tiba2 ada orang yg masuk.

" Udh ngapain jg di tutup2in gitu orang sama juga barangnya" candaku.

Udh kepalang tanggung lh. Pokoknya sore ini jg aku harus bisa!!

" Tine, kamu mau keluar sekarang jg atw mau aku tabok pake gayung!" Kata amel. Kulihat mukanya udh pucat dengan mata yg berkaca2 menahan tangis seperti ketakutan.

Aku ngga jawab pertanyaan nya. Ku perhatikan dia dari ujung rambut sampai ujung kaki, dia benar2 manis.

Entah apa yg ada di pikiranku, aku justru malah makin mendekat ke arahnya. Ia makin panik sambil tetap berusaha menekuk2 tubuhnya. *bener2 lucu & bikin gemes.

" Tine kamu mau apa?" Tanya nya gemetar sambil mundur.

Aku tetap tak menjawab pertanyaan nya sambil terus perlahan mendekat ke arahnya. Dia ngga bisa mundur lg sekarang, karena di belakangnya ada tembok.

" Tine kamu kluar sekarang atw aku teriak!" tanyanya, dia benar2 nangis ketakutan kayanya.

Ia benar2 sudah terpojok, antara tembok dan aku. Jadi ngga bisa kemana2, cuma bisa nunduk. Da iihhh, kulihat dia menangis.

" Klw mau teriak, teriak aja. Orang jg ngga bakalan ada yg percaya klw gw mau perkosa loe. Loe cewe gw jg cewe, jadi pikir mereka ngga mungkin jg gw perkosa loe." Bisik ku perlahan.

Ia benar2 makin terisak " kamu mau apa Tine?" Tanyanya perlahan sambil gemetar.

" Gw cuma mau bilang maaf atas semua kelakuan gw selama ini ke loe, gw jg mau bilang makasih buat swetter nya, makasih buat pundaknya dan kamu manis banget sore ini" jawab ku sambil perlahan ku angkat dagunya.

Dia memejamkan mata, mungkin malu kali. Mukanya benar2 manis sore itu. Entah siapa yg memulai, tapi yg pasti wajah kami semakin dekat.

Aku kulum bibirnya, iyh ini ciuman pertamaku. Dan aku lakuin sama amel. Dia nampak seperti kebingungan, ku sapu bibirnya dengan lidahku. Dia pun seolah peka dan perlahan membuka mulutnya.

Ku telusuri setiap relung nya dengan lidahku. Hingga akhirnya ku lepas karena aku butuh udara. Ku lihat ia masih memejamkan matanya.

" Buruan beresin mandinya, kita kan mau nganter Cece Utary Nyekar" bisikku sambil tersenyum kemudian berlalu.

Masih sempat ku lihat wajahnya, antara bingung, heran, takut dan nggantung. Ku tau dia pasti jg Horny, karna sempat kurasakan bibirnya menghisap lidahku tadi.

Aku berlalu keluar kamar mandi dengan di iringi ekspresi dari raut wajah Amel yg ngga ku tahu entah ekspresi apa itu namanya.

Bersambung..

Cerita Sebelumnya.
Justine, Aku Benci Kamu!!

Justine, Aku Benci Kamu!!

" Sipittttt aku benci kamu! Kamu jutek, sombong, galak! Pokoknya aku benci kamu" ucapku menahan emosi sore itu.

" Sama aja keless!! Gw juga benci banget sama loe. Loe cengeng, manja, centil, cupu. Pokoknya ngga banget dah! Dasar alien loe." Balas justine.

Yah sore itu adalah puncak dari semua kemarahan ku dan kecewaku. Bayangkan saja sendiri, aku baik2 mengajaknya ingin bersahabat tapi dia selalu saja menanggapinya dengan sinis.

Entah kesalahan apa yg sudah aku perbuat hingga dia sama sekali seolah tak ingin berteman denganku.

Pokoknya aku kesel! Aku sebel banget sama Sipit super jutek yg kini jadi teman sekamarku selama di rumah teteh utary.

Tapi kami juga bermain sportif, kami selalu pura2 akur dan rukun di depan teteh utary. Kami sepakat ngga akan bikin teteh kesayangan kami berdua ini cemas.

*******

" Cece, gw pinjem kunci mobil dong. Pengen jalan2 nih, bosen di rumah trus." Kata justine.

" Kamu mau kemana? Memang kamu tau jalan?" Tanya teteh utary.

" Ga kemana2 cece, orang cuma muter2 sini aja ko, gw bete banget di rumah" sanggah justine.

Aku cuma tersenyum sambil pura2 baca komik di ruang tamu dan berharap teteh utary ngga kasih pinjem mobilnya.

" Mel, coba sini sebentar." Panggil teteh utary.

Aku kaget, lalu kemudian mendekat.

" Iyh teteh, ada apa?" Tanyaku.

" Mel, selama di rumah teteh kamu kn belum pernah jalan2. Sekarang kamu ikut justine yh jalan2. Temenin dia, teteh takut dia nyasar atw kenapa2" kata teteh utary.

Justine melotot, mata sipitnya mendadak jadi belo mendengar apa yg teteh utary katakan. Aku pun langsung pura2 jaim, pasang muka super manyun.

Iya lh klw jalan2 nya sich mau banget! Tapi klw jalan nya bareng si jutek super nyebelin ini yh harus jaim dikit keless!!

" Ngga mau lh ce! Gw pengen jalan2 sendiri!" Sahut justine.

" Tine, kamu mau ajak Amel atw Cece ngga kasih kamu pinjem kunci mobil!" Balas teteh utary.

Justine terdiam, entah apa yg di pikirkan anak ini. Aku pun masih saja pura2 pasang muka jaim.

Tiba2 Justine menarik tanganku, " Mel ikut gw bentar!" Katanya sambil menggiringku ke kamar.

" Mel, loe pura2 sibuk apa ke, sakit perut atw apa ke! Pokoknya gw males banget klw harus jalan2 sama loe!" Katanya ketika kami tiba di kamar.

" Ya Allah tine, jelek amat doamu? Sibuk apa? Orang aku ngga ngapa2in!" Jawabku.

" Bikin alasan apa ke' pokoknya gw males banget klw harus jalan2 sama mahluk cupu kaya loe!" Imbuh justine geram.

" Ga mau! Kan teteh utary juga udh bilang. Klw ngga sama aku, kamu ga akan di kasih pinjem mobil. Aku juga ngga mau bo'ong sama teteh, emang aku ngga sibuk ko suruh pura2 sibuk." Jawabku.

" Terserah!" Kata justine sambil berlalu keluar kamar.

********

" Cece, iyh gw ajakin Amel. Mana sini konci mobil nya buruan" kata justine, aku mendengarnya dari dalam kamar.

" Nah gitu dong. Nich kunci mobilnya, jangan jauh2 dan lama2 yh! Cece ngga mau kalian kenapa2." Jawab teteh utary.

Yah jadilah sore itu kami jalan berdua, muter2 keliling lodoyo. Pertama kami muter2 di kampung teteh utary. Hampir semua pasang mata yg kami temui melihat kearah justine.

Buat info ajh, waktu itu justine berpakaian you can see dan lebih memilih membawa mobil pelan sambil membuka kaca.

Mungkin orang2 disitu pada heran kali yh melihat muka justine. Mukanya oriental banget mirip artis2 korea. Cantik tapi jutek.

Justine seolah cuek dengan gaya irit senyum, sementara aku kikuk berusaha tersenyum pada mereka. Entah apa yg di pikirin ini anak, akhirnya ia memutuskan untuk keluar ke jalan raya.

Kami sama2 diam membisu, yh namanya juga musuhan. Ia memacu mobil ke arah selatan, aku mulai gelisah.

Nich anak mau kemana sebenarnya? Hari sudah semakin sore. Kulihat di dasbor mobil waktu menunjukan pukul 03:14pm.

" Tine kamu mau kemana sich? Jngn jauh2 aku takut nyasar! Hari juga udh sore." Ucapku memecah keheningan.

" Diem dan pasang sabuk pengaman klw ngga mau kepala loe benjol" jawab justine dengan tanpa menoleh sedikitpun kearahku.

" Maksud kamu?" Tanyaku mulai gelisah.

" Udh diem, buruan pake sabuk pengaman klw ngga mau benjol tuh jidat" sambung dia dengan nada datar seolah tanpa ekspresi.

Aku mulai takut, buru2 aku memasang sabuk pengamanku. Justine hanya melirik. Begitu tahu aku selesai memasang sabuk pengaman, dia mulai mengencangkan laju mobil kami.

Ini pengalaman pertama kali dalam hidupku. Aku 1 mobil sama wanita paling stres di dunia, karena ia lebih memilih menginjak gas dari pada rem.

Untung kondisi jalanan cukup sepi sore itu. Maklum ini kan bukan jalan utama, tapi bagus & mulus kondisi aspalnya.

Aku coba iseng2 melirik kearah speedometer, dan hah? Aku tercengang melihat jarum diatas angka 100. Ya Allah aku belum mau mati muda :'(

Aku benar2 takut saat itu. Aku seolah berada di sebuat sirkuit dengan pembalap gila yg pegang kemudinya.

Tapi aku juga kagum dengan manusia satu ini, ia begitu lincah memainkan stir, memadukan kopling, persneleng dan gas hingga biarpun kita ngebut, kondisi mobil tetap stabil. Ngga kasar bawanya. Dan yg aku tau ia jarang sekali menginjak rem.

Perhitungan nya juga matang, ia bisa mengira2 waktu & moment buat menyalip kendaraan yg ada di depan nya.

Dan itu aku lihat sendiri ketika kami mencoba menyalip sebuah bis tanggung yg ada didepan kami. Aku berfikir kita ngga mungkin nyalip karna dari arah depan sudah klihatan sebuah mobil bak terbuka.

Tapi beda dengan pemikiran manusia satu ini. Dia tetap ambil kanan, padahal mobil dari arah depan sudah semakin dekat. Aku pikir ini mungkin akhir dari perjalanan hidupku.

Aku ingin protes dan teriak, tapi aku juga ngga ingin mengganggu konsentrasinya. Karena aku lihat ia begitu serius menatap kedepan.

Entah bagaimana cara ia membawa mobil tapi kami berhasil menyalip. Dengan jarak hampir menabrak mobil bak terbuka yg datang dari arah depan.

Ahh.. Lagi2 aku di buat tercengang oleh manusia yg berada di sampingku. Ia benar2 lincah memegang kemudi. Seolah ia dan mobilnya benar2 menjadi 1 hingga bisa memprediksi jarak & kondisi jalanan dengan tepat, ngebut tapi ngga kasar bawanya.

Ahirnya ia memberhentikan mobil kami di sebuah pantai. Aku ngga tau daerah mana, tapi ketika aku tanya dengan penduduk sekitar nama daerah nya serang. Mirip dengan nama sebuah daerah di jawa barat.

Justine turun dari mobil dan berjalan kearah pantai. Aku melihat jam di dasbor sudah menunjukan pukul 05:00pm.

Teteh utary pun sudah beberapa kali zmz tapi ngga aku jawab. Mungkin dia panik karena sudah sore tapi kami belum pulang.

Aku buru2 turun dan menyusulnya, sambil memakai swetter, karena angin sore itu bertiup aga kencang. Tapi ahh, kenapa manusia satu ini lebih memilih memakai baju you can see? Emang ngga dingin?

Aku buru2 balik lagi kearah mobil. Mencari swetter buat dia, karena sebenci2 nya aku tetap saja aku ngga mau klw sampai dia sakit atw kenapa2. Tapi aku ngga nemu swetter, dia ngga bawa kayanya. Dasar bedul!!

Aku berjalan menghampirinya. Ia nampak berdiri mematung sambil melihat kearah pantai. Entah apa yg sedang di pikirkan anak ini. Aku mulai takut, takut jika sampai ia sakit atw masuk angin. Karna pasti ujung2nya aku juga yg repot!

Ku lepas sweeter ku dan ku bungkuskan ke punggung nya. Baik yh aku? Dia masih saja tetap terdiam tanpa sepatah katapun. Berterima kasih juga engga. *ihh dasar bedul.

Akupun ikut diam, males ngomong sama patung. Tiba2 ihhh apa itu? Aku melihat butiran embun dimatanya. Yah jagoan nangis :D

" Kamu kenapa tine? Kamu lagi ada masalah?" Tanyaku memecah keheningan.

Dia tidak menjawab, memilih duduk di pasir pantai. Aku pun ikut duduk di samping nya. Aku kaget ketika ia tiba" menyenderkan kepala nya di pundakku. Reflek ku rangkul pundaknya, diapun tetap terdiam.

Hampir setengah jam kami duduk terdiam sambil memandang ombak yg berkejaran sore itu. Mulutnya seolah terkunci rapat tanpa mau berkata apapun padaku.

Aku pun juga diam dengan masih merangkul pundaknya, aku takut di sangka kepo atw sok tau sama dia.

Tak lama kemudian ia bangun, dan berjalan ke arah mobil. Tanpa berkata apa2 ke aku, terima kasih juga engga. Yah dasar bedul :'(

Aku pun bergegas menyusulnya dengan 1 pertanyaan besar kenapa ia menangis?

Bersambung

Rabu, 22 Oktober 2014

Jadikan Aku Pengantin mu.

“Friantika ingin berubah. Berilah ia ruang untuk menemukan jati dirinya lagi. Biarkan ia hidup normal. Jangan kau jebak lagi ia dengan cinta yang aneh seperti cintamu itu”, lelaki setengah baya itu berucap sembari menatap mataku lekat.

Aku hanya diam. Lelaki itulah yang telah melarikan kekasihku, Fly. Dia bentangkan harapan pada Fly untuk bisa hidup bersama nya.

Itu berarti aku harus melipat dan menekuk seluruh cinta, mimpi, dan harapan yang sempat kurajut bersama perempuan muda dan sintal yang pernah kujamah pori-porinya itu.

Aku dan Fly adalah sepasang manusia yang bergender sejenis. Ya, kami sesama perempuan. Bentuk tubuh kami nyaris tak beda.

Kami sama-sama punya payudara. Bahkan sampai hati pun mungkin kami juga sama persis.

Sembilan tahun adalah sebuah putaran waktu yang tak singkat. Sepanjang putaran waktu itulah aku dan Fly mengisinya dengan selalu bersama sejak dari kelas 1 SMA hingga kini sama2 menjadi wanita dewasa.

Fly tentu  tak lupa dengan malam-malam dingin yang kusulap menjadi hangat dengan sentuhan-sentuhanku di setiap lekuk tubuhnya.

Kalau pun ia lupa, setidaknya ranjang berukuran dua meter itu yang akan mendenggungkan kenangan itu di telinganya setiap malam.

Karena ranjang itu adalah saksi mati yang telah ku kunci agar waktu pun tak kan dapat meluluhkan kenangan dan sensasi unik yg kami ciptakan berdua.

Fly pulang ke Singkawang. Aku menjadi sendiri. Parahnya lagi, kesendirian itulah yang kini tengah mencoba membunuhku sedikit demi sedikit dan sangat pelan.

Aku sungguh rindu pada nya, rindu pada desah nafasnya ketika kami tengah bersama berlomba menuju puncak tertinggi dari nirwana.

Aku mencoba menyusuri setiap jalan dan semak-semak untuk mencari kekasihku itu. Hasilnya nihil.

Tak ada yang tahu kemana ia pergi, lebih tepatnya aku tak tahu dimana rumah Fly yg di singkawang.

Teman-teman kantornya bilang kalau dia telah sebulan mengundurkan diri dari tempatnya bekerja. Itu berarti tepat disaat surat nya kutemukan tergeletak di meja ruang tamu malam itu.

Utary...

Benar katamu, hubungan kita ini tak ada yang salah. Aku tak menganggap rasaku ini sebagai penyimpangan atas jiwa yang kesepian.

Karena jika tanpamu, mungkin aku akan jauh lebih hancur dari apa yang pernah aku bayangkan.

Mungkin satu-satunya kesalahan adalah bahwa kita sama-sama PEREMPUAN.

Akan tetapi, bersamamu adalah hal yg terindah yg pernah ada dalam hidupku. Dan aku ingin selamanya begitu.

Tetapi tidak dengan Mamaku yang kini menuntut agar aku bisa melahirkan seorang cucu untuk ia timang.

Tentu aku tak bisa mendapatkan sperma darimu bukan?

Jadi kuputuskan untuk menerima seorang lelaki yang dipilihkan mama untuk kunikahi. Sekali lagi maafkan aku, Ryy.

Kekasihmu
(Friantika)

Kuremas selembar kertas itu. Tanganku mengepal erat. Badanku yang sedari tadi terasa kuat akhirnya limbung seketika.

Seluruh energi yang kusimpan telah terhisap oleh kenyataan bahwa Fly telah pergi.

Selepasnya, kulangkahi detik-detik sepi dengan tetap mengenang nya. Mengenang ribuan romansa yang telah terabadikan dalam otak dan hatiku.

Kadang ku undang kenangan bersama kami itu agar tersembul kembali ke permukaan. Bila sudah seperti itu, aku akan menangis tak henti-hentinya.

Setelah kelelahan barulah kurapatkan mataku sedemikian rupa sampai aku tertidur lelap, dengan sejuta mimpi semu tentang dia.

Rumah itu tak ubahnya hanya kuanggap sebagai terminal, tempat aku singgah untuk mandi dan sekedar berganti pakaian.

Kuisi malam-malamku dengan duduk di suatu tempat yang kusuka. Tak ada yang melarangku.

Bila aku benar" sudah jengah aku lari ke pantai sejenak untuk sekedar teriak & mengadu pada ombak. Tak jarang karena terlalu lelah, aku sering tertidur diatas kabin mobilku. Dan terbangun ketika subuh.

Pagi yang indah pun tak ubahnya hanya sebuah proses pergantian dari malam menuju siang menurutku. Tak ada yang istimewa.

Kuhabiskan pagi dengan pura2 tersenyum semanis mungkin, agar aku tak terlihat bodoh di depan murid2 ku.

Siang hari aku aku sibukkan diri dengan gila kerja, hingga sampai sore menjelang.

Apakah aku dapat melupakan Fly?

Tentu tidak. Serangkaian aktifitas yang pertama kuniatkan untuk meleburkan semua kenangan bersamanya itu ternyata gagal total.!!

Tetap saja wajah ayu yang terekat merapat dalam setiap pejaman mataku.

Tetap saja bau harum parfum dan keringat mu yang kucumbui bersama oksigen yang membuatku hidup. Ah Fly, aku sungguh rindu.

Aku membayangkan mungkin saat ini dia pasti sedang hamil, atau justru malah telah menimang seorang bayi.

Pasti mamanya begitu bahagianya dengan cucu buatan yang lahir dari pengorbanan cintaku padanya.

Ah mungkin aku salah. Mungkin dia justru bahagia dengan suaminya yang lelaki.

Apakah suaminya cukup jantan untuk membuahi indung telur nya?

Atau mungkin suaminya telah memperlakukan nya dengan sedemikian rupa sehingga ia lupa denganku, karena telah setahun ini ia tak pernah menghubungiku.

***

Dua tahun setelah Aku dan dia berpisah.

Kupandangi perempuan yang perutnya tengah membuncit itu dengan perasaan rindu yang teramat sangat.

Aku berjumpa dengan Fly sore tadi di taman. Ia tengah duduk di sebuah kursi ketika tak sengaja pula hasratku yang menuntunku untuk mengenang kenangan di taman bersama nya dulu. Dia sedang hamil. Aku tahu itu.

“Akhirnya kau dapat sperma juga”, aku membuka dialok setelah lima belas menit duduk di sampingnya hanya dengan menikmati diam.

“Ya”, jawabnya singkat.

“Erik datang padaku saat itu”, aku menyambung.

“Ya, aku tahu itu. Mama yang menyuruhnya, tentu saja tanpa sepengatahuanku”, dia menyahut.

“Dan kau bahagia. O ya, aku sampai lupa menanyakan kehamilanmu”, aku baru menyadari bahwa kini Ve telah kesusahan menyangga perut buncitnya itu.

“Kata dokter ia perempuan. Mungkin awal bulan depan aku akan melahirkan”, dia mulai bercerita.

“Erik memang pejantan tangguh bukan?”, kuucapkan itu sambil menahan getir.

“Aku tak tahu. Aku tak pernah tdur dengan dia. Aku juga tak menikah dengannya”, kali ini ucapan Fly sontak membuatku kaget.

“What?”, aku tak dapat membendung kekagetanku lagi.

“Aku membuat kompromi kecil dengan mama. Sampai akhirnya kami membuat sebuah kesepakatan besar. Kukira mama hanya menginginkan cucu, bukan menantu. Lalu aku berjanji akan memberikan ia cucu dengan satu syarat”, Fly bercerita dengan datar saja, tanpa ekspresi.

“Apa itu?”, aku kian dilanda penasaran yang semakin membumbung tinggi.

“Asalkan aku tak menikah. Aku tak mau menikah dengan nya”, ucapnya pendek.

“Kau pasti bertanya-tanya tentang ayah dari anak ini bukan?”, Ve nampaknya mampu membaca pikiranku.

“Aku bercinta dengan seorang lelaki yang baru saja kukenal di sebuah terminal. Dia tukang ojek disana. Aku membayarnya dengan dua liter bensin agar ia mau meniduriku dan memberikan setetes spermanya agar rahimku terisi bayi. Setelah itu aku tak pernah bertemu dengannya lagi.

Kau pasti bisa menebak bagaimana selanjutnya. Erik bukan lelaki bodoh yang mau menikahi wanita yang tengah hamil dengan orang yang tak dikenal.

Aku tak perlu mendepaknya untuk pergi. Ia mundur teratur. Dan aku menjadi pemenang.

Mama harus mau menerima keadaanku sekarang ini, hamil tanpa nikah”, Fly bercerita lengkap.

Ku tuntaskan rindu setelah dua tahun tak bertemu dengannya sore ini juga. Kembali ku urai kenyataan bahwa aku tidak pernah bisa tanpa dia.

Aku pun terkadang heran, mengapa bila aku melihat wanita berparas ayu dan bertubuh sintal itu libido ku seolah meningkat 10 X lipat. Birahiku seolah meletup2 jika memandang wajah ayu nya, namun ke pria atw ke wanita yg lain aku justru malah mati rasa.

Lalu hasrat itu bertumbuh menjadi hasrat ingin memiliki, menjaganya selama yg aku bisa. Itulah yang kualami bersama nya.

“ Aku pernah berkata padamu bahwa aku tak akan menikah dengan siapapun selain kamu, kau masih ingat itu bukan? Karena aku benar2 sayank sama kamu Ry! Apa kamu mau menjadikan aku pengantinmu?”, Ucapan nya kali ini benar-benar membuatku tersesak.

Kini aku sungguh menuntut pengakuan atas kepemilikanku pada nya. Akan tetapi tak ada hukum yang melegalkan perkawinan sejenis.

Aku tak berbicara soal agama & norma disini, aku hanya bercerita bahwa aku manusia yang punya rasa dan butuh pengakuan.

Aku benar2 menyayanginya, dan aku pun sangat takut jika harus kehilangan nya untuk yg kedua kali.

2 tahun sudah lebih dari cukup untuk membuatku seolah seperti mayat tapi hidup.

" Iyh, aku akan menikahimu Fly, aku akan berusaha untuk jadi suami yg baik buat kamu. Meskipun semesta tau klw kita sama2 PEREMPUAN." Ucapku.

Dia mendongakan kepalanya, menatapku lekat lalu tersenyum. Iyh senyum yg selama 2 tahun ini hilang, kini hadir lagi.

Cakrawala ku pun kembali berwarna biru, bukan lagi jingga apalagi kelabu.

(Happy ending)

Selasa, 21 Oktober 2014

Ku Jemput Mimpiku Di Jakarta (3).

"Selamat sore jakarta, semoga nanti malam ada banyak rezeki untuk kami! Aamiin" yups itu kata2 yg selalu aku ucapkan saat aku mulai membuka warung.

Sudah beberapa hari ini aku resmi bantu2 mbak Nur di warung sederhana nya. Biarpun blm jelas gimana kedepan nya, tapi sukur alhamdulillah ngga bingung masalah tempat tinggal sama makan.

*****

" Gimana res? Udh selesai semua" tanya mba nur.

" Udh mba, spanduk udh resti pasang, meja udh di lap, piring udh di susun, kayanya udh semua mba" ujarku.

" Trus lelenya udh kamu potong blm?" Tanya mba nur lagi.

" Duh maaf yh mba, resti bingung gmn cara bersihin nya. Liatnya aja takut." Jawabku H2P (harap harap cemas).

Diapun cuma tersenyum, " Ya sudah kamu makan dulu sana, goreng ayam atw goreng tempe. Terserah kamu ajh, nanti slesai makan mba ajarin cara motong nya." Katanya sambil berlalu.

Yupz jadilah malam ini acara kursus kilat "Cara Membersihkan Lele Y Baik Dan Benar!". Pertama kali cuma bisa manyun sambil nahan tangis gara2 jempolku kena patil lele :(

Tapi kesana nya Alhamdulillah lancar, Resti gitu lohh!!

****

Duuggghh..

" Wah dompet siapa nih?" Bathinku, ketika tak sengaja kakiku terantuk sebuah dompet ketika aku pulang sehabis belanja di pasar gembrong.

" Wah banyak banget duitnya! Punya siapa yh? Baru kali ini aku lihat duit sebanyak ini." Mataku terkejut saat aku mencoba membuka isinya.

Lalu dengan gugup aku memasukkan nya ke keranjang belanjaan ku.

****

" Resti, tomatnya udh kamu goreng blm? Cabenya jg jngn lupa di siangin!" Teriak mba nur membuyarkan lamunanku sore itu.

" U udah mba! Nih resti lg nyiangin cabe" sahutku.

Bathinku terus berkecambuk. Duit di dompet itu banyak banget, jumlahnya lebih dari cukup buat nebus surat sawah bapak yg di gadaikan ke pak siswo. Dan bapak ngga ush maksa2 aku lg buat nikah sama si tua bangka itu.

Setan seolah berbisik, " pakai aja res, toh kamu ga nyolong ini! Kan kamu nemu di jalan" Tapi gmn sama pesan simbok? Dia pasti ga suka klw anaknya ngga jujur. Ahhhh.. Benar2 pusing aku.

Mba nur seperti tau, ia membaca gelagat ku yg lebih banyak diam. Maklum, aku kan biasanya cerewet, bawel, hobi berkicau. Tapi kemudian mendadak jadi pendiam.

" Kamu kenapa res? Lg ada masalah? Atw lg kangen sama orang tua? Klw memang kamu mau pulang, ya udh besok mba antar kamu ke statsiun jatinegara." Tanya mba Nur bertubi2 ketika kami sedang duduk menunggu pembeli malam itu.

Aku terdiam, haruskah aku jujur atw berbohong kepadanya? Klw aku bohong, maka kebangetan banget kayanya aku jadi orang. Tega bohongin orang yg sudah baik banget sama aku.

" Ngga papa mba, cuma lg pengen diem ajh." Ujarku sekenanya.

" Kamu klw ada masalah atw ada apa2 bilang ke mba yh rest. Biarpun mba bukan siapa2 kamu, tapi kamu udh mba anggap seperti ade mba sendiri" katanya lg.

" Iyh mba." Jawabku.

" Mba aku boleh crita ga?" Kataku H2C.

" Crita ajh, kamu mau crita apa?" Tanyanya.

" Mba, mba tadi aku pas pulang dari pasar ga sengaja nemu dompet di jalan. Isinya banyak banget mba, tdinya aku sempet berfikir buat pakai uang itu untuk menebus surat sawah bapaku. Tapi aku takut mba, soalnya itu bukan hak ku" ucapku, sengaja aku bikin lancar meski gugup jg sich ngomong nya.

" Hhhhhhhh.. " Yah cuma narik nafas aja si mba mah :'( cape dewh.

" Res, di dompet itu ada identitasnya ga? Coba mba liat." Katanya.

" Dompetnya resti tinggal di kontrakan mba." jawabku.

" Oh, ya udh nanti aja. Kamu beresin dulu gih piring y di belakang, biar mba yg jaga di depan" katanya.

" Iyh mba" sahutku sambil beranjak kebelakang.

Ngapain lg klw bukan Nyuci piring. Hahahahaha..

Kadang suka ketawa sendiri klw inget masa2 susah dulu pas kebetulan lg free nunggu penerbangan balik ke jakarta ~ perth.

*****

*Dini hari di kontrakan*

" Mba"

" Hemmzz"

" Mba blm tidur?" Tanyaku.

" Blm res, ngga tau nich malam panas banget hawanya. Mungkin mau hujan kali yh?" Katanya.

Aku beranjak dan tiduran di samping nya. Ahhh.. Dia udh seperti kaka ku sendiri. Biarpun aku sama skali ga ada hubungan darah dengan nya.

" Mba resti boleh tanya sesuatu ga? Tapi mba jngn marah yh." Kataku.

" Hemmzzz" yah ko cuma hemmzz?? Cape dewh.

" Mau tanya apa?" Lanjutnya.

" Mba, resti liat ko mba sendirian. Mba blm menikah?" Tanyaku.

" Ceritanya panjang res, mba lagi coba buat lupain nya" katanya sambil menarik nafas dalam.

Mungkin ada sdikit luka lama yg ia simpan sampai sekarang. *cieeeee mirip judul lagu Cokelat donkz!!

Kami pun terdiam, aku putuskan buat ngga terlalu banyak bicara. Karena aku ga mau ungkit2 masa lalunya, yg mungkin terlalu sakit untuk di ingat.

" Mba dulu pernah nikah res, sama pria pilihan mba sendiri. Tapi ngga direstui sama keluarga mba" ucapnya memecah keheningan.

" Kenapa mba?" Tanyaku.

" Keluarga mba mikirnya dia bukan pria yg baik buat mba. Karna latar belakangnya yg begajulan, tapi mba tetep keukeh buat nikah sama dia." Jawabnya.

" Trus mba?" Tanyaku penazaran. *udh kaya wartawan infotement aja aku yh!

" Dia dulu janji sama mba, bakalan ngerubah semua kebiasaan buruknya. Makanya mba mau nikah sama dia, tapi apa mau dikata res? Janji tinggal lh janji, dia sama sekali ga bisa berubah. Akhirnya mba ga kuat lagi dan mba gugat cerai dia." Lanjutnya.

Kamipun terdiam. Aku ngga bisa bicara apa2 lagi, reflek ku peluk tubuhnya. Iyh aku peluk tubuh orang yg sudah seperti kakaku sendiri.

" Sampai sekarang kluarga mba masih marah dan blm mau ngomong sama mba, tapi mba diem ajh. Karna memang semua salah mba, padahal keluarga mba kebanyakan di jakarta juga. Usaha pecel lele sama kaya mba." Lanjutnya.

" Mba yg sabar yh, sekarang kan ada resti. Resti akan selalu temenin mba, karna mba orang baik yg pertama resti temui di jakarta." Ucapku mencoba menghiburnya.

Diapun tersenyum. Kamipun tertidur, aku masih bisa rasain betapa hangat nya pelukan seorang kaka dari dia.

Sampai sekarang pun aku masih sering ketempat dia klw lg libur, untuk sekedar ngobrol atw ngajak dia jalan2.

Dia udh kaya kaka sendiri buat aku, dan aku sayang banget sama dia. Meskipun dia ngga pernah mau klw aku ajak untuk tinggal bersamaku, entah alasan apa. Tapi aku tetep sayank sama dia.

Karena dia manusia baik pertama yg aku temui di jakarta. Bersambung

Diary Fly : Aku Sayank Kamu ( Sweet Moment With U ).

Aku mendekatinya, kemudian entah apa yang aku pikirkan, aku menciumnya di muka umum. Tepat di bibirnya.

Pagi yang cerah menyambut diriku hari ini. Setelah sekian lama, akhirnya aku memiliki hari libur. Meskipun hanya sehari, aku sudah sangat bersyukur.

Dan tadi malam, aku menghubungi seseorang untuk memberitahunya bahwa aku ada hari kosong. Dan dia juga terdengar senang di ujung teleponnya.

Aku berjalan menuju tempat kita janjian. Sepertinya aku terlambat 5 menit. Karena aku bingung mau mengenakan pakaian yang mana.

Aku merasa ini seperti kencan. Dan ini benar-benar membuatku gugup.

Aku memutuskan untuk mengenakan gaun putih lengan pendek. Gaunnya tidak terlalu panjang, kira-kira 20 senti di atas lutut. Kemudian rompi coklat dan sepatu bot coklat tinggi yang hampir menutupi lututku. Aku pun berangkat.

Setibanya di lokasi yang kita tentukan, aku melihatnya berdiri dekat dengan gerbang sebuah taman. Aku melihatnya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tentu saja dari kejauhan.

Berjilbab, kemeja lengan panjang ungu, celana jeans biru casual dan sepatu kets putih dengan corak coklat. Astaga, bahkan warna sepatu kita hampir sama.

Jujur saja, aku tak bisa menyembunyikan senyum bahagia yang terlihat jelas di wajahku. Aku menghampirinya, berniat untuk mengagetkannya.

Aku berhenti sejenak, mengeluarkan telepon genggamku, aku mulai mengetik pesan,

“tunggu di bawah pohon saja agar kamu tidak kepanasan, aku agak terlambat”. Kirim.

Telepon genggam aku masukkan lagi ke dalam tas jinjing. Dan aku melihat ke arahnya.

Dia mengeluarkan teleponnya, tersenyum, kemudian ekspresinya berubah, dia cemberut. Aku terkikik melihat ekspresinya meskipun dari kejauhan.

Sebenarnya hanya tinggal beberapa meter saja. Tapi dia tak menyadari keberadaanku.

Dia beranjak menuju pepohonan. Kebetulan ada bangku kosong di bawah salah satu pohon di sekitar sana. Aku masih memperhatikannya dari kejauhan. Tersenyum. Tak sabar ingin segera memeluknya.

Dia duduk, melihat jam tangannya, mengeluarkan nafas berat, kemudian bersandar dengan kepala mendongak.

Aku mulai kasihan melihatnya seperti orang frustasi. Aku melangkah, mendekatinya. Tapi aku tidak berniat muncul di hadapannya.

Aku melangkah, memutarinya. Aku melihat wajahnya yang mendongak dengan matanya yang terpejam. Lucu sekali wajahnya saat ia sedang memejamkan mata, pikirku.

Aku mendekatinya, kemudian entah apa yang aku pikirkan, aku menciumnya di muka umum. Tepat di bibirnya.

Untung saja bangku ini berada di bawah pohon dan kebetulan menghadap ke dalam, bukan arah pejalan kaki. Jadi kemungkinan tidak ada yang melihat.

Gadis yang berada di hadapanku terkejut dan membuka matanya. Aku tersenyum, segera kutarik kepalaku sebelum kepala kita bertabrakan dan mengitari bangku untuk duduk disebelahnya.

“Fly, apa yang kau lakukan? Kita sedang ada di publik”. Wajahnya terlihat khawatir, kaget seperti melihat hantu.

Aku tersenyum, “tenang saja, bangku yang kau pilih sedikit tersembunyi” sambil aku lontarkan wink mautku.

Dia tersenyum kikuk dan menoleh ke arahku.

“maaf aku terlambat. Sebenarnya aku tadi berada di dekat sana. Aku hanya ingin menggodamu” ujarku.

Dia hanya manyun kemudian tersenyum lagi,

“baiklah, karena kau sudah sampai disini, kita mau kemana? Kau kan tidak memberitahu saat telpon semalam”.

Aku memang tidak memberitahunya, karena aku sendiri juga tidak tahu mau pergi kemana. Aku hanya ingin menghabiskan waktuku bersamanya.

“hmm, Utary”,

Ya gadis di depanku ini bernama Utary Sri Rahayu Setyaningrum, dan aku, Friantika Tri Hapsari. Kita berdua temanan tapi lebih tepatnya pacaran sejak masih sama" duduk di bangku SMA. *eh.

“sebenarnya aku tidak tahu ingin pergi kemana. Apa kau ada saran?”.

Dia terlihat bingung dan wajahnya berubah menjadi serius, sepertinya dia memikirkan tempat yang tepat untuk dikunjungi.

Kemudian aku teringat bahwa aku sedang tidak ingin kemanapun. Aku malas berjalan jauh apalagi bermain. Aku hanya ingin berdua.

Dengan tiba-tiba aku berdiri, dan menarik lengan nya. Dia terkejut,

“hey, kita mau kemana? Kau sudah memutuskannya? Fly..”

Aku tak menjawabnya, hanya memikirkan tempat yang akan aku tuju. Apakah ini pilihan yang tepat?

Aku bahkan tak meminta pendapatnya. Setelah berjalan 10 menit sambil menggandeng tangan nya, kita tiba di depan salah satu hotel. Atau motel? Entahlah, tak ada waktu untuk memikirnya.

Aku menariknya untuk ikut masuk dan segera menuju meja resepsionis. Dia melepaskan genggaman tanganku. Wajahnya terlihat horror,

“apa yang kau lakukan Fly? Kenapa kita menuju kemari? Bukankah kau ingin pergi, jalan-jalan?”.

Aku mendekatinya, tanpa banyak bicara, aku melingkarkan lenganku dilehernya, kupejamkan mataku dan mulai mencium bibirnya.

Entah apa yang merasuki diriku hari ini. Aku benar-benar hanya ingin berdua dengannya. Bahkan aku melupakan bahwa aku, kita berada di depan publik.

Tiba-tiba Utary mendorongku. Aku terkejut, di sisi lain aku juga bersyukur karena dia menghentikanku sebelum aku lepas kendali dimuka umum.

Wajahnya benar-benar menjadi murung. Bahkan dia tak membalas ciumanku. Mungkin dia kecewa karena aku tidak jadi mengajaknya jalan-jalan, malah mengajaknya ke tempat seperti ini.

Aku berbalik dan masuk ke dalam. Di resepsionis, aku memesan 1 kamar dengan kasur berukuran King Size dan lengkap dengan sofa, tv, dapur, dan kamar mandi.

Setelah kunci berada di tanganku, aku menoleh keluar, Utary masih berada di luar. Sepertinya dia sedang menimbang-nimbang pikirannya.

Aku keluar, dan segera kutarik tangannya. Dia terkejut. Masih tidak percaya dengan keputusanku.

Akhirnya dia mengikutiku. Dan aku belum juga mengatakan alasanku melakukan hal ini. Saat aku menggandengnya, dia melepaskan genggaman tanganku.

Sempat aku menoleh dengan ekspresi kaget, kecewa, tapi ini memang salahku. Aku egois. Aku tetap berjalan menuju ruang kamar dengan nomor yang tertera di kunci.

Setelah tiba di depan pintu kamar, aku membukanya. Aku melangkah masuk, melihat isi ruangan, “sempurna”.

Utary terkejut mendengarku.

“Fly, apa maumu? Kau bilang kau sedang libur, dan ingin keluar bersama. Tapi kenapa kau memilih tempat seperti ini? Bukankah lebih baik kau bersantai di rumahmu sendiri?” ucapnya yang masih berada di ambang pintu.

Aku menoleh, wajahnya terlihat kusut. Kemana Genking yang aku kenal? Aku mendekatinya, memegang kedua tangannya, menuntunnya untuk masuk dan kututup pintu.

Klik, pintu ku kunci.

Dia melangkah, duduk di sofa dengan menatap kearah televisi. Diam.

Aku masuk ke kamar, merebahkan diri sejenak. Aku berfikir, bagaimana caranya agar dia menikmati hari ini.

Selang beberapa menit, aku beranjak dari tempat tidur, ku lihat dia masih duduk di sofa. Tatapannya kosong.

Aku mendekatinya, “Ryy.. kau tidak apa-apa?” seraya duduk disampingnya. Ku genggam tangan kanannya, ku cium pipinya.

“hey, Ryy. Apa kau tidak suka menghabiskan waktu bersamaku?”. Aku lihat dia mulai tersadar.

“ah, Fly.. aku senang saat kau menelponku untuk mengajak jalan. Aku juga membatalkan jadwalku untuk hari ini. Tapi kau malah mengajakku untuk bersantai seperti ini”. Wajahnya masih terlihat datar.

“maafkan aku, aku tidak tahu jika kau ada jadwal hari ini”, aku merasa bersalah karena tidak bertanya padanya.

Sungguh, aku egois sekali. Aku akan mengatakan yang sesungguhnya.

“Utaryy, lihat aku!”.

Dia menoleh, “hmm, apa?”.

Tanpa basa-basi, aku mendorongnya agar tertidur di sofa. Dengan kata lain, sekarang aku berada di atasnya, meskipun posisinya agak miring, karena dia hanya menoleh.

Dia merubah posisi tidurnya, “Fly, hari ini kau kenapa? Menciumku dimuka umum, mengajak kemari, dan sekarang kau memaksaku seperti ini”. Terdengar sedikit emosi di nada bicaranya.

Ku dekatkan wajahku, aku tatap matanya, aku benar-benar ingin lepas kendali. Tinggal beberapa senti lagi sebelum bibir kita bertemu, kupejamkan mataku, kemudian kita berciuman.

Aku menciumnya dengan lembut, penuh perasaan. Tanganku menelusuri pipinya. Dia membalas ciumanku, tangannya mulai melingkar di pinggangku. Aku senang.

Setelah beberapa menit berlalu, kulepaskan ciumanku, aku butuh udara. Aku duduk di perutnya dengan tanganku berada di samping kepalanya. Wajahku hanya berjarak 10 senti darinya. Kubuka mataku,

“aku merindukanmu Ryy, aku hanya ingin berdua denganmu. Aku tidak ingin jalan-jalan, atau menghabiskan waktuku di rumah sendirian. Aku hanya ingin bersamamu. Tolong, untuk hari ini saja.

Aku tahu ini sangat egois, dan aku juga tahu bahwa kita jarang menghabiskan waktu bersama, karena kita sibuk dengan pekerjaan masing-masing, aku..”, belum sempat aku selesai bicara, Utary mengunci mulutku dengan bibirnya.

“aku tahu jika kau ingin berdua denganku. Tapi aku tidak berfikiran akan seperti ini” ucapnya lembut,

“Aku hanya kaget, hari ini kau liar sekali”, godanya dengan senyum diwajahnya.

Dia juga membelai rambutku. Aku bisa merasakan “sayang” dari belaiannya.

“entah kenapa, aku sendiri juga bingung. Mungkin kau memang magnet yang dapat menggoda semua wanita. Apalagi pakaian yang kau kenakan hari ini keren sekali”, aku balas menggodanya dengan wink dan kucium bibirnya.

Setelah menciumnya, tiba-tiba dia mendorongku. Sekarang aku yang berada di bawah. Raut wajahnya berubah, Utary terlihat lebih keren. Ah, aku ingin pingsan. *yah berbie mau pingsan

“Fly, maaf tidak meresponmu sejak awal. Aku juga merindukanmu. Sangat merindukanmu. Hari ini, khusus untuk kita berdua. Apa yang kau inginkan, akan aku turuti”.

Kemudian dia memberikan kecupan di keningku, hidung, kedua pipi, dagu, dan berakhir di bibirku. Lembut sekali. Membuat hatiku tenang. Aku tidak akan menyia-nyiakan hari libur ini.

———————————————————-